Angin Puting Beliung Ngamuk di Buleleng
Belasan Rumah dan Satu Pura Rusak
Masyarakat diimbau tetap waspada terhadap dampak bencana yang dapat ditimbulkan dari cuaca ekstrem seperti banjir, tanah longsor dan angin kencang.
SINGARAJA, NusaBali
Belasan rumah warga di Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Buleleng dan wilayah Kelurahan Astina, Kecamatan/Kabupaten Buleleng mengalami kerusakan akibat bencana puting beliung, Kamis (26/5). Selain itu 4 palinggih Merajan Arya Wang Bang Pinatih di Kelurahan Astina juga rusak parah akibat bencana tersebut.
Perbekel Patas, Kadek Sara Adnyana dihubungi via telepon mengatakan bencana angin puting beliung itu terjadi pukul 10.30 Wita. Angin berhembus kencang dari arah laut kemudian menuju ke daratan menyapu atap rumah warga. Kerusakan paling parah dialami rumah warga Wayan Sulendra. Hampir seluruh rangka atap rumahnya diterbangkan angin.
“Data sampai sore ini (kemarin) ada 11 rumah warga kami di Banjar Dinas Mekar Sari yang terdampak. Kerusakan rata-rata di bagian atap. Kerugian estimasi sekitar lima puluh jutaan,” ucap Sara Adnyana. Menurutnya Desa Patas memang cukup sering terdampak bencana angin puting beliung. Kejadian yang sama juga dialami tahun 2021 lalu. Namun kerusakan yang ditimbulkan lebih ringan.
Bencana serupa juga menimpa 4 rumah dan satu merajan di Kelurahan Astina, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Menurut kesaksian salah satu korban Jro Mangku Ana,60, peristiwa hujan deras disertai angin puting beliung terjadi sekitar pukul 12.00 Wita. Saat itu dia sedang berada di dalam rumah bersama anggota keluarga lainnya. “Pas hujan deras juga anginnya kencang sekali. Pintu rumah saya yang semula tertutup jadi terbuka. Lalu saya bermaksud tutup pintu lagi sudah kedengaran suara gemuruh dan genteng pada berjatuhan,” kata Jro Mangku Ana.
Angin puting beliung menerbangkan sekitar 50 lembar genteng rumahnya. Hal serupa juga dialami 3 rumah warga lainnya di Kelurahan Astina. Bahkan 4 palinggih di Merajan Arya Wang Bang Pinatih juga ikut disapu angin puting beliung. Sementara itu di tempat lain, hujan deras yang mengguyur wilayah Buleleng juga memicu bencana jebolnya senderan kantor Perbekel Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 14.00 Wita.
Perbekel Desa Bengkala, I Made Astika dihubungi via telepon kemarin menjelaskan senderan kantor perbekel yang jebol berada di sisi barat bangunan. Senderan sepanjang 20 meter dengan tinggi 3 meter itu diperkirakan jebol karena sudah berumur dan dirusak akar pohon beringin yang tumbuh di sekitarnya. Bencana itu pun dikhawatirkan mengancam bangunan utama kantor perbekel, terutama saat terjadi hujan deras. “Mudah-mudahan tidak ada hujan lagi karena bangunan di beberapa sisi sudah ada yang retak-retak,” jelas Astika.
Pemerintah Desa (Pemdes) Bengkala langsung mengagendakan kegiatan gotong-royong, Jumat (27/5) hari ini, untuk membersihkan material senderan jebol. Sehingga akses jalan menuju lapangan desa dan SDN 1 Bengkala dapat normal kembali. “Sementara kami pakai terpal dulu untuk menutupi tanah yang jebol, sembari kami menunggu tindak lanjut dari BPBD Buleleng untuk penanganan kedepannya,” imbuh dia.
Dikonfirmasi terpisah Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Putu Ariadi Pribadi mengatakan sejumlah bencana yang terjadi di Buleleng, karena sedang mengalami peralihan musim. Mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Buleleng ini mengatakan dari perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Bali musim kemarau di Buleleng mundur hingga Bulan Juli mendatang.
“Saat ini sedang terjadi perubahan cuaca dan prediksi musim kemarau dari BMKG untuk wilayah Buleleng baru mengawali pada bulan Juli mendatang,” kata Ariadi. BPBD saat ini sedang melakukan assesmen dan penghitungan estimasi kerugian dari dampak bencana yang terjadi, Kamis kemarin.
Hujan lebat yang mengguyur sebagian besar wilayah Bali sejak siang hingga sore hari kemarin juga mengakibatkan banjir dan pohon tumbang di sejumlah titik di kawasan Kuta, Badung. Padahal intensitas hujan dalam beberapa hari terakhir sudah rendah. Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menyatakan hujan disebabkan karena saat ini wilayah Bali memasuki periode musim peralihan atau pancaroba. Peralihan dari musim hujan menuju musim kemarau.
"Berdasarkan pantauan radar untuk siang hingga sore hari ini terjadi hujan ringan hingga lebat di sebagian besar wilayah Bali secara tidak merata. Penyebabnya yaitu wilayah Bali memasuki periode musim peralihan atau pancaroba," ujar Prakirawan Cuaca BBMKG Wilayah III Denpasar, Putu Agus Dedy Permana, dikonfirmasi NusaBali, Kamis kemarin.
Lebih lanjut dijelaskan, indeks ENSO di NINO 3,4 adalah -0,66. Faktor ini secara signifikan meningkatkan potensi hujan di Indonesia termasuk Bali. Sementara suhu muka laut di sekitar wilayah Bali berkisar antara 29-31 derajat celcius.
"Suhu muka laut yang hangat dapat meningkatkan potensi penguapan atau penambahan massa uap air di wilayah Bali," terang Dedy. Dia menjelaskan, saat ini massa udara basah terkonsentrasi dari lapisan permukaan hingga lapisan 200 mb (12.000 m). Hal yang juga bisa meningkatkan potensi hujan di Bali.
Masyarakat pun diperingatkan jika hujan masih berpotensi terjadi hingga tiga hari ke depan mencakup sebagian besar wilayah di Bali. Untuk itu masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana yang dapat ditimbulkan dari cuaca ekstrem seperti banjir, genangan air, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang, dan kilat atau petir. Masyarakat umum, nelayan dan pelaku kegiatan wisata bahari juga diminta mewaspadai potensi tinggi gelombang laut yang dapat mencapai 2 meter atau lebih di sekitar perairan utara dan selatan Bali. "Agar selalu memperhatikan Informasi BMKG khususnya peringatan dini cuaca atau iklim ekstrem," pungkas Dedy. *k23, cr78
Perbekel Patas, Kadek Sara Adnyana dihubungi via telepon mengatakan bencana angin puting beliung itu terjadi pukul 10.30 Wita. Angin berhembus kencang dari arah laut kemudian menuju ke daratan menyapu atap rumah warga. Kerusakan paling parah dialami rumah warga Wayan Sulendra. Hampir seluruh rangka atap rumahnya diterbangkan angin.
“Data sampai sore ini (kemarin) ada 11 rumah warga kami di Banjar Dinas Mekar Sari yang terdampak. Kerusakan rata-rata di bagian atap. Kerugian estimasi sekitar lima puluh jutaan,” ucap Sara Adnyana. Menurutnya Desa Patas memang cukup sering terdampak bencana angin puting beliung. Kejadian yang sama juga dialami tahun 2021 lalu. Namun kerusakan yang ditimbulkan lebih ringan.
Bencana serupa juga menimpa 4 rumah dan satu merajan di Kelurahan Astina, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Menurut kesaksian salah satu korban Jro Mangku Ana,60, peristiwa hujan deras disertai angin puting beliung terjadi sekitar pukul 12.00 Wita. Saat itu dia sedang berada di dalam rumah bersama anggota keluarga lainnya. “Pas hujan deras juga anginnya kencang sekali. Pintu rumah saya yang semula tertutup jadi terbuka. Lalu saya bermaksud tutup pintu lagi sudah kedengaran suara gemuruh dan genteng pada berjatuhan,” kata Jro Mangku Ana.
Angin puting beliung menerbangkan sekitar 50 lembar genteng rumahnya. Hal serupa juga dialami 3 rumah warga lainnya di Kelurahan Astina. Bahkan 4 palinggih di Merajan Arya Wang Bang Pinatih juga ikut disapu angin puting beliung. Sementara itu di tempat lain, hujan deras yang mengguyur wilayah Buleleng juga memicu bencana jebolnya senderan kantor Perbekel Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 14.00 Wita.
Perbekel Desa Bengkala, I Made Astika dihubungi via telepon kemarin menjelaskan senderan kantor perbekel yang jebol berada di sisi barat bangunan. Senderan sepanjang 20 meter dengan tinggi 3 meter itu diperkirakan jebol karena sudah berumur dan dirusak akar pohon beringin yang tumbuh di sekitarnya. Bencana itu pun dikhawatirkan mengancam bangunan utama kantor perbekel, terutama saat terjadi hujan deras. “Mudah-mudahan tidak ada hujan lagi karena bangunan di beberapa sisi sudah ada yang retak-retak,” jelas Astika.
Pemerintah Desa (Pemdes) Bengkala langsung mengagendakan kegiatan gotong-royong, Jumat (27/5) hari ini, untuk membersihkan material senderan jebol. Sehingga akses jalan menuju lapangan desa dan SDN 1 Bengkala dapat normal kembali. “Sementara kami pakai terpal dulu untuk menutupi tanah yang jebol, sembari kami menunggu tindak lanjut dari BPBD Buleleng untuk penanganan kedepannya,” imbuh dia.
Dikonfirmasi terpisah Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Putu Ariadi Pribadi mengatakan sejumlah bencana yang terjadi di Buleleng, karena sedang mengalami peralihan musim. Mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Buleleng ini mengatakan dari perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Bali musim kemarau di Buleleng mundur hingga Bulan Juli mendatang.
“Saat ini sedang terjadi perubahan cuaca dan prediksi musim kemarau dari BMKG untuk wilayah Buleleng baru mengawali pada bulan Juli mendatang,” kata Ariadi. BPBD saat ini sedang melakukan assesmen dan penghitungan estimasi kerugian dari dampak bencana yang terjadi, Kamis kemarin.
Hujan lebat yang mengguyur sebagian besar wilayah Bali sejak siang hingga sore hari kemarin juga mengakibatkan banjir dan pohon tumbang di sejumlah titik di kawasan Kuta, Badung. Padahal intensitas hujan dalam beberapa hari terakhir sudah rendah. Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menyatakan hujan disebabkan karena saat ini wilayah Bali memasuki periode musim peralihan atau pancaroba. Peralihan dari musim hujan menuju musim kemarau.
"Berdasarkan pantauan radar untuk siang hingga sore hari ini terjadi hujan ringan hingga lebat di sebagian besar wilayah Bali secara tidak merata. Penyebabnya yaitu wilayah Bali memasuki periode musim peralihan atau pancaroba," ujar Prakirawan Cuaca BBMKG Wilayah III Denpasar, Putu Agus Dedy Permana, dikonfirmasi NusaBali, Kamis kemarin.
Lebih lanjut dijelaskan, indeks ENSO di NINO 3,4 adalah -0,66. Faktor ini secara signifikan meningkatkan potensi hujan di Indonesia termasuk Bali. Sementara suhu muka laut di sekitar wilayah Bali berkisar antara 29-31 derajat celcius.
"Suhu muka laut yang hangat dapat meningkatkan potensi penguapan atau penambahan massa uap air di wilayah Bali," terang Dedy. Dia menjelaskan, saat ini massa udara basah terkonsentrasi dari lapisan permukaan hingga lapisan 200 mb (12.000 m). Hal yang juga bisa meningkatkan potensi hujan di Bali.
Masyarakat pun diperingatkan jika hujan masih berpotensi terjadi hingga tiga hari ke depan mencakup sebagian besar wilayah di Bali. Untuk itu masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana yang dapat ditimbulkan dari cuaca ekstrem seperti banjir, genangan air, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang, dan kilat atau petir. Masyarakat umum, nelayan dan pelaku kegiatan wisata bahari juga diminta mewaspadai potensi tinggi gelombang laut yang dapat mencapai 2 meter atau lebih di sekitar perairan utara dan selatan Bali. "Agar selalu memperhatikan Informasi BMKG khususnya peringatan dini cuaca atau iklim ekstrem," pungkas Dedy. *k23, cr78
1
Komentar