Kasus DB di Klungkung Meningkat
SEMARAPURA, NusaBali
Guyuran hujan dalam beberapa pekan terakhir menyebabkan nyamuk Aedes Aegypti, penyebab penyakit Demam Berdarah (DB), mulai berkembang biak di Klungkung.
Selama Mei 2022, ada 48 warga dirawat di RSUD Klungkung karena terserang DB. Namun, sebagian besar warga yang terserang DB tersebut sudah sembuh dan diperbolehkan pulang. Kini pasien DB masih dirawat di RSUD Klungkung hanya 6 orang. Humas RSUD Klungkung I Gusti Putu Widiyasa menyampaikan berdasarkan Aplikasi Data Survailence yang digunakan oleh RSUD Klungkung, perkembangan kasus DB meningkat signifikan. Setidaknya, dari 125 Mei 2022 tercatat 48 pasien DB yang dirawat di RSUD Klungkung. "Saat ini kita masih merawat 6 pasien asal Kabupaten Klungkung," ujar Widiyasa, Kamis (26/5).
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Klungkung dr Ni Made Adi Swapatni mengatakan kasus DB mulai ditemukan masing-masing 1 kasus di Desa Tojan, Kecamatan Klungkung, Kamis (20/1), 1 kasus di Desa Getakan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Jumat (21/1).
Kasus DB merupakan endemis, yakni ditemukan di wilayah geografis tertentu. Mungkin karena didukung faktor cuaca dan hujan belakangan ini maka kasus DB kembali muncul. Upaya penanganan yang dilakukan, di antaranya pemberantasan sarang nyamuk (PSN), abateisasi, termasuk fogging. Fogging dilakukan di daerah epidemi DB, terlebih di daerah yang bersangkutan ada beberapa orang deman karena DB. "Jika angka jentik rendah, kami lakukan fogging. Apabila angka jentik tinggi, kami galakkan PSN dan abateisasi," ujar Swapatni.
Sedangkan langkah pencegahan, dengan gencar turun ke masyarakat untuk mengajak masyarakat menjaga lingkungan agar besih. Sehingga tidak ada tempat bagi nyamuk penyebab DB untuk berkembangbiak. "Mari jaga lingkungan agar tetap bersih," ajak Swapatni.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengimbau seluruh masyarakat Klungkung untuk menjaga kesehatan dengan baik. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan rumah dan tempat tinggal masing-masing. “Jangan sampai penyakit DB menyebabkan kita merasa takut seperti pada masa pandemi Covid-19. Mari terapkan konsep PHBS dan mulai mengaktifkan kembali penggunaan obat abate adalah kunci,” pesan Bupati Suwirta. *wan
1
Komentar