Penyuluh Bahasa Bali Konservasi 80 Lontar
Sebanyak 75 tenaga penyuluh bahasa Bali Karangasem kembali menggelar konservasi 80 cakep (bendel) lontar milik almarhum I Gusti Bagus Kuta.
AMLAPURA, NusaBali
Ternyata 50 persen lontar dimaksud dalam kondisi rusak, karena tidak pernah dibaca sejak 10 tahun terakhir. Lontar milik almarhum Gusti Bagus Kuta tersebut kini diwarisi kemenakannya I Gusti Bagus Putra dan cucunya I Gusti Agung Mayun. Konservasi berlangsung di kediaman Gusti Agung Mayun, Lingkungan Celuk Negara, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, Senin (20/3).
Agar lebih cepat terlaksana, konservasi dibagi dalam tiga tim, masing-masing bertugas membersihkan lontar, membaca, dan mengukur panjang tiap-tiap lontar. Tim yang bertugas membersihkan setiap daun lontar dikoordinasikan I Wayan Jatiyasa, tim bertugas membaca lontar dikoordinasikan Ketut Bueni, dan tim yang bertugas mengukur daun lontar dikoordinasikan Kadek Sri Harmayanti.
Untuk melakukan konservasi, penyuluh bahasa Bali Karangasem yang dikoordinasikan I Wayan Jatiyasa, membawa satu liter minyak sereh, satu liter alkohol, minyak kemiri, dan keperluan lainnya.
Fungsi minyak sereh untuk dioleskan di setiap daun lontar agar terbebas dari serangga, jamur, hewan pengerat, dan polutan. Tujuannya agar lontar lebih awet dan tahan lama. Sedangkan fungsi alkohol untuk membersihkan setiap daun lontar, sehingga tulisannya terlihat jelas. Minyak kemiri untuk menghitamkan huruf-huruf di daun lontar yang produksinya setengah jadi. Setelah dioleskan minyak kemiri, huruf-huruf terlihat hitam dan lebih jelas terbaca.
“Kami hanya membantu mengkonservasi, agar lontar bisa lebih awet dan bisa dibaca kembali. Juga memberikan solusi tata cara penyimpanan yang baik,” kata Jatiyasa.
Di samping itu tujuan konservasi, untuk melestarikan lontar yang merupakan aset budaya lokal, agar jangan sampai punah. Menyimpan lontar, hendaknya di kotak standar, terhindar dari serangan biota serangga dan cukup sinar matahari, hindari lembab.
Pewaris lontar I Gusti Bagus Putra dan I Gusti Agung Mayun, menuturkan, sejak pemilik lontar I Gusti Bagus Kuta meninggal 10 tahun lalu, lontar tidak terurus. Hanya diupacarai setiap Saraswati, isinya tidak pernah dibaca.
“Saya sendiri belum sempat baca, hanya mengamankan saja. Harapan ke depan setelah dikonservasi, supaya bisa dibaca khalayak, sehingga publik mengetahui isinya,” kata Gusti Bagus Putra.
Lontar tersebut tersimpan di Perpustakaan Basapusmandi (Bahasa Sastra Pustaka Mandiri) yang didirikan almarhum I Gusti Bagus Kuta pada 2 Mei 1990.
Gusti Bagus Putra berharap lontar tersebut tidak sebatas dibersihkan petugas penyuluh, harapannya semua masyarakat termotivasi untuk membaca, menghayati, dan mengamalkan isinya. Lontar yang ada berisi teknik-teknik pengobatan (usada), kidung, dan yang lainnya.
Sebelumnya konservasi di Banjar Sadimara, Desa Ababi, Kecamatan Abang. Di Gria Gelumpang, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, dan di Banjar Jumenang, Desa Bukit, Kecamatan Karangasem. * k16
Ternyata 50 persen lontar dimaksud dalam kondisi rusak, karena tidak pernah dibaca sejak 10 tahun terakhir. Lontar milik almarhum Gusti Bagus Kuta tersebut kini diwarisi kemenakannya I Gusti Bagus Putra dan cucunya I Gusti Agung Mayun. Konservasi berlangsung di kediaman Gusti Agung Mayun, Lingkungan Celuk Negara, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, Senin (20/3).
Agar lebih cepat terlaksana, konservasi dibagi dalam tiga tim, masing-masing bertugas membersihkan lontar, membaca, dan mengukur panjang tiap-tiap lontar. Tim yang bertugas membersihkan setiap daun lontar dikoordinasikan I Wayan Jatiyasa, tim bertugas membaca lontar dikoordinasikan Ketut Bueni, dan tim yang bertugas mengukur daun lontar dikoordinasikan Kadek Sri Harmayanti.
Untuk melakukan konservasi, penyuluh bahasa Bali Karangasem yang dikoordinasikan I Wayan Jatiyasa, membawa satu liter minyak sereh, satu liter alkohol, minyak kemiri, dan keperluan lainnya.
Fungsi minyak sereh untuk dioleskan di setiap daun lontar agar terbebas dari serangga, jamur, hewan pengerat, dan polutan. Tujuannya agar lontar lebih awet dan tahan lama. Sedangkan fungsi alkohol untuk membersihkan setiap daun lontar, sehingga tulisannya terlihat jelas. Minyak kemiri untuk menghitamkan huruf-huruf di daun lontar yang produksinya setengah jadi. Setelah dioleskan minyak kemiri, huruf-huruf terlihat hitam dan lebih jelas terbaca.
“Kami hanya membantu mengkonservasi, agar lontar bisa lebih awet dan bisa dibaca kembali. Juga memberikan solusi tata cara penyimpanan yang baik,” kata Jatiyasa.
Di samping itu tujuan konservasi, untuk melestarikan lontar yang merupakan aset budaya lokal, agar jangan sampai punah. Menyimpan lontar, hendaknya di kotak standar, terhindar dari serangan biota serangga dan cukup sinar matahari, hindari lembab.
Pewaris lontar I Gusti Bagus Putra dan I Gusti Agung Mayun, menuturkan, sejak pemilik lontar I Gusti Bagus Kuta meninggal 10 tahun lalu, lontar tidak terurus. Hanya diupacarai setiap Saraswati, isinya tidak pernah dibaca.
“Saya sendiri belum sempat baca, hanya mengamankan saja. Harapan ke depan setelah dikonservasi, supaya bisa dibaca khalayak, sehingga publik mengetahui isinya,” kata Gusti Bagus Putra.
Lontar tersebut tersimpan di Perpustakaan Basapusmandi (Bahasa Sastra Pustaka Mandiri) yang didirikan almarhum I Gusti Bagus Kuta pada 2 Mei 1990.
Gusti Bagus Putra berharap lontar tersebut tidak sebatas dibersihkan petugas penyuluh, harapannya semua masyarakat termotivasi untuk membaca, menghayati, dan mengamalkan isinya. Lontar yang ada berisi teknik-teknik pengobatan (usada), kidung, dan yang lainnya.
Sebelumnya konservasi di Banjar Sadimara, Desa Ababi, Kecamatan Abang. Di Gria Gelumpang, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, dan di Banjar Jumenang, Desa Bukit, Kecamatan Karangasem. * k16
1
Komentar