Diviralkan Sampradaya, Kasek SMA Bali Mandara Ungkap Fakta Sebenarnya
SINGARAJA, NusaBali
SMA Negeri Bali Mandara sepekan terakhir menjadi heboh karena menjadi bahan perbincangan di media sosial.
Sejumlah foto kegiatan lama diupload oleh sejumlah akun pribadi di sejumlah grup publik pada Selasa (24/5) hingga Rabu (25/5) lalu. Foto kegiatan yang bernuansa aliran sampradaya itu pun berujung tudingan SMAN Bali Mandara telah terpapar aliran non dresta Hindu Bali.
Postingan tersebut pun langsung mengundang sejumlah komentar pro dan kontra. Ada yang mencela dan ada juga yang memberikan pertimbangan agar tidak menjadi provokator. Persoalan yang menyeret sekolah berlokasi di Kubutambahan, Kabupaten Buleleng ini membuat Kepala Sekolah I Nyoman Darta kaget. Dia pun akhirnya angkat bicara menjelaskan foto kegiatan di sekolah yang berdiri sejak tahun 2011 itu.
Darta saat ditemui di sekolah pada Jumat (27/5) menyebut postingan sejumlah foto di media sosial itu, merupakan dokumentasi kegiatan sekolah saat menerima tamu dari luar sekolah pada tahun 2018 lalu. Foto-foto kegiatan tersebut pun diunggah di website maupun media sosial SMAN Bali Mandara.
Menurutnya SMAN Bali Mandara yang didirikan Pemerintah Provinsi Bali sejak tahun 2011 dengan sistem berasrama, salah satunya memiliki program kelas inspirasi dengan narasumber dari luar sekolah. Narasumber yang dilibatkan bisa diundang langsung oleh pihak sekolah atau ada narasumber yang datang langsung atas kemauannya sendiri.
“Sekolah selama ini memang sangat terbuka dengan tamu yang datang ke sekolah. Tidak hanya tamu dari dalam daerah dan nasional saja. Bahkan Konjen dari luar negeri juga sering berkunjung ke sekolah. Ada juga dari pesantren-pesantren mereka melihat bagaimana sekolah dengan sistem asrama di Bali,” ucap Darta.
Lalu, bertepatan dengan hari raya Siwaratri, pada pagi hari SMAN Bali Mandara mengundang pembicara dari PHDI Buleleng. Namun pada siang hari, masuk telepon melalui bagian Humas. Penelepon mengaku dari PHDI Provinsi ingin memberikan materi juga, saat perayaan Siwa Ratri.
Mantan Kasek Berprestasi tingkat nasional itu menjelaskan, selama memberikan pemaparan di aula kepada siswa, guru dan kepala sekolah selalu mendampingi. Setelah usai pemaparan materi guru selalu melakukan refleksi untuk menguatkan siswa. Hal yang baik dan sesuai dapat diteladani, sedangkan yang tidak baik dan tidak patut akan dianjurkan untuk tidak dicontoh.
“Refleksi ini kami rutin lakukan setiap ada pembicara. Karena kami kedatangan tamu seperti ini sempat beberapa kali dari instansi berbeda. Tidak elok memotong di pertengahan acara, refleksi itu kami gunakan untuk penguatan anak-anak kami,” jelas Darta.
Dia juga mengaku tidak menyangka, keterbukaan sekolah menerima tamu akan berdampak seperti saat ini. Sebab isu sampradaya baru muncul pada tahun 2020. Darta meyakinkan, penguatan karakter siswa yang menjalani asrama sudah dilaksanakan sejak awal masuk ke sekolah.
Siswa diberikan kesempatan untuk beribadah sesuai agama yang dianut. Namun hingga saat ini, Darta menegaskan tidak ada siswa, guru maupun pegawai yang mengarah memiliki kepercayaan sampradaya. “Kalau anak-anak Hindu mereka biasa lakukan dari membuat canang sendiri sampai sembahyang tiga kali. Kalau yang muslim ketika hari raya atau waktu beribadah kita antarkan ke masjid begitu juga yang Kristen mobil sekolah siap mengantarkan ketika mereka akan beribadah. Makanan yang disediakan di sekolah juga tidak ada vegetarian. Kecuali memang tidak ada daging sapi dan babi untuk menghargai satu umat dengan yang lain,” tutur dia.
Sementara itu dengan kejadian yang viral di media sosial, SMAN Bali Mandara tidak pernah menutup-tutupi sesuatu. Semua dilakukan terbuka dan segala kegiatan dan informasi selalu dibagikan di website resmi sekolah. Setelah viral pun foto-foto kegiatan yang disebarkan kembali tidak dihapus di website, karena hanya sebagai dokumentasi.
“Kami juga berterima kasih atas persoalan dan seluruh pihak yang mengangkat isu ini. Ini sebagai pelajaran untuk bisa lebih baik lagi. Sehingga sekarang sekolah menjadi lebih selektif menerima tamu. Mudah-mudahan persoalan ini cukup sampai disini saja, agar sekolah kami yang beralih ke sekolah reguler bisa lebih fokus ke pembinaan prestasi siswa,” harap mantan Kasek SMAN 1 Singaraja ini. *k23
Komentar