Belajar Kearifan Lokal Bali Menghadapi Bencana
Rombongan GPDRR Kunjungi Klungkung, Karangasem, dan Bangli
Bupati Nyoman Suwirta mengemukakan semangat puputan sebagai spirit dalam menangani kebencanaan. Selain itu, Bupati juga berharap delegasi GPDRR ikut promosikan pariwisata Klungkung.
SEMARAPURA, NusaBali
Delegasi asing peserta Sesi Ke-7 Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana atau Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) mengikuti sesi studi lapangan (field trip) di Klungkung, Bangli, dan Karangasem, Sabtu (28/5/2022), untuk mempelajari kearifan lokal masyarakat Bali dalam menghadapi bencana.
Dari kunjungan di tiga tempat tersebut —yang merupakan penutup pertemuan GPDRR 2022 di Bali— para delegasi memperoleh pengetahuan mengenai pentingnya melestarikan kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat dalam memperkuat aksi kesiapsiagaan bencana.
Di Klungkung, rombongan GPDRR mengunjungi Monumen Ida Dewa Agung Jambe dan objek wisata Kertha Gosa, Kecamatan Klungkung, pada Sabtu sore. Rombongan tiba di depan Monumen Ida Dewa Agung Jambe sekitar pukul 16.00 Wita, menggunakan 10 bus.
Kedatangan rombongan disambut langsung oleh Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta didampingi Kepala Dinas Pariwisata Klungkung Anak Agung Putra Wedana, Kepala Dinas Kebudayaan Klungkung Ida Bagus Jumpung. Selain itu penyambutan juga menggunakan gambelan baleganjur.
Sebelum memasuki Monumen Ida Dewa Agung Jambe dan objek wisata Kertha Gosa, Bupati Suwirta memberikan sambutan sekaligus memperkenalkan potensi yang dimiliki Klungkung. Di hadapan delegasi, Bupati Suwirta menceritakan secara singkat sejarah Kabupaten Klungkung. “Klungkung merupakan salah satu kabupaten di Bali yang menjadi pusat kerajaan atau mempunyai peninggalan sejarah,” ujar Bupati Suwirta.
Bupati asal Dusun Ceningan, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, ini menyebut Kertha Gosa salah satu tempat yang sangat bersejarah dalam perang Puputan Klungkung melawan Belanda, dan semangat puputan sebagai spirit dalam menangani kebencanaan.
Selain Kertha Gosa dan Monumen, Catus Pata Klungkung juga merupakan jalur evakuasi apabila terjadi bencana di daerah pesisir, untuk menuju daerah yang lebih tinggi. Begitu juga sebaliknya, jika terjadi bencana gunung meletus, masyarakat yang berada pada radius rawan akan menjauh dan melewati Catus Pata untuk mencari tempat yang lebih aman. “Dengan spirit Puputan Klungkung, masyarakat Kabupaten Klungkung sangat siap untuk mengantisipasi bencana,” imbuh Bupati Suwirta.
Bupati Suwirta juga mengenalkan objek-objek wisata yang ada di Kecamatan Nusa Penida, dan mengajak para delegasi ini nantinya ikut mempromosikan keberadaan Nusa Penida maupun objek Wisata Kertha Gosa. “Selain mempunyai peninggalan sejarah, Klungkung ini juga mempunyai potensi wisata yang sangat bagus. Jadi mari datang ke Nusa Penida dan ikut mempromosikan pariwisata yang ada di Kabupaten Klungkung,” tutur Bupati Suwirta kepada para peserta.
Selanjutnya peserta mengunjungi Kertha Gosa selama hampir 1 jam. Peserta pun terlihat sangat antusias mengunjungi Klungkung. "Ini sangat luar biasa karena mereka sangat mengagumi potensi yang kita miliki,” kata Bupati Suwirta.
Di Karangasem, sebanyak 190 orang delegasi GPDRR melakukan field trip ke Objek Wisata Pura Besakih, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, sekitar pukul 10.00 Wita. Kedatangan rombongan disambut Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa di Wantilan Sri Kesari Warmadewa.
Hadir Kapolres Karangasem AKBP Ricko AA Taruna, Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa, Camat Rendang I Wayan Mastra, dan undangan lainnya.
Wabup Artha Dipa memaparkan keberadaan geografis Karangasem, memiliki 11 jenis ancaman bencana, terutama di musim hujan, terjadi bencana, tanah longsor, cuaca ekstrem, abrasi, kebakaran hutan, gelombang ekstrem, kekeringan, wabah penyakit, pohon tumbang, dan lain-lain. Khusus Pura Besakih berhulu Gunung Agung, terakhir terjadi erupsi tahun 2017-2018, mengakibatkan areal Pura Besakih dan sekitarnya tertutup abu vulkanik.
“Hikmah beragam bencana yang terjadi, masyarakat telah mampu melakukan evakuasi mandiri, setelah pemerintah melakukan mitigasi,” kata Wabup Artha Dipa.
Sebab, sebelum bencana terjadi, BPBD Karangasem telah berulang kali melakukan simulasi, membentuk keluarga tangguh bencana (katana), satuan pendidikan aman bencana (SPAB), membentuk desa tangguh bencana, dan memasang rambu-rambu jalur evakuasi.
Wabup Artha Dipa mengapresiasi pemerintah pusat yang mengagendakan field trip ke Objek Wisata Pura Besakih, sehingga berkesempatan memperlihatkan kearifan lokal, budaya, dan adat.
Setiap delegasi yang tiba di Pura Besakih disambut petugas BPBD di Bencingah Agung, diberikan souvenir berupa tas bergambar Pura Besakih di dalamnya berisi brosur memuat tentang informasi keberadaan Pura Besakih, dan peserta laki-laki dipasangi udeng.
Selanjutnya tiap delegasi didampingi pramuwisata, lalu berkeliling Pura Besakih, mulai dari jalur di antara Pura Pedharman Besakih dengan Pura Penataran Agung Besakih, selanjutnya ke utara mengelilingi Pura Penataran dan tiba di Pura Soring Ambal-Ambal, kemudian foto bersama di depan candi bentar Pura Penataran Agung Besakih.
Di Kabupaten Bangli, Desa Tradisional Penglipuran yang berlokasi di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli menjadi tujuan lokasi yang dikunjungi rombongan tersebut.
Manajer Desa Wisata Penglipuran I Wayan Sumiarsa, menyatakan ada ratusan delegasi dan tamu VIP yang berkunjung. Para delegasi antusias untuk mengetahui tradisi dan budaya di Desa Penglipuran. “Saat kunjungan, kami mencerita tentang ciri khas Penglipuran, tradisi, dan budaya. Mereka terlihat antusias selama di sini,” ungkapnya.
Saat kunjungan tersebut, pihaknya juga menjelaskan terkait penanganan bencana. Salah satunya fungsi kentongan atau kulkul kayu, ketika terjadi bencana alam seperti gempa atau kebakaran. “Kulkul ini dimanfaatkan untuk menginformasikan kepada warga,” kata Wayan Sumiarsa.
Dengan adanya kunjungan delegasi dari berbagai negara ini diharapkan bisa meningkatkan kunjungan wisatawan asing ke Penglipuran. Delegasi yang datang kali ini bisa berbagi informasi tentang keindahan dan tradisi budaya yang dimiliki Penglipuran. “Ketika pulang ke negaranya, harapannya mereka menceritakan keindahan Penglipuran,” ucap Wayan Sumiarsa.
Setelah menikmati suasana Desa Penglipuran, rombongan ini melanjutkan perjalanan ke kawasan Kintamani dan lokasi lainnya di Bali.
Di sisi lain, untuk pengamanan event internasional kali ini Polres Bangli melibatkan 224 personel. Pengamanan difokuskan pada lokasi-lokasi yang dikunjungi para delegasi di wilayah Bangli. Selain itu dilakukan pula pengamanan oleh Polsek setempat. “Anggota yang bertugas telah dibagi pada pos-pos yang ditentukan,” ungkap Kapolres Bangli AKBP I Dewa Agung Roy Marantika.
Sementara itu, salah seorang delegasi, Delvina dari Care International menyampaikan dia sepakat bahwa kearifan lokal perlu jadi sorotan dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan bencana.
“Kita harus siap dari tingkat komunitas,“ kata Delvina, delegasi dari Timor Leste, saat ditemui Antara di Kertha Gosa, Klungkung. *wan, k16, esa
Dari kunjungan di tiga tempat tersebut —yang merupakan penutup pertemuan GPDRR 2022 di Bali— para delegasi memperoleh pengetahuan mengenai pentingnya melestarikan kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat dalam memperkuat aksi kesiapsiagaan bencana.
Di Klungkung, rombongan GPDRR mengunjungi Monumen Ida Dewa Agung Jambe dan objek wisata Kertha Gosa, Kecamatan Klungkung, pada Sabtu sore. Rombongan tiba di depan Monumen Ida Dewa Agung Jambe sekitar pukul 16.00 Wita, menggunakan 10 bus.
Kedatangan rombongan disambut langsung oleh Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta didampingi Kepala Dinas Pariwisata Klungkung Anak Agung Putra Wedana, Kepala Dinas Kebudayaan Klungkung Ida Bagus Jumpung. Selain itu penyambutan juga menggunakan gambelan baleganjur.
Sebelum memasuki Monumen Ida Dewa Agung Jambe dan objek wisata Kertha Gosa, Bupati Suwirta memberikan sambutan sekaligus memperkenalkan potensi yang dimiliki Klungkung. Di hadapan delegasi, Bupati Suwirta menceritakan secara singkat sejarah Kabupaten Klungkung. “Klungkung merupakan salah satu kabupaten di Bali yang menjadi pusat kerajaan atau mempunyai peninggalan sejarah,” ujar Bupati Suwirta.
Bupati asal Dusun Ceningan, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, ini menyebut Kertha Gosa salah satu tempat yang sangat bersejarah dalam perang Puputan Klungkung melawan Belanda, dan semangat puputan sebagai spirit dalam menangani kebencanaan.
Selain Kertha Gosa dan Monumen, Catus Pata Klungkung juga merupakan jalur evakuasi apabila terjadi bencana di daerah pesisir, untuk menuju daerah yang lebih tinggi. Begitu juga sebaliknya, jika terjadi bencana gunung meletus, masyarakat yang berada pada radius rawan akan menjauh dan melewati Catus Pata untuk mencari tempat yang lebih aman. “Dengan spirit Puputan Klungkung, masyarakat Kabupaten Klungkung sangat siap untuk mengantisipasi bencana,” imbuh Bupati Suwirta.
Bupati Suwirta juga mengenalkan objek-objek wisata yang ada di Kecamatan Nusa Penida, dan mengajak para delegasi ini nantinya ikut mempromosikan keberadaan Nusa Penida maupun objek Wisata Kertha Gosa. “Selain mempunyai peninggalan sejarah, Klungkung ini juga mempunyai potensi wisata yang sangat bagus. Jadi mari datang ke Nusa Penida dan ikut mempromosikan pariwisata yang ada di Kabupaten Klungkung,” tutur Bupati Suwirta kepada para peserta.
Selanjutnya peserta mengunjungi Kertha Gosa selama hampir 1 jam. Peserta pun terlihat sangat antusias mengunjungi Klungkung. "Ini sangat luar biasa karena mereka sangat mengagumi potensi yang kita miliki,” kata Bupati Suwirta.
Di Karangasem, sebanyak 190 orang delegasi GPDRR melakukan field trip ke Objek Wisata Pura Besakih, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, sekitar pukul 10.00 Wita. Kedatangan rombongan disambut Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa di Wantilan Sri Kesari Warmadewa.
Hadir Kapolres Karangasem AKBP Ricko AA Taruna, Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa, Camat Rendang I Wayan Mastra, dan undangan lainnya.
Wabup Artha Dipa memaparkan keberadaan geografis Karangasem, memiliki 11 jenis ancaman bencana, terutama di musim hujan, terjadi bencana, tanah longsor, cuaca ekstrem, abrasi, kebakaran hutan, gelombang ekstrem, kekeringan, wabah penyakit, pohon tumbang, dan lain-lain. Khusus Pura Besakih berhulu Gunung Agung, terakhir terjadi erupsi tahun 2017-2018, mengakibatkan areal Pura Besakih dan sekitarnya tertutup abu vulkanik.
“Hikmah beragam bencana yang terjadi, masyarakat telah mampu melakukan evakuasi mandiri, setelah pemerintah melakukan mitigasi,” kata Wabup Artha Dipa.
Sebab, sebelum bencana terjadi, BPBD Karangasem telah berulang kali melakukan simulasi, membentuk keluarga tangguh bencana (katana), satuan pendidikan aman bencana (SPAB), membentuk desa tangguh bencana, dan memasang rambu-rambu jalur evakuasi.
Wabup Artha Dipa mengapresiasi pemerintah pusat yang mengagendakan field trip ke Objek Wisata Pura Besakih, sehingga berkesempatan memperlihatkan kearifan lokal, budaya, dan adat.
Setiap delegasi yang tiba di Pura Besakih disambut petugas BPBD di Bencingah Agung, diberikan souvenir berupa tas bergambar Pura Besakih di dalamnya berisi brosur memuat tentang informasi keberadaan Pura Besakih, dan peserta laki-laki dipasangi udeng.
Selanjutnya tiap delegasi didampingi pramuwisata, lalu berkeliling Pura Besakih, mulai dari jalur di antara Pura Pedharman Besakih dengan Pura Penataran Agung Besakih, selanjutnya ke utara mengelilingi Pura Penataran dan tiba di Pura Soring Ambal-Ambal, kemudian foto bersama di depan candi bentar Pura Penataran Agung Besakih.
Di Kabupaten Bangli, Desa Tradisional Penglipuran yang berlokasi di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli menjadi tujuan lokasi yang dikunjungi rombongan tersebut.
Manajer Desa Wisata Penglipuran I Wayan Sumiarsa, menyatakan ada ratusan delegasi dan tamu VIP yang berkunjung. Para delegasi antusias untuk mengetahui tradisi dan budaya di Desa Penglipuran. “Saat kunjungan, kami mencerita tentang ciri khas Penglipuran, tradisi, dan budaya. Mereka terlihat antusias selama di sini,” ungkapnya.
Saat kunjungan tersebut, pihaknya juga menjelaskan terkait penanganan bencana. Salah satunya fungsi kentongan atau kulkul kayu, ketika terjadi bencana alam seperti gempa atau kebakaran. “Kulkul ini dimanfaatkan untuk menginformasikan kepada warga,” kata Wayan Sumiarsa.
Dengan adanya kunjungan delegasi dari berbagai negara ini diharapkan bisa meningkatkan kunjungan wisatawan asing ke Penglipuran. Delegasi yang datang kali ini bisa berbagi informasi tentang keindahan dan tradisi budaya yang dimiliki Penglipuran. “Ketika pulang ke negaranya, harapannya mereka menceritakan keindahan Penglipuran,” ucap Wayan Sumiarsa.
Setelah menikmati suasana Desa Penglipuran, rombongan ini melanjutkan perjalanan ke kawasan Kintamani dan lokasi lainnya di Bali.
Di sisi lain, untuk pengamanan event internasional kali ini Polres Bangli melibatkan 224 personel. Pengamanan difokuskan pada lokasi-lokasi yang dikunjungi para delegasi di wilayah Bangli. Selain itu dilakukan pula pengamanan oleh Polsek setempat. “Anggota yang bertugas telah dibagi pada pos-pos yang ditentukan,” ungkap Kapolres Bangli AKBP I Dewa Agung Roy Marantika.
Sementara itu, salah seorang delegasi, Delvina dari Care International menyampaikan dia sepakat bahwa kearifan lokal perlu jadi sorotan dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan bencana.
“Kita harus siap dari tingkat komunitas,“ kata Delvina, delegasi dari Timor Leste, saat ditemui Antara di Kertha Gosa, Klungkung. *wan, k16, esa
1
Komentar