Widiada : Berpolitik Tak Mengumbar Konflik
Jadikan Puri Sebagai Pengawal Kebhinekaan
DENPASAR,NusaBali
Panglingsir Puri Peguyangan Denpasar sekaligus juga politisi senior Partai NasDem Bali Anak Agung Ngurah Gde Widiada menegaskan politik tidak harus mengumbar konflik.
Perbedaan posisi dan peran apapun, ruang dialog adalah penyelesaiannya. “Kami berbeda dalam ruang dan posisi, namun kami berkomitmen membangun Denpasar dan mendukung program pemerintah Provinsi Bali, terutama dalam pelestarian adat dan seni budaya. Menjaga Denpasar sebagai ‘Rumah Kita’ dengan prinsip Vasudhaiva Kutumbakam yang bermakna bahwa kita adalah satu keluarga. Kita berbeda, tetapi punya satu tujuan memajukan daerah,” ujar Ngurah Widiada saat memberikan sekapur sirih dalam Workshop Gamut (gamelan mulut) yang digelar di Taman Sutasoma, Puri Peguyangan, Kelurahan Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara, Minggu (29/5) malam.
Pernyataan mendalam yang disampaikan Widiada ini menandakan kedewasaan mengambil posisi politik dengan pemerintahan di Denpasar dan Provinsi Bali. Bagaimana tidak, Widiada adalah adalah tokoh Puri Peguyangan Denpasar yang saat ini sebagai Ketua Bappil NasDem Bali dan ketua Fraksi NasDem-PSI DPRD Denpasar. Dalam situasi tersebut, Widiada yang sudah 30 tahun (6 periode,red) duduk di DPRD Denpasar menegaskan sosok dan ajaran Sutasoma sangat relevan dipraktekkan dalam masa kekinian. Termasuk dalam mengelola perbedaan pendapat dan pikiran.
Dalam Kakawin Sutasoma yang ditulis Mpu Tantular ini, kata Ngurah Widiada Sutasoma mengajarkan nilai- nilai toleransi, menjaga perbedaan dan menjaga kedamaian. “Di Taman Sutasoma Puri Peguyangan ini, saya ingin mengajak generasi muda kita menghargai perbedaan pendapat. Dengan melaksanakan spirit sosok Sutasoma, kita hindari mengumbar konflik, tetapi senantiasa kedepankan dialog. Sutasoma kan begitu, sabar dan tenang,” tegas mantan Wakil Ketua DPRD Denpasar 2009-2014 ini.
Workshop Gamut yang digelar Puri Peguyangan Denpasar tadi malam menghadirkan seniman I Made Wardana, yang 22 tahun malang melintang di Brussels, Belgia sebagai seniman sekaligus staf Kedutaan RI di Belgia. Workshop Gamut oleh Wardana yang dikenal dengan tapel (topeng,red) ‘Man Kenyung’ ini diikuti generasi milienal dan seniman dari Kelurahan Peguyangan. Hadir juga Camat Denpasar Utara I Wayan Yuswara, Lurah Peguyangan I Gede Arcana dan tokoh masyarakat lainnya.
Dalam konteks Workshop Gamut semalam, Ngurah Widiada mendorong Puri Peguyangan menjadi pusat kegiatan sastra, seni budaya dengan menggerakkan generasi milienal. “Kegiatan kecil ini akan mensupport pelestarian dunia sastra, seni dan budaya di Peguyangan,” ujar Ngurah Widiada.
Sementara Camat Denut Yuswara mengatakan pasca kemerdekaan ada pergeseran akan keberadaan Puri-Puri di Bali yang menjadi pusat sastra, pelestarian adat dan budaya. “Maka kami mendukung Puri Peguyangan nanti bisa menghidupkan kembali tradisi, adat budaya Bali. Di Bali saat ini kami lihat Puri Ubud , Gianyar yang masih kental mempertahankan tradisi adat dan budaya. Kegiatan sastra, seni dan budaya rutin digelar Puri Ubud setiap bulan, itu perlu dijaga secara berkelanjutan,” ujar Yuswara. *nat
Komentar