Kasus Cikungunya Merebak di Tabanan
TABANAN, NusaBali
Kasus penyakit Cikungunya merebak di Kabupaten Tabanan. Terbaru kasus Cikungunya terjadi di Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri.
Masyarakat pun diminta waspada dan menerapkan perilaku 3 M (Menguras, Membersihkan, dan Menutup). Data dari Dinas Kesehatan Tabanan, total hingga bulan Mei 2022 tercatat ada 93 kasus cikungunya di Tabanan. Rinciannya bulan Januari 2022 tercatat ada 53 kasus yang tersebar di Kecamatan Kerambitan dan Kediri. Bulan Februari dan Maret nihil kasus. Kasus kembali muncul di bulan April yakni di Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri. Dan di bulan Mei tercatat ada 40 kasus yang tersebar di Kecamatan Kediri dan Kerambitan.
Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, dr Nyoman Suratmika menjelaskan, kasus terbaru di Dese Abiantuwung, Kecamatan Kediri sudah ditangani. Tercatat ada dua kasus di dua banjar berbeda. "Terbaru kasus ada di Desa Abiantuwung, kami sudah cek ke lokasi," ungkap Suratmika, Minggu (29/5).
Kata dia, pasca menerima laporan tersebut pihaknya sudah melakukan penanganan dengan fogging. Sebab, penyakit cikungunya hampir serupa dengan demam berdarah yang bersumber dari nyamuk. "Setelah ada laporan kami langsung fogging,” kata Suratmika.
Dia menceritakan, ciri-ciri wilayah yang rentan terserang wabah cikungunya tak jauh beda dengan DBD. Diantaranya mulai adanya populasi nyamuk, kemudian ditemukan jentik dari genangan air seperti barang bekas misalnya botol air, kaleng dan sebagainya.
"Hanya dari sisi penyakitnya ada perbedaan antara cikungunya dengan DBD. Secara umum hampir sama yakni flu biasa seperti demam, sakit kepala, dan lain sebagainya, tapi untuk cikungunya itu lebih khas akan merasa nyeri tulang lebih berat di seluruh tubuh. Dominan ke nyerinya," bebernya.
Namun diakui pula bahwa masyarakat Tabanan sudah saat aware (peduli) dengan kondisinya. "Ketika mengalami gejala tersebut dan obat umum tak mempan, biasanya langsung menuju faskes terdekat. Sehingga dengan ke faskes, petugas medis biasanya langsung melakukan penanganan dan tidak sampai fatal," kata Suratmika.
Menurutnya, kemunculan kasus cikungunya di Tabanan hampir setiap tahun ada atau hampir sama dengan DBD. Hanya saja, kasusnya tidak sangat menonjol karena masyarakat juga sudah aware dengan kesehatannya. "Masyarakat sudah peduli, ketika 3-4 hari tidak ada perubahan dengan kondisi tubuhnya maka sudah langsung mendatangi faskes," tandasnya.
Sementara untuk mengantisipasi kasus yang tinggi, dia meminta kepada masyarakat hanya cukup menjaga kebersihan lingkungan dan memberantas sarang nyamuk (PSN). Sebab, dua penyakit yakni DBD dan cikungunya disebabkan oleh virus yang diantar nyamuk. "Lingkungan yang bersih terpenting dan rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk, tak mesti harus fogging karena berantas sarang nyamuk yang penting," pesannya. *des
1
Komentar