Jelang Galungan, Buah Lokal Langka
Pebisnis hortikultura terancam kehilangan moment dua hari raya
DENPASAR,NusaBali
Pelaku bisnis hortikultura terancam tidak maksimal memanfaatkan peluang bisnis buah –buahan menjelang Hari Raya Galungan Rabu (8/6) dan Kuningan, Sabtu (18/6).
Penyebabnya produk buah lokal masih langka, karena belum memasuki musim panen. Buah lokal tersebut diantaranya manggis, rambutan, mangga, pisang durian dan yang lainnya. Yang tersedia di pasaran saat ini baru salak gula pasir, pisang, jeruk dan mangga.
“Ya, memang otomatis tidak maksimal bisa memanfaatkan peluang untuk pemenuhan kebutuhan buah Galungan,” ujar I Wayan Sugiarta, pebisnis horti dari Desa Blahkiuh, Badung, Minggu (29/5).
Lanjutnya, keadaan itu tidak bisa dihindari karena memang belum memasuki musim panen buah-buahan produksi lokal. Kalaupun ada harganya juga sudah meningkat.
Dia mencontohkan salak gula pasir dari sebelumnya Rp 8.000 perkilogram, kini sudah naik meniadi Rp 12.000 perkilo.
Demikian juga buah jeruk. Dari harga sebelumnya yang berada di kisaran Rp 8.000 – Rp 10.000 perkilogram, kini harganya naik sampai Rp 18.000 perkilo.
Meskipun mengalami kenaikan hingga 50 persen lebih, menurut Sugiarta hal itu masih dalam batas wajar. “Karena mengingat stok buah-buahan yang jumlahnya tidak banyak,” ujar pria yang juga merupakan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali.
Sementara itu, I Made Sianta, pedagang buah asal Pupuan Tabanan, mengiyakan langkanya buah lokal. “Yang ada baru pisang, salak gula pasir dan jeruk. Itupun jumlahnya masih sedikit,” ujar Sianta.
Karenanya Sianta mengakali dengan berjualan produk tambahan untuk keperluan upacara. Diantaranya janur, jajan atau kue untuk banten Galungan. Dia juga berupaya mendatangkan mangga dari Bandung. “Agar dapat jualan jelang untuk Galungan nanti,” ungkapnya.
Dia juga mengaku bersyukur kini sudah mulai diundang jadi peserta sebagai pelaku UMKM, untuk ikut berjualan dalam kegiatan program pasar rakyat oleh instansi terkait, baik di Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota.
Rencana pada 2 -4 Juni di sekitar Lapangan Margarana, kawasan Niti Mandala, Denpasar. Kemudian pada akhir Mei, di Pegok, Sesetan, Denpasar Selatan. Juga undangan berjualan oleh sebuah perusahan pasar oleh-oleh di Bali. *K17
Pelaku bisnis hortikultura terancam tidak maksimal memanfaatkan peluang bisnis buah –buahan menjelang Hari Raya Galungan Rabu (8/6) dan Kuningan, Sabtu (18/6).
Penyebabnya produk buah lokal masih langka, karena belum memasuki musim panen. Buah lokal tersebut diantaranya manggis, rambutan, mangga, pisang durian dan yang lainnya. Yang tersedia di pasaran saat ini baru salak gula pasir, pisang, jeruk dan mangga.
“Ya, memang otomatis tidak maksimal bisa memanfaatkan peluang untuk pemenuhan kebutuhan buah Galungan,” ujar I Wayan Sugiarta, pebisnis horti dari Desa Blahkiuh, Badung, Minggu (29/5).
Lanjutnya, keadaan itu tidak bisa dihindari karena memang belum memasuki musim panen buah-buahan produksi lokal. Kalaupun ada harganya juga sudah meningkat.
Dia mencontohkan salak gula pasir dari sebelumnya Rp 8.000 perkilogram, kini sudah naik meniadi Rp 12.000 perkilo.
Demikian juga buah jeruk. Dari harga sebelumnya yang berada di kisaran Rp 8.000 – Rp 10.000 perkilogram, kini harganya naik sampai Rp 18.000 perkilo.
Meskipun mengalami kenaikan hingga 50 persen lebih, menurut Sugiarta hal itu masih dalam batas wajar. “Karena mengingat stok buah-buahan yang jumlahnya tidak banyak,” ujar pria yang juga merupakan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali.
Sementara itu, I Made Sianta, pedagang buah asal Pupuan Tabanan, mengiyakan langkanya buah lokal. “Yang ada baru pisang, salak gula pasir dan jeruk. Itupun jumlahnya masih sedikit,” ujar Sianta.
Karenanya Sianta mengakali dengan berjualan produk tambahan untuk keperluan upacara. Diantaranya janur, jajan atau kue untuk banten Galungan. Dia juga berupaya mendatangkan mangga dari Bandung. “Agar dapat jualan jelang untuk Galungan nanti,” ungkapnya.
Dia juga mengaku bersyukur kini sudah mulai diundang jadi peserta sebagai pelaku UMKM, untuk ikut berjualan dalam kegiatan program pasar rakyat oleh instansi terkait, baik di Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota.
Rencana pada 2 -4 Juni di sekitar Lapangan Margarana, kawasan Niti Mandala, Denpasar. Kemudian pada akhir Mei, di Pegok, Sesetan, Denpasar Selatan. Juga undangan berjualan oleh sebuah perusahan pasar oleh-oleh di Bali. *K17
1
Komentar