Be Seen Be Heard: Kaum Muda Diajak Peduli Isu Perubahan Iklim
JAKARTA, NusaBali.com – Isu perubahan iklim gencar digaungkan dalam beberapa tahun terakhir. Sayangnya, isu lingkungan ini dinilai kurang menyentuh kaum muda yang populasinya terbesar di planet ini.
Padahal efek dari perubahan iklim seperti kenaikan suhu dan perubahan suhu yang ekstrem, musim kering dan hujan yang tidak konsisten, hingga bencana alam yang kian sering terjadi sangat bisa kita rasakan saat ini.
Bahkan menurut data yang dirilis oleh Badan Meteorologi, Klimatogi, dan Geofisika (BMKG), dalam rentang 100 tahun, Jakarta sudah mengalami kenaikan suhu sebesar 1,5 derajat. BMKG mengungkapkan bahwa hal ini harusnya baru terjadi di tahun 2030. kenaikan suhu udara tersebut tidak hanya terjadi di DKI Jakarta saja melainkan merata di hampir semua provinsi di Indonesia.
Menyikapi fakta tersebut The Body Shop Indonesia meluncurkan kampanye Be Seen Be Heard yang memfokuskan pada peran serta dan suara kaum muda yang lebih aktif lagi dalam menjawab isu perubahan iklim.
“Populasi anak muda sangat besar, tapi terhadap isu perubahan iklim ini, anak muda tidak punya kesempatan bersuara dan ambil keputusan,” sorot Ratu Ommaya, Head of Values, Community & PR The Body Shop Indonesia.
Dalam peluncuran kampanye Be Seen Be Heard secara virtual, Senin (30/5/2022), Ratu Ommaya membidik tahapan kampanye dimulai dengan awareness, kemudian menghasilkan climate champions. “Dan semoga ada perubahan nyata di tahun 2023,” harapnya.
Secara global, kampanye Be Seen Be Heard ini telah diluncurkan sejak awal bulan Mei bersamaan dengan penerbitan laporan ‘Be Seen Be Heard: Memahami Partisipasi Politik Anak Muda’. yang dilakukan bersama antara The Body Shop dan Kantor Utusan Pemuda Sekretaris Jenderal PBB.
Laporan ini menunjukkan bahwa jutaan kaum muda di seluruh dunia saat ini tidak mendapat peran dalam sektor publik. Dengan adanya isu krisis iklim, konflik global dan ketidaksetaraan generasi yang kian tajam, maka pendapat, perspektif dan representasi dari kaum muda di saat sekarang ini sangat dibutuhkan.
Kampanye Be Seen Be Heard secara global bertujuan untuk menciptakan perubahan struktural jangka panjang dalam hal pengambilan keputusan agar lebih inklusif terhadap kaum muda. “Di Indonesia, perubahan iklim adalah isu yang paling mengkhawatirkan dan telah mempengaruhi kehidupan masyarakat,” kata Ratu Ommaya.
Karena itu, The Body Shop Indonesia ingin mengajak kaum muda untuk lebih Dilihat dan Didengar (Be Seen Be Heard) sehingga bisa berperan aktif dan memegang peran sebagai Change Maker. “Kami mengajak anda untuk lebih lantang bersuara. Jadilah pioner dalam menanggulangi isu ini,” tegas Ratu Ommaya.
Ratu Ommaya juga menggarisbawahi bahwa peran kaum muda sangatlah penting dalam mencegah fenomena perubahan iklim menjadi semakin buruk. “Kalau bukan generasi muda, siapa lagi yang akan memastikan masa depan planet ini. Seperti yang sering kita dengar dan baca; There’s No Future on The Dead Planet. Anda tidak bisa mengejar mimpi dan cita-cita Anda apabila Bumi dan alam sekitarnya tidak lagi Lestari”, demikian lanjut Ommaya.
Turut hadir dalam sesi diskusi ini adalah Angela Gilsha Panari, perwakilan kaum muda yang telah menerapkan gaya hidup berkelanjutan dalam kesehariannya.
“Peran yang dapat kita lakukan dalam mencegah efek perubahan iklim ini menjadi lebih buruk, bisa dilakukan dengan aksi-aksi yang sederhana. Misalnya menggunakan barang-barang yang bisa didaur ulang, mengurangi konsumsi plastik sekali pakai, dan hemat energi, misalnya dengan lebih banyak menggunakan transportasi umum, dan mematikan lampu dan pendingin ruangan di kala kita tidak membutuhkannya,” ungkap Angela.
Senada dengan Angela, Iqbaal Ramadhan, seorang aktor, musisi, dan mahasiswa yang juga telah memulai gaya hidup berkelanjutan mengatakan, “Menjadi Change Maker dalam hal berperan aktif terhadap efek perubahan iklim tidak perlu dimulai dengan hal-hal yang kompleks. Beberapa aksi yang bisa kita jalankan dari sekarang adalah dengan selalu membawa kantong belanja sendiri untuk mengurangi konsumsi kantong plastik.”
Iqbaal pun secara jujur mengaku senang berbelanja di Thrift Store atau toko barang bekas yang harganya terjangkau bagi mahasiswa. “Barang-barang yang didapat dari Thrift Store ini mendidik kita untuk menerapkan konsep re-use sehingga lebih ramah lingkungan,” ungkap Iqbaal.
Berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) di tahun 2018, para Ilmuwan Iklim berkesimpulan bahwa kita hanya punya 8 tahun lagi sebelum Bumi tidak dapat kembali seperti semula.
“Bumi kita semakin panas. Karbon yang terlalu banyak membuat bumi menjadi terlalu panas dan terjadilah krisis iklim. Kita sudah mengalami 7 tahun terpanas berturut-turut sepanjang sejarah yaitu dalam rentang tahun 2015 hingga 2021. Sebagai kaum muda, kita harus mulai mengubah gaya hidup kita dengan memperhatikan usaha mengurangi jejak karbon, dan menyerap karbon yang tidak bisa kita kurangi,” kata Bimo Listyanu, Chief Commercial Officer CarbonEthics.
Indonesia, kata Bimo Listyanu, diprediksi menjadi negara di Asia Tenggara yang terkena dampak luar biasa dari perubahan iklim. Jakarta menjadi kota paling rentan yang akan mengalami dampak akibat krisis iklim karena kombinasi beragam masalah, seperti penurunan permukaan tanah dan minimnya infrastruktur pendukung.
“Saat ini diperkirakan sekitar 40% wilayah ibu kota berada di bawah permukaan laut. Dengan jumlah kaum muda yang besar seharusnya kaum muda bisa menjadi bagian dari solusi atas permasalahan akibat krisis iklim yang terjadi,” kata Bimo.
Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa (27,94 persen). Sementara jumlah generasi milenial mencapai 69,90 juta jiwa (25,87 persen).
“Kaum muda sejak dulu merupakan agen utama yang dapat melakukan perubahan. Dengan energi dan semangat yang tinggi, serta pola pikir dan ide-ide yang kreatif dan inovatif, kaum muda bisa menjadi solusi atas krisis iklim yang akan mengancam masa depan mereka,” sambung Bambang Sutrisno, Co-Founder & Chairman Teens Go Green Indonesia.
Komentar