Masyarakat Enggan Budidayakan Abalon
Masyarakat belum melirik budidaya Abalon, karena masa budidaya hingga panen Abalon cukup lama, sekitar 4 - 5 bulan.
SEMARAPURA, NusaBali
Benih Abalon atau karang mata tujuh/siput balik batu yang ditebar oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Klungkung, di Pantai/Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, menunjukkan perkembangan yang bagus. Namun, masyarakat khususnya nelayan sekitar enggan membudidayakan bahan makanan jenis seafood ini.
‘’Sejauh ini belum ada permintaan dari masyarakat melalui kelompok untuk memohon benih Abalon untuk dibudidayakan,’’ ujar Kepala DKKP Klungkung I Dewa Ketut Sueta Negara, Senin (30/5). Pejabat asal Desa Bungbungan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung ini, menyebutkan faktor yang membuat masyarakat belum melirik budidaya Abalon, karena masa budidaya hingga panen Abalon cukup lama, sekitar 4 - 5 bulan.
Jika dibandingkan budidaya rumput laut yang sudah digeluti masyarakat selama ini, hasilnya lebih cepat, 35 - 45 hari sudah panen. Pemeliharaan Abalon juga membutuhkan perhatian ekstra. "Kemungkinan masyarakat juga memikirkan bagaimana pemasaran Abalon ini nanti," kata Dewa Sueta.
Padahal, lanjut Dewa Sueta, pihak Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP) Gondol di Buleleng, yang ikut mengembangkan Abalon ini di Lembongan, siap memfasilitasi. "Budidaya rumput laut dan Abalon sebenarnya saling menguntungkan. Karena sisa rumput laut merupakan makanan Abalon," kata Dewa Sueta.
Dia mengharapkan, perkembangan pariwisata di Kecamatan Nusa Penida yang semakin bagus ke depan, menjadikan permintaan bahan makanan seafood meningkat, hingga masyarakat makin melirik budidaya Abalon.
Kata dia, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta tengah memprogramkan pembuatan tambak di Nusa Penida, salah satunya demplot Abalon.
Seperti diketahui, DKPP Klungkung bersama Tim Ahli dari BBRBLPP menebar ribuan ekor benih Abalon untuk demplot di perairan Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, Sabtu (31/7/2021) sore. "Bibit abalon ini hanya kami jadikan sebagai denplot atau percontohan," ujar Ketua Tim Ahli BBRBLPP, Ibnu Rusdi, beberapa waktu lalu. *wan
‘’Sejauh ini belum ada permintaan dari masyarakat melalui kelompok untuk memohon benih Abalon untuk dibudidayakan,’’ ujar Kepala DKKP Klungkung I Dewa Ketut Sueta Negara, Senin (30/5). Pejabat asal Desa Bungbungan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung ini, menyebutkan faktor yang membuat masyarakat belum melirik budidaya Abalon, karena masa budidaya hingga panen Abalon cukup lama, sekitar 4 - 5 bulan.
Jika dibandingkan budidaya rumput laut yang sudah digeluti masyarakat selama ini, hasilnya lebih cepat, 35 - 45 hari sudah panen. Pemeliharaan Abalon juga membutuhkan perhatian ekstra. "Kemungkinan masyarakat juga memikirkan bagaimana pemasaran Abalon ini nanti," kata Dewa Sueta.
Padahal, lanjut Dewa Sueta, pihak Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP) Gondol di Buleleng, yang ikut mengembangkan Abalon ini di Lembongan, siap memfasilitasi. "Budidaya rumput laut dan Abalon sebenarnya saling menguntungkan. Karena sisa rumput laut merupakan makanan Abalon," kata Dewa Sueta.
Dia mengharapkan, perkembangan pariwisata di Kecamatan Nusa Penida yang semakin bagus ke depan, menjadikan permintaan bahan makanan seafood meningkat, hingga masyarakat makin melirik budidaya Abalon.
Kata dia, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta tengah memprogramkan pembuatan tambak di Nusa Penida, salah satunya demplot Abalon.
Seperti diketahui, DKPP Klungkung bersama Tim Ahli dari BBRBLPP menebar ribuan ekor benih Abalon untuk demplot di perairan Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, Sabtu (31/7/2021) sore. "Bibit abalon ini hanya kami jadikan sebagai denplot atau percontohan," ujar Ketua Tim Ahli BBRBLPP, Ibnu Rusdi, beberapa waktu lalu. *wan
1
Komentar