Jelang Galungan, Harga Bumbu Dapur Meroket
Selain bumbu dapur seperti cabai dan bawang, harga telur ayam broiler juga ikut naik.
NEGARA, NusaBali
Jelang Hari Raya Galungan yang jatuh pada 8 Juni mendatang, harga sejumlah bumbu dapur meroket di pasaran Kabupaten Jembrana. Tidak hanya dikeluhkan para konsumen, enaikan harga bumbu dapur seperti cabai, bawang, termasuk tomat, juga dikeluhkan pedagang di pasar yang juga akhirnya kesulitan menjual dagangannya.
Seperti diungkapkan Putu Eka Suadnyana, 28, salah seorang pedagang sembako di Pasar Desa Adat Lelateng, Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Jembrana, Rabu (1/6). Menurutnya, kenaikan harga berbagai bumbu dapur sudah terjadi sejak sepekan terakhir. Bumbu dapur yang mengalami lonjakan itu, di antaranya adalah cabai termasuk bawang.
“Cabai kecil awalnya Rp 25.000 per kilogram (kg), sekarang sudah jadi Rp 55.000 (per kg). Cabai rawit dari Rp 30.000 (per kg) sekarang sudah Rp 45.000 (per kg). Terus cabai besar (cabai lombok) sekarang Rp 50.000 (per kg) dari sebelumnya Rp 38.000 (per kg). Sedangkan bawang sebelumnya Rp 30.000 (per kg), sekarang Rp 36.000 (per kg),” ucap Eka.
Menurut Eka, karena terjadi lonjakan harga itu, dirinya kesulitan berjualan karena sebagian besar konsumennya adalah pembeli eceran. “Jualan sulit. Biasanya orang beli eceran Rp 10.000-Rp 20.000 minta campur, sulit mau kasih berapa. Sedangkan harga pada naik. Kalau tidak dilayani, kita tidak dapat jualan,” ucap Eka yang merupakan warga dari Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana.
Selain di Pasar Adat Lelateng, kondisi serupa juga terjadi di Pasar Umum Negara, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana. Selain cabai dan bawang, harga bumbu dapur berupa tomat juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dari pekan lalu harga tomat Rp 5.000 per kg, kini naik menjadi Rp 14.000 per kg.
Di samping itu, harga telur ayam broiler yang sepekan lalu masih kisaran Rp 1.300 per butir, juga naik menjadi Rp 1.700 per butir. “Selain bumbu dapur, dari seminggu lalu harga telur juga naik. Sekarang kami pun susah kalau jual eceran,” ujar Ni Nengah Sueni, 56, salah seorang pedagang sembako di Pasar Umum Negara.
Sementara Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (Koperindag) Jembrana I Komang Agus Adinata, mengatakan harga sejumlah sembako, terutama beberapa bumbu dapur itu, memang biasa naik-turun. Kenaikan harga bumbu dapur itu, terjadi karena adanya gangguan pasokan di tingkat petani lantaran masalah cuaca.
“Kami terus monitor (harga sembako di pasaran). Kalaupun ada kenaikan beberapa komoditas, masih dalam batas kewajaran. Sementara kita lihat belum ada kenaikan yang di luar batas wajar. Tidak mungkin juga ada yang mau nimbun cabai. Pasti akan rugi karena akan busuk,” ucap Agus Adinata.
Agar harga tidak semakin melonjak, Agus Adinata mengimbau kepada masyarakat supaya tetap membeli sembako sesuai kebutuhan. Jangan sampai terjadi panic buying yang akhirnya memicu kelangkaan barang di pasaran. Terlebih menjelang hari raya yang pastinya akan diiringi lonjakan permintaan berbagai kebutuhan pokok. *ode
Seperti diungkapkan Putu Eka Suadnyana, 28, salah seorang pedagang sembako di Pasar Desa Adat Lelateng, Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Jembrana, Rabu (1/6). Menurutnya, kenaikan harga berbagai bumbu dapur sudah terjadi sejak sepekan terakhir. Bumbu dapur yang mengalami lonjakan itu, di antaranya adalah cabai termasuk bawang.
“Cabai kecil awalnya Rp 25.000 per kilogram (kg), sekarang sudah jadi Rp 55.000 (per kg). Cabai rawit dari Rp 30.000 (per kg) sekarang sudah Rp 45.000 (per kg). Terus cabai besar (cabai lombok) sekarang Rp 50.000 (per kg) dari sebelumnya Rp 38.000 (per kg). Sedangkan bawang sebelumnya Rp 30.000 (per kg), sekarang Rp 36.000 (per kg),” ucap Eka.
Menurut Eka, karena terjadi lonjakan harga itu, dirinya kesulitan berjualan karena sebagian besar konsumennya adalah pembeli eceran. “Jualan sulit. Biasanya orang beli eceran Rp 10.000-Rp 20.000 minta campur, sulit mau kasih berapa. Sedangkan harga pada naik. Kalau tidak dilayani, kita tidak dapat jualan,” ucap Eka yang merupakan warga dari Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana.
Selain di Pasar Adat Lelateng, kondisi serupa juga terjadi di Pasar Umum Negara, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana. Selain cabai dan bawang, harga bumbu dapur berupa tomat juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dari pekan lalu harga tomat Rp 5.000 per kg, kini naik menjadi Rp 14.000 per kg.
Di samping itu, harga telur ayam broiler yang sepekan lalu masih kisaran Rp 1.300 per butir, juga naik menjadi Rp 1.700 per butir. “Selain bumbu dapur, dari seminggu lalu harga telur juga naik. Sekarang kami pun susah kalau jual eceran,” ujar Ni Nengah Sueni, 56, salah seorang pedagang sembako di Pasar Umum Negara.
Sementara Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (Koperindag) Jembrana I Komang Agus Adinata, mengatakan harga sejumlah sembako, terutama beberapa bumbu dapur itu, memang biasa naik-turun. Kenaikan harga bumbu dapur itu, terjadi karena adanya gangguan pasokan di tingkat petani lantaran masalah cuaca.
“Kami terus monitor (harga sembako di pasaran). Kalaupun ada kenaikan beberapa komoditas, masih dalam batas kewajaran. Sementara kita lihat belum ada kenaikan yang di luar batas wajar. Tidak mungkin juga ada yang mau nimbun cabai. Pasti akan rugi karena akan busuk,” ucap Agus Adinata.
Agar harga tidak semakin melonjak, Agus Adinata mengimbau kepada masyarakat supaya tetap membeli sembako sesuai kebutuhan. Jangan sampai terjadi panic buying yang akhirnya memicu kelangkaan barang di pasaran. Terlebih menjelang hari raya yang pastinya akan diiringi lonjakan permintaan berbagai kebutuhan pokok. *ode
Komentar