Ogoh-ogoh Pemuda Penatahan Kaja Diduga Dibakar
Sekaa Teruna (ST) Yowana Dharma Shanti Banjar Penatahan Kaja, Desa Penatahan, Kecamatan Penebel, Tabanan terancam tak bisa pawai ogoh-ogoh saat malam pangrupukan, Senin (29/3) mendatang.
TABANAN, NusaBali
Pasalnya, ogoh-ogoh karya mereka rusak, diduga dibakar orang misterius, Selasa (21/3) sekitar pukul 01.00 Wita. Informasi dari Ketua ST Yiwana Dharma Shanti, I Made Fendi Prasetya, 22, mengatakan, ogoh-ogoh itu sudah rampung 90 persen. Namun ogoh-ogoh itu dirusak dengan cara dibakar saat balai banjar dalam keadaan sepi. Pada Senin (20/3) malam, anggota sekaa teruna bekerja menggarap ogoh-ogoh. Setelah larut, mereka bubar ke rumah masing-masing. Hanya tinggal empat orang yang masih tinggal dibalai banjar. Sekitar pukul 00.00 Wita, mereka pergi ke Kota Tabanan untuk beli nasi. Begitu balik dari kota, sekitar pukul 01.30 Wita mereka mendapatkan ogoh-ogoh yang ditaruh di selatan balai banjar sudah terbakar.
Dikatakan, ogoh-ogoh yang dinamakan Triwikrama itu sudah rampung 90 persen, tinggal finishing dengan tambahan asesoris. “Rekan kami yang pulang dari beli nasi terkejut dan panik melihat ogoh-ogoh terbakar. Mereka menginfokan kepada pemuda yang lainya untuk melihat ogoh-ogih yang terbakar,” jelas Fendi. Untungnya, api tidak berkobar dan mengenai bangunan lainnya. Termasuk atap terpal juga tidak terbakar, kemungkinan karena ogoh-ogoh divernis sehingga hanya mengeluarkan asap. “Saat itu kami memeriksa apakah ada yang hidupkan dupa atau rokok. Dugaan kami sengaja dibakar, kalau rokok tidak mungkin melalap kecuali dirobek,” duganya.
Akibat kebakaran itu, ST Yowana Dharma Shanti Banjar Penatahan Kaja mengalami kerugian sekitar Rp 10 juta. Mereka pun kecewa karena dua bulan persiapkan ogoh-ogoh hingga larut malam, setelah hampir rampung justru dirusak orang. “Kami semuanya kecewa, kerja keras sia-sia. Bahkan kami sudah latihan fragmentari untuk pawai ogoh-ogoh,” ungkap Fendi. Menghilangkan perasaan kecewa dan agar bisa tampil bersama 5 banjar lainnya di pertigaan Desa Penatahan saat pangrupukan, mereka berupaya cari ogoh-ogoh yang siap dibeli di kawasan Gianyar. “Kas kami sudah menipis. Pihak adat yang membantu kami beli ogoh-ogoh baru,” imbuhnya.
Sementara Kelian Adat Banjar Penatahan Kaja, I Made Sumerta sangat terkejut atas kejadian yang baru pertama kali terjadi di wilayahnya. Sempat dikira kena rokok ataupun sampah yang dibakar, tetapi setelah dicek bersama-sama dengan warga, tidak ditemukan bekas rokok ataupun bakar sampah. Memulihkan kembali semangat pemudanya, pihak adat akan talangi dana sebesar Rp 7 juta untuk beli ogoh-ogoh baru. Pihaknya tidak ada rencana melaporkan kasus ini ke polisi. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ia meredam warga dan pemuda untuk tidak menuduh siapa pun karena pada saat kejadian tidak ada saksi ataupun yang melihat. * d
Pasalnya, ogoh-ogoh karya mereka rusak, diduga dibakar orang misterius, Selasa (21/3) sekitar pukul 01.00 Wita. Informasi dari Ketua ST Yiwana Dharma Shanti, I Made Fendi Prasetya, 22, mengatakan, ogoh-ogoh itu sudah rampung 90 persen. Namun ogoh-ogoh itu dirusak dengan cara dibakar saat balai banjar dalam keadaan sepi. Pada Senin (20/3) malam, anggota sekaa teruna bekerja menggarap ogoh-ogoh. Setelah larut, mereka bubar ke rumah masing-masing. Hanya tinggal empat orang yang masih tinggal dibalai banjar. Sekitar pukul 00.00 Wita, mereka pergi ke Kota Tabanan untuk beli nasi. Begitu balik dari kota, sekitar pukul 01.30 Wita mereka mendapatkan ogoh-ogoh yang ditaruh di selatan balai banjar sudah terbakar.
Dikatakan, ogoh-ogoh yang dinamakan Triwikrama itu sudah rampung 90 persen, tinggal finishing dengan tambahan asesoris. “Rekan kami yang pulang dari beli nasi terkejut dan panik melihat ogoh-ogoh terbakar. Mereka menginfokan kepada pemuda yang lainya untuk melihat ogoh-ogih yang terbakar,” jelas Fendi. Untungnya, api tidak berkobar dan mengenai bangunan lainnya. Termasuk atap terpal juga tidak terbakar, kemungkinan karena ogoh-ogoh divernis sehingga hanya mengeluarkan asap. “Saat itu kami memeriksa apakah ada yang hidupkan dupa atau rokok. Dugaan kami sengaja dibakar, kalau rokok tidak mungkin melalap kecuali dirobek,” duganya.
Akibat kebakaran itu, ST Yowana Dharma Shanti Banjar Penatahan Kaja mengalami kerugian sekitar Rp 10 juta. Mereka pun kecewa karena dua bulan persiapkan ogoh-ogoh hingga larut malam, setelah hampir rampung justru dirusak orang. “Kami semuanya kecewa, kerja keras sia-sia. Bahkan kami sudah latihan fragmentari untuk pawai ogoh-ogoh,” ungkap Fendi. Menghilangkan perasaan kecewa dan agar bisa tampil bersama 5 banjar lainnya di pertigaan Desa Penatahan saat pangrupukan, mereka berupaya cari ogoh-ogoh yang siap dibeli di kawasan Gianyar. “Kas kami sudah menipis. Pihak adat yang membantu kami beli ogoh-ogoh baru,” imbuhnya.
Sementara Kelian Adat Banjar Penatahan Kaja, I Made Sumerta sangat terkejut atas kejadian yang baru pertama kali terjadi di wilayahnya. Sempat dikira kena rokok ataupun sampah yang dibakar, tetapi setelah dicek bersama-sama dengan warga, tidak ditemukan bekas rokok ataupun bakar sampah. Memulihkan kembali semangat pemudanya, pihak adat akan talangi dana sebesar Rp 7 juta untuk beli ogoh-ogoh baru. Pihaknya tidak ada rencana melaporkan kasus ini ke polisi. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ia meredam warga dan pemuda untuk tidak menuduh siapa pun karena pada saat kejadian tidak ada saksi ataupun yang melihat. * d
Komentar