Jelang Galungan, 3.059 Ekor Babi Siap Potong
GUPBI Bali : Harga Babi Hidup Rp 40.000 Hingga Rp 41.000 Per Kg
Dispertan sudah bersurat kepada perbekel dan lurah untuk mendapatkan data lokasi tempat pemotongan babi, sehingga memudahkan tim mengawasi.
MANGUPURA, NusaBali
Jelang Hari Raya Galungan dan Kuningan, Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Badung memastikan kebutuhan daging babi untuk masyarakat di Gumi Keris aman dan terpenuhi. Pasalnya, terdapat 3.059 ekor babi siap dipotong untuk kebutuhan Galungan kali ini. Bahkan jumlah tersebut merupakan data dari peternak, belum termasuk babi yang dipelihara warga secara pribadi.
Kadispertan Badung I Wayan Wijana, mengatakan stok babi potong cukup melimpah jelang Galungan. Bahkan dua kali lipat meningkat dibanding jumlah babi potong pada penampahan Galungan sebelumnya. Hal ini karena jumlah populasi babi meningkat pasca pulih dari serangan virus ASF (African Swine Fever).
“Berdasarkan hasil pendataan kami, populasi babi tercatat sekitar 23.126 ekor, di mana 3.059 di antaranya merupakan babi yang siap potong. Jumlah ini saya kira mencukupi, karena sesuai catatan kami, Galungan sebelumnya jumlah babi yang dipotong 1.289 ekor,” kata Wijana, Jumat (3/6).
Wijana melanjutkan, untuk memastikan kesehatan babi yang akan dipotong, pihaknya menerjukan tim melakukan pemeriksaan antemortem dan postmortem. Pemeriksaan ini guna memastikan masyarakat bisa mendapatkan daging yang sehat. “Kami juga sudah bersurat kepada perbekel dan lurah untuk mendapatkan data lokasi tempat pemotongan babi, sehingga bisa memudahkan tim kami melakukan pengawasan,” kata mantan Kabag Organisasi dan Tata Laksana Setda Badung ini.
Sementara itu, Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali memprediksi jumlah babi yang sudah siap potong berkisar 600.000 ekor. Meski tak memiliki data pasti terkait kebutuhan babi se-Bali, namun babi yang akan dipotong saat penampahan Galungan diperkirakan tidak lebih dari 100.000 ekor.
“Data kebutuhan kita tidak tahu berapa. Namun kita pastikan sekitar 100.000 ekor yang akan dipotong. Jadi untuk kebutuhan mestinya dinas terkait yang lebih tahu,” kata Ketua GUPBI Bali Ketut Hary Suyasa.
Terkait harga babi saat ini, kata Hary Suyasa, masih stabil. Harga babi hidup berkisar dari Rp 40.000 sampai Rp 41.000 per kg. GUPBI, kata dia, berusaha untuk menjaga stabilitas harga, sehingga masyarakat bisa menikmati daging babi saat hari raya. “Selain itu juga tak dapat dipungkiri permintaan daging babi saat ini mungkin tidak terlalu banyak, karena ekonomi belum pulih total, mungkin jumlah babi yang dipotong juga masih sedikit dibandingkan dengan Hari Raya Galungan sebelum adanya Covid-19,” ucapnya.
Hary Suyasa membeberkan, sebelum virus ASF menyerang, populasi babi di Bali di angka 1 juta ekor. Namun setelah kemunculan virus tersebut, banyak babi di Bali mati. Saat ini pemulihan ternak babi sudah mulai terlihat. Tapi tak dapat dipungkiri jika peternak masih khawatir virus kembali muncul yang bisa menyerang babi. “Dengan pengalaman peternak sebelumnya yang menerapkan biosecurity, populasi babi di Bali saat ini sudah mulai meningkat,” katanya. *ind
Kadispertan Badung I Wayan Wijana, mengatakan stok babi potong cukup melimpah jelang Galungan. Bahkan dua kali lipat meningkat dibanding jumlah babi potong pada penampahan Galungan sebelumnya. Hal ini karena jumlah populasi babi meningkat pasca pulih dari serangan virus ASF (African Swine Fever).
“Berdasarkan hasil pendataan kami, populasi babi tercatat sekitar 23.126 ekor, di mana 3.059 di antaranya merupakan babi yang siap potong. Jumlah ini saya kira mencukupi, karena sesuai catatan kami, Galungan sebelumnya jumlah babi yang dipotong 1.289 ekor,” kata Wijana, Jumat (3/6).
Wijana melanjutkan, untuk memastikan kesehatan babi yang akan dipotong, pihaknya menerjukan tim melakukan pemeriksaan antemortem dan postmortem. Pemeriksaan ini guna memastikan masyarakat bisa mendapatkan daging yang sehat. “Kami juga sudah bersurat kepada perbekel dan lurah untuk mendapatkan data lokasi tempat pemotongan babi, sehingga bisa memudahkan tim kami melakukan pengawasan,” kata mantan Kabag Organisasi dan Tata Laksana Setda Badung ini.
Sementara itu, Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali memprediksi jumlah babi yang sudah siap potong berkisar 600.000 ekor. Meski tak memiliki data pasti terkait kebutuhan babi se-Bali, namun babi yang akan dipotong saat penampahan Galungan diperkirakan tidak lebih dari 100.000 ekor.
“Data kebutuhan kita tidak tahu berapa. Namun kita pastikan sekitar 100.000 ekor yang akan dipotong. Jadi untuk kebutuhan mestinya dinas terkait yang lebih tahu,” kata Ketua GUPBI Bali Ketut Hary Suyasa.
Terkait harga babi saat ini, kata Hary Suyasa, masih stabil. Harga babi hidup berkisar dari Rp 40.000 sampai Rp 41.000 per kg. GUPBI, kata dia, berusaha untuk menjaga stabilitas harga, sehingga masyarakat bisa menikmati daging babi saat hari raya. “Selain itu juga tak dapat dipungkiri permintaan daging babi saat ini mungkin tidak terlalu banyak, karena ekonomi belum pulih total, mungkin jumlah babi yang dipotong juga masih sedikit dibandingkan dengan Hari Raya Galungan sebelum adanya Covid-19,” ucapnya.
Hary Suyasa membeberkan, sebelum virus ASF menyerang, populasi babi di Bali di angka 1 juta ekor. Namun setelah kemunculan virus tersebut, banyak babi di Bali mati. Saat ini pemulihan ternak babi sudah mulai terlihat. Tapi tak dapat dipungkiri jika peternak masih khawatir virus kembali muncul yang bisa menyerang babi. “Dengan pengalaman peternak sebelumnya yang menerapkan biosecurity, populasi babi di Bali saat ini sudah mulai meningkat,” katanya. *ind
Komentar