Akademisi, Seniman Dalang, dan Mantan Penyiar Radio
Dr I Gusti Ngurah Pertu Agung SSn MAg, Panglingsir Puri Tegaltamu, Batubulan, Gianyar
GIANYAR, NusaBali
Panglingsir Puri Tegaltamu, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, I Gusti Ngurah Pertu Agung, 44, merupakan akademisi yang juga dikenal sebagai seniman.
Saat ini masih aktif sebagai dosen di Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa, Denpasar. Di sela kesibukannya, mantan radio announcer atau penyiar radio ini juga aktif sebagai seniman dalang dan seniman topeng. Darah seni mengalir dari kakek dan ayahnya yang seorang seniman.
Gusti Ngurah Pertu Agung lahir di Puri Tegaltamu, Banjar Tegaltamu, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar 4 September 1977. Ayahnya, I Gusti Ngurah Made Agung (alm) merupakan pemahat, penari, dan dramawan berperan sebagai wijil atau punakawan dalam kesenian drama tari arja. Sedangkan kakeknya, I Gusti Ngurah Tegaltamu merupakan penari dan pemahat. Terlahir di keluarga seniman dan lingkungan pemahat, Gusti Ngurah Pertu Agung juga tumbuh sebagai pemahat. Sejak di sekolah dasar (SD), sudah terampil pegang pahat dan pengotok (pemukul) serta membuat togog atau patung berbahan batu padas. “Saya sebagai seniman keturunan,” ungkap Gusti Ngurah Pertu Agung, Sabtu (28/5).
Demikian pula teman-teman sebayanya di Banjar Tegaltemu, Desa Batubulan sudah terampil buat togog paras. Sebagian besar krama Banjar Tegaltamu dan sekitarnya merupakan pelaku seni, khususnya seni pahat patung batu padas. Selain melakoni seni tradisi, Gusti Ngurah Pertu Agung juga jago sebagai master of ceremony (MC). Ketrampilan sebagai pembawa acara dipelajari sejak SMP. “Saya belajar secara otodidak,” ungkap putra I Gusti Ngurah Made Agung (alm) dengan I Gusti Ayu Made Ratmi ini. Berbakat sebagai MC mengantarkan Gusti Ngurah Pertu Agung bekerja sebagai penyiar di dua radio swasta terkenal di Denpasar.
Sebagai pramusiar radio, di udara dia dikenal dengan sapan Mas Agung. Dia mengasuh acara musik bertajuk Country Show dan Hallo GM. “Saya suka musik,” ucapnya. Ada pengalaman lucu yang tak terlupakan saat sebagai announcer radio. Panglingsir Puti Tegaltamu ini pernah berdusta kepada penggemar. Terpaksa berdusta karena fokus pada pekerjaan. Tak ingin siarannya terganggu sehingga saat penggemar menanyakan Mas Agung, dijawab tidak ada di studio. “Saya pernah dicari penggemar ke studio, terpaksa saya berbohong mengatakan Mas Agung sedang libur. Padahal penggemar berhadapan langsung dengan Mas Agung,” kenang Gusti Ngurah Pertu Agung.
Dosen di UHN I Gusti Bagus Sugriwa ini mengatakan, penggemar radio hanya hafal suara sang penyiar. Banyak di antara mereka tak kenal wajah idolanya. Istilah Balinya, weruh ring aran tan weruh ring rupa atau akrab dengan nama seseorang namun tak kenal wajahnya. “Ditelepon penggemar itu biasa, tetapi saat bertemu belum tentu mereka mengenali wajah kita,” tutur seniman dalang ini. Mas Agung, terpaksa ‘berbohong’ kepada penggemar yang mencarinya di radio. Hal itu dilakukan bukan niatan mengecewakan penggemar, namun agar pekerjaan tidak terganggu. Jika pas tidak sedang siaran, masih bisa berkongko ria dengan penggemar. Suami I Gusti Agung Dyah Ambarawati ini bekerja di radio dari tahun 2000-2015.
Gusti Ngurah Pertu Agung tak lagi menghibur melalui radio. Dia beralih memberikan tontonan sekaligus tuntunan dengan pementasan wayang dan topeng. Dominan ngayah ngeringgit atau mendalang untuk yadnya. “Sekarang ngayah menari topeng dan mendalang,” ujar pria yang suka puisi dan penulis narasi ini. Lakon wayang yang dipentaskan sesuai kegiatan yadnya. Jika upacara macaru, maka membawakan lakon Bima Swarga. Saat upacara otonan, membawakan lakon Rare Tetuka. Aktif mendalang sejak tahun 2001. Dari rentetan pengalaman berkesenian sejak kecil, Gusti Ngurah Pertu Agung merasakan berkesenian merupakan panggilan hidup sekaligus tanggung jawab sebagai krama Bali. Gusti Ngurah Pertu Agung masih merawat wayang tetamian leluhurnya di Puri Tegaltamu.
Kesibukan Gusti Ngurah Pertu juga bertambah karena ngayah sebagai Mangku Gede Pura Dalem Desa Adat Tegaltamu sejak tahun 2021. Dia nyaluk (menggantikan) Gung Kak Mangku Pura Dalem Tegaltamu yang lebar. Menjalani upacara pawintenan agung sebagai mangku gede pada 15 Juli 2021 di Pura Dalem Desa Adat Tegaltamu. Sebelum mawinten agung, selama 5 tahun membantu mendiang Gung Kak Mangku sebagai mangku alit. Sebagai pamangku, Gusti Ngurah Agung Pertu sedang menyusun peluktuk banten bersama prajuru, sarati, dan prajuru lainnya. Pelutuk banten yang dibuat diharapkan sebagai rujukan generasi penerus. “Pelutuk itu sebenarnya sudah ada. Kami modifikasi lagi,” jelas mantan presenter berita di Alam TV dan host Dharma Wacana di TV One ini. Kini sedang melakukan penulisan untuk sebutan atau nama-nama palinggih di Pura Kahyangan Tiga Desa Adat Tegaltamu. “Sekarang semua sedang proses,” kata vokalis terbaik pria lomba karaoke KNPI Bali tahun 1997 ini. *k17
Komentar