Belasan Korban Keracunan Masih Dirawat
Satu Pasien Dirawat di Ruang Intensif RSUD Buleleng
Polisi telah mengambil sampel makanan nasi bungkus yang sempat disantap para siswa dan guru untuk diperiksa di Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Bali.
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 17 orang korban dugaan keracunan massal siswa SMPN Satu Atap (Satap) 2 Kubutambahan hingga, Minggu (5/6) masih menjalani perawatan di tiga rumah sakit di Buleleng. Seorang di antaranya dirawat di ruang intensif RSUD Buleleng, karena kondisinya sangat lemah.
Belasan pasien yang masih dirawat, yakni 12 orang di antaranya di RS Paramasidhi Singaraja, 2 orang di RSUD Buleleng dan 3 orang lainnya di RSUD Giri Emas di Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Buleleng. Rata-rata pasien dirawat di ruang perawatan dan menunggu pemulihan. Hanya Putu Ariningsih,14, yang dirawat di ruang intensif.
Dirut RSUD Buleleng, dr Putu Arya Nugraha ditemui Minggu siang kemarin mengatakan RSUD Buleleng menerima 101 orang pasien dari SMPN Satap 2 Kubutambahan. Sebanyak 60 orang di antaranya mendapatkan penanganan infus karena mengalami gejala sedang berat, 41 orang lainnya mengalami gejala ringan.
Namun hingga Minggu pagi kemarin hanya tersisa 2 orang pasien yang masih menjalani perawatan. Satu di ruang perawatan dan satu di ruang intensif. Sisanya 99 orang pasien sudah dipulangkan bertahap setelah diobservasi.
“Yang di ruang intensif karena mengalami syok akibat terlalu banyak muntah dan diare sehingga kekurangan cairan. Tekanan darah menurun dan ada peningkatan denyut nadi. Itu tanda kewaspadaan secara medis, perlu perawatan monitoring lebih ketat dan pemberian cairan lebih banyak,” ungkap Arya Nugraha.
Atas kondisi tersebut pasien ini mendapatkan penanganan supply nutrisi, vitamin, cairan dan obat untuk mengatasi keluhan yang masih dirasakan. Saat ini kondisinya pun berangsur membaik meski masih memakai infus dan selang oksigen. Orangtua Ariningsih, yakni Kadek Kardiasa,50, yang ditemui di rumah sakit mengatakan anaknya saat ini masih lemas. Meskipun sudah dalam kondisi sadar. Sebelum ditangani RSUD Buleleng, Ariningsih setelah mengalami gejala keracunan dilarikan orangtuanya ke klinik kesehatan yang berlokasi di wilayah Kintamani, Bangli. Hanya saja semakin malam, kondisinya terus menurun dan akhirnya dirujuk ke RSUD Buleleng.
“Kemarin (Sabtu) jam sembilan malam baru sampai di sini. Terus muntah-muntah saya khawatir juga karena sudah lemas sekali,” kata Kardiasa.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng, Made Astika dihubungi terpisah berdasarkan laporan sekolah dari 161 orang siswa dan 11 orang guru, yang mengalami gejala dan dilarikan ke rumah sakit sebanyak 136 orang. Dua orang pegawai dan seorang guru masuk di dalamnya.
Saat ini Disdikpora sedang melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan, terkait tanggungan biaya rumah sakit korban keracunan. “Kalau status KLB (Kejadian Luar Biasa) maka akan dibiayai pemerintah. Kami masih menunggu hasil evaluasi dari Dinkes apakah nanti masuk KLB atau tidak,” kata Astika.
Disdikpora juga segera akan membuat surat edaran kepada masing-masing satuan pendidikan untuk mengingatkan kembali kewaspadaan menyediakan makanan dan minuman bagi siswa. Terlebih kejadian keracunan makanan saat acara pelepasan atau kenaikan kelas cukup sering terjadi sebelum pandemi. “Kami harap dan imbau kembali kepada satuan pendidikan, kasek dan stakeholder agar lebih waspada dalam pemesanan makanan. Kasus ini sudah sering terjadi anak-anak keracunan karena makan makanan basi atau makanan yang dimasak lebih dari 6 jam. Ini agar menjadi perhatian bersama untuk keselamatan anak-anak kita,” jelas Astika.
Sedangkan polisi masih menyelidiki penyebab seratusan siswa SMP Negeri Satu Atap (Satap) 2 Kubutambahan keracunan makanan. Polisi telah mengambil sampel makanan nasi bungkus yang sempat disantap para siswa untuk diperiksa di Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Bali. Sejumlah saksi yang mengetahui kejadian ini juga tengah dimintai keterangan penyidik.
Kasi Humas Polres Buleleng, AKP Gede Sumarjaya mengatakan kejadian keracunan massal ini dalam penanganan Polres Buleleng setelah dilimpahkan Polsek Kubutambahan. Dalam kasus ini, polisi sudah memeriksa 6 orang siswa yang menjadi korban keracunan, panitia yang memesan makanan atas nama Gede Eka Yasa, dan Kepala Sekolah (Kasek) Komang Rupada.
"Ada 6 orang siswa, Kasek, dam pemesan nasi yang diperiksa sebagai saksi," kata Kasi Humas Polres Buleleng AKP Gede Sumarjaya, dikonfirmasi Minggu siang. Kendati demikian, AKP Sumarjaya belum mengungkap hasil pemeriksaan sementara terhadap para saksi tersebut. AKP Sumarjaya menambahkan, polisi berencana memeriksa pemilik warung penyedia nasi bungkus atas nama Ni Komang Cening untuk melengkapi penyelidikan. "Kami akan olah TKP dengan Dinas Kesehatan dan pemilik warung (untuk dimintai keterangan). Hasil penyelidikan akan kami sampaikan selanjutnya," kata dia.
Dalam penyelidikan ini, polisi juga mengumpulkan sejumlah sampel makanan yang dibagikan sekolah yang diduga mengandung racun. Polisi juga mengambil sampel muntahan siswa serta bahan baku dari warung Ni Komang Cening. AKP Sumarjaya mengatakan sampel makanan tersebut dikirim ke Laboratorium Forensik Polda Bali. Hal ini untuk diperiksa ada atau tidak kandungan bakteri atau racun pada makanan yang dikonsumsi siswa. Adapun isi nasi bungkus tersebut adalah ayam goreng, ayam goreng kecap, mie, telur rebus sambal tomat, babi dan sayur kacang panjang.
Sebelumnya diberitakan siswa SMPN Satap 2 Kubutambahan yang berlokasi di Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, mengalami keracunan massal, Sabtu (4/6) sore. Seratusan siswa terpaksa dilarikan ke rumah sakit oleh orangtua mereka karena mengalami gejala mual, muntah, demam, pusing hingga diare.
Dugaan kasus keracunan massal ini dipicu setelah seluruh siswa dan guru di SMPN Satap 2 Kubutambahan menggelar acara pelepasan siswa kelas IX dan kenaikan kelas siswa kelas VII dan VIII. Mereka bersama-sama menyantap nasi bungkus yang dibeli dari dagang nasi di dekat sekolah. *k23, mz
Belasan pasien yang masih dirawat, yakni 12 orang di antaranya di RS Paramasidhi Singaraja, 2 orang di RSUD Buleleng dan 3 orang lainnya di RSUD Giri Emas di Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Buleleng. Rata-rata pasien dirawat di ruang perawatan dan menunggu pemulihan. Hanya Putu Ariningsih,14, yang dirawat di ruang intensif.
Dirut RSUD Buleleng, dr Putu Arya Nugraha ditemui Minggu siang kemarin mengatakan RSUD Buleleng menerima 101 orang pasien dari SMPN Satap 2 Kubutambahan. Sebanyak 60 orang di antaranya mendapatkan penanganan infus karena mengalami gejala sedang berat, 41 orang lainnya mengalami gejala ringan.
Namun hingga Minggu pagi kemarin hanya tersisa 2 orang pasien yang masih menjalani perawatan. Satu di ruang perawatan dan satu di ruang intensif. Sisanya 99 orang pasien sudah dipulangkan bertahap setelah diobservasi.
“Yang di ruang intensif karena mengalami syok akibat terlalu banyak muntah dan diare sehingga kekurangan cairan. Tekanan darah menurun dan ada peningkatan denyut nadi. Itu tanda kewaspadaan secara medis, perlu perawatan monitoring lebih ketat dan pemberian cairan lebih banyak,” ungkap Arya Nugraha.
Atas kondisi tersebut pasien ini mendapatkan penanganan supply nutrisi, vitamin, cairan dan obat untuk mengatasi keluhan yang masih dirasakan. Saat ini kondisinya pun berangsur membaik meski masih memakai infus dan selang oksigen. Orangtua Ariningsih, yakni Kadek Kardiasa,50, yang ditemui di rumah sakit mengatakan anaknya saat ini masih lemas. Meskipun sudah dalam kondisi sadar. Sebelum ditangani RSUD Buleleng, Ariningsih setelah mengalami gejala keracunan dilarikan orangtuanya ke klinik kesehatan yang berlokasi di wilayah Kintamani, Bangli. Hanya saja semakin malam, kondisinya terus menurun dan akhirnya dirujuk ke RSUD Buleleng.
“Kemarin (Sabtu) jam sembilan malam baru sampai di sini. Terus muntah-muntah saya khawatir juga karena sudah lemas sekali,” kata Kardiasa.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng, Made Astika dihubungi terpisah berdasarkan laporan sekolah dari 161 orang siswa dan 11 orang guru, yang mengalami gejala dan dilarikan ke rumah sakit sebanyak 136 orang. Dua orang pegawai dan seorang guru masuk di dalamnya.
Saat ini Disdikpora sedang melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan, terkait tanggungan biaya rumah sakit korban keracunan. “Kalau status KLB (Kejadian Luar Biasa) maka akan dibiayai pemerintah. Kami masih menunggu hasil evaluasi dari Dinkes apakah nanti masuk KLB atau tidak,” kata Astika.
Disdikpora juga segera akan membuat surat edaran kepada masing-masing satuan pendidikan untuk mengingatkan kembali kewaspadaan menyediakan makanan dan minuman bagi siswa. Terlebih kejadian keracunan makanan saat acara pelepasan atau kenaikan kelas cukup sering terjadi sebelum pandemi. “Kami harap dan imbau kembali kepada satuan pendidikan, kasek dan stakeholder agar lebih waspada dalam pemesanan makanan. Kasus ini sudah sering terjadi anak-anak keracunan karena makan makanan basi atau makanan yang dimasak lebih dari 6 jam. Ini agar menjadi perhatian bersama untuk keselamatan anak-anak kita,” jelas Astika.
Sedangkan polisi masih menyelidiki penyebab seratusan siswa SMP Negeri Satu Atap (Satap) 2 Kubutambahan keracunan makanan. Polisi telah mengambil sampel makanan nasi bungkus yang sempat disantap para siswa untuk diperiksa di Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Bali. Sejumlah saksi yang mengetahui kejadian ini juga tengah dimintai keterangan penyidik.
Kasi Humas Polres Buleleng, AKP Gede Sumarjaya mengatakan kejadian keracunan massal ini dalam penanganan Polres Buleleng setelah dilimpahkan Polsek Kubutambahan. Dalam kasus ini, polisi sudah memeriksa 6 orang siswa yang menjadi korban keracunan, panitia yang memesan makanan atas nama Gede Eka Yasa, dan Kepala Sekolah (Kasek) Komang Rupada.
"Ada 6 orang siswa, Kasek, dam pemesan nasi yang diperiksa sebagai saksi," kata Kasi Humas Polres Buleleng AKP Gede Sumarjaya, dikonfirmasi Minggu siang. Kendati demikian, AKP Sumarjaya belum mengungkap hasil pemeriksaan sementara terhadap para saksi tersebut. AKP Sumarjaya menambahkan, polisi berencana memeriksa pemilik warung penyedia nasi bungkus atas nama Ni Komang Cening untuk melengkapi penyelidikan. "Kami akan olah TKP dengan Dinas Kesehatan dan pemilik warung (untuk dimintai keterangan). Hasil penyelidikan akan kami sampaikan selanjutnya," kata dia.
Dalam penyelidikan ini, polisi juga mengumpulkan sejumlah sampel makanan yang dibagikan sekolah yang diduga mengandung racun. Polisi juga mengambil sampel muntahan siswa serta bahan baku dari warung Ni Komang Cening. AKP Sumarjaya mengatakan sampel makanan tersebut dikirim ke Laboratorium Forensik Polda Bali. Hal ini untuk diperiksa ada atau tidak kandungan bakteri atau racun pada makanan yang dikonsumsi siswa. Adapun isi nasi bungkus tersebut adalah ayam goreng, ayam goreng kecap, mie, telur rebus sambal tomat, babi dan sayur kacang panjang.
Sebelumnya diberitakan siswa SMPN Satap 2 Kubutambahan yang berlokasi di Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, mengalami keracunan massal, Sabtu (4/6) sore. Seratusan siswa terpaksa dilarikan ke rumah sakit oleh orangtua mereka karena mengalami gejala mual, muntah, demam, pusing hingga diare.
Dugaan kasus keracunan massal ini dipicu setelah seluruh siswa dan guru di SMPN Satap 2 Kubutambahan menggelar acara pelepasan siswa kelas IX dan kenaikan kelas siswa kelas VII dan VIII. Mereka bersama-sama menyantap nasi bungkus yang dibeli dari dagang nasi di dekat sekolah. *k23, mz
1
Komentar