Produksi Sepeda Bambu Berharap Bangkit Lagi
Terhenti Selama Pandemi, Karyawan Dirumahkan
AMLAPURA, NusaBali
Produksi sepeda bambu di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Ekoturin Banjar Tunas Sari, Desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu, Karangasem, terpaksa terhenti selama pandemi Covid-19 akibat minimnya pesanan.
Namun di tengah melandainya kasus Covid-19 dengan sejumlah kelonggaran aktivitas masyarakat saat ini, produksi sepeda bambu akan kembali dikembangkan. Pengelola PKBM Ekoturin, I Komang Kurniawan telah memproduksi sepeda bambu sejak tahun 2016 lalu. "Selama ini saya sudah produksi sebanyak 200 unit. Namun dua tahun terakhir berhenti berproduksi selama pandemi Covid-19," ujar Komang Kurniawan, sekaligus perajin sepeda bambu ini.
Kurniawan menuturkan memproduksi sepeda bambu awalnya atas ide dari pemilik PKBM Ekoturin, David, mengingat di Desa Ban dan Desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu banyak tumbuh bambu. Maka dia memulai memproduksi sepeda bambu ini sejak tahun 2016. Sepeda yang dirakit ini merupakan kombinasi dari peralatan (onderdil) sepeda seperti pada umumnya dan dikombinasikan dengan bahan bambu.
Hanya yang berbahan bamboo pada bagian pedal, frame, rangka seperti pipa atas, pipa bawah (pipa yang melintang) menghubungkan kedua roda, penyangga sadel, garpu belakang dan garpu depan. Selebihnya menggunakan alat-alat sepeda asli sesuai merk, seperti ban, roji, pedal, gigi, rantai, rem, dongkrak dan sayap. Sehingga tetap desainnya seperti sepeda aslinya, hanya rangkanya pakai bambu.
Disebutkan Kurniawan, bambu yang digunakan dipilih ukurannya, diameter dan panjang sesuai dengan pipa asli sepeda tersebut biar tepat saat dipasang. Bambu yang digunakan merupakan jenis bambu tali dan bambu bangkok yang telah cukup kematangan usianya. Bambu itu setelah ditebang lalu diawetkan dengan cara direndam menggunakan cairan fremate selama tiga hari agar tahan lama dan tidak mudah bubukan. Proses selanjutnya bamboo tersebut kemudian dikeringkan.
Komang Kurniawan menambahkan, setelah bahan siap diolah, maka diukur biar tepat. Saat dipasang di setiap sudut dililitkan tali, mulai dari tempat duduk, tempat roda dan lain-lain. Langkah berikutnya dihaluskan pakai amplas dan pahat. "Proses pengerjaan mulai dari merakit hingga jadi, memerlukan waktu sekitar 2 hari. Saya sebelumnya sampai mempekerjakan 7 orang, tapi karena produksi terhenti maka pekerja dirumahkan," jelas Kurniawan.
Mengenai bambu yang digunakan, misalnya dengan ketebalan 4-6 mm, diameter 4,5 mm sampai 2 cm, untuk penyangga badan sepeda ketebalan diameter bambu 4,5 mm-5 mm. "Saya merangkai sepeda sesuai pesanan, misalnya merk BMX dibelikan bahan-bahan sepeda BMX, setelah jadi harga jualnya Rp 6 juta, sepeda gunung senilai Rp 9 juta, dan sebagainya," katanya.
Dicontohkan, sepeda gunung membeli komponen sepeda gunung habis Rp 5 juta, setelah sepeda itu dirakit nilai jualnya mencapai Rp 9 juta dengan garansi 1 tahun. "Ini kan sepeda ramah lingkungan anti karat dan tahan lama," tambahnya. Kurniawan pun berharap di tengah melandainya kasus Covid-19 dan pandemi yang kini diwacanakan diakhiri, pemesanan sepeda bambu akan kembali meningkat. “Harapannya seperti agar karyawan juga kembali bisa dipekerjakan,” kata Kurniawan.
Sementara untuk menggairahkan kembali produksi sepeda bambu ini Bupati Karangasem I Gede Dana bersama Sekda Kabupaten Karangasem I Ketut Sedana Merta masing-masing beli satu unit sepeda pada Sabtu (4/6) lalu. "Iya saya juga membeli satu unit. Untuk harganya saya lupa," kata Sekda Sedana Merta singkat. *k16
Komentar