Koster Tegaskan Lawan Impor Melalui Produk Lokal Bali
Saat Buka Seminar 'Aktualisasi Kepemimpinan Bung Karno'
DENPASAR, NusaBali
Gubernur Bali, Wayan Koster secara resmi membuka Seminar ‘Aktualisasi Kepemimpinan Bung Karno dalam Bali Era Baru’ pada Soma Pon Dungulan, Senin (6/6) di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali (Art Center) Denpasar.
Dalam sambutannya Gubernur Koster tegaskan akan lawan produ impor melalui produk garam Bali, arak Bali, beras Bali, endek Bali, hingga busana Adat Bali. Dalam seminar ini menghadirkan narasumber, I Gusti Ngurah Kusuma Kelakan (Anggota Komisi VIII DPR RI), Anak Agung Gede Oka Wisnumurti (pakar politik dan dosen Universitas Warmadewa), Prof I Wayan Ramantha (pakar ekonomi dan guru besar di Universitas Udayana) dan Prof I Wayan ‘Kun’ Adnyana (pakar budaya dan Rektor Institut Seni Indonesia/ISI Denpasar) dengan moderator I Ketut Sumarta.
Gubernur Koster menjelaskan Seminar ‘Aktualisasi Kepemimpinan Bung Karno dalam Bali Era Baru’ dilaksanakan dengan tujuan supaya pemahaman masyarakat tentang ajaran-ajaran Bung Karno berkaitan dengan kebangsaan terus disuarakan dan disampaikan ke masyarakat. "Bangsa kita ini dibangun oleh proklamator, pemimpin pergerakan kita di Indonesia yang mengantarkan Indonesia menjadi negara yang merdeka," ujar mantan Anggota DPR RI tiga periode dari Fraksi PDIP ini.
Bung Karno, kata Gubernur Koster tidak saja menjadi pemimpin pergerakan, proklamator dan menjadi Presiden RI Pertama di Indonesia. Lebih dari itu Bung Karno telah memberikan ajaran-ajaran yang sangat fundamental bagi masa depan bangsa Indonesia. Tidak saja membangun spirit masyarakat Indonesia ketika melawan penjajah, tapi juga membangun spirit bagaimana agar bangsa ini setelah merdeka terus mengisi kemerdekaan dengan pembangunan sesuai konteks perkembangan jamannya.
Itulah sebabnya sebagai generasi penerus harus memahami ini, agar mengetahui dari mana berasal, memahami sejarah panjang bagaimana pemimpin bangsa terdahulu berjuang, hingga mengantarkan bangsa ini ke pencapaian pembangunan saat ini.
"Saya harapkan di seluruh Indonesia supaya kita mengenal sejarah atau Jas Merah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah)," harap orang nomor satu di Pemprov Bali ini. Lebih lanjut Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini menyebutkan Bung Karno tidak saja mewariskan nilai-nilai yang luar biasa, tapi juga mewariskan pembangunan fisik yang sangat monumental.
Jadi Bung Karno itu adalah sosok yang sangat komplit, memiliki pengetahuan dengan membaca referensi yang banyak, sehingga bisa merumuskan tentang bagaimana masa depan Indonesia, bagaimana ideologi bangsa dengan Pancasila yang dibangunnya, dan juga memberikan arahan untuk membangun bangsa ini yang dituangkan dalam konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana.
“Konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana ini bukunya sangat tebal dan ini yang saya baca sebelum menjadi Gubernur Bali serta mempelajari tentang sejarah peradaban Bali, hingga membaca tentang budaya Bali sejak zaman kuno sampai berkembang saat ini. Jadi saya merumuskan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali ini tidak asal, tapi betul-betul membaca referensi,” tegas Koster.
Mantan Peneliti Balitbang Depdikbud dari tahun 1988 sampai 1994 ini meyakini jika Bangsa Indonesia menjalankan konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana yang digagas oleh Bung Karno dan dirumuskan oleh sekitar 600 pakar, maka akan lebih maju. "Saat ini kita akan akan menjadi negara yang sangat kuat dengan memiliki nilai-nilai kehidupan bangsa, juga bagaimana membangun perekonomiannya," ujar Koster.
Berakhirnya kepemimpinan Bung Karno sebagai Presiden RI Pertama, maka konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana ini juga ikut hilang di masa pemerintahan selanjutnya. "Walau Indonesia terbebas dari penjajahan negara lain, tapi Indonesia terus mengalami penjajahan ekonomi sampai sekarang dan kita ini masih dikuasai oleh mafia impor," ungkap Gubernur Koster. Dia menegaskan inilah yang akan dilawan di Bali. Koster tegaskan akan tampilkan garam (uyah) Bali, arak Bali, beras Bali, endek Bali, busana adat Bali, aksara Bali dan semuanya Bali.
"Kita tidak cukup hanya hidup dengan nilai-nilai filosofi sebagai sumber untuk menjalankan kehidupan, tapi kita harus survive dan sejahtera," tegas Gubernur Bali jebolan ITB ini dengan nada semangat. Menurutnya, ekonomi ini harus dibangun, tapi jika ekonomi dibangun tanpa infrastruktur tidak akan pernah berjalan maksimal. “Saya tahu Bali sangat mundur dalam hal infrastruktur, tidak pernah ada desain yang solid mengintegrasikan menjadi master plan tentang kebutuhan infrastruktur Bali. Maka dilihat Bali segitu-segitu saja. Sebagai daerah wisata dunia, Bali harus punya infrastruktur, tidak saja untuk pariwisata bahkan untuk menumbuhkan pusat-pusat perekonomian baru dan mengimbas kepada lingkungannyam,” kata Ketua DPD PDIP Bali ini.
Itulah sebabnya, begitu dilantik menjadi Gubernur, Koster langsung menjalankan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang berakar dari budaya Bali dan melaksanakan pembangunan secara seimbang antara Bali selatan, utara, timur, barat dan Bali tengah. Saat Gubernur Bali, Koster bersama Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) gencar menata pembangunan Bali untuk menuju Bali Era Baru sesuai dengan prinsip Trisakti Bung Karno, yaitu Berdaulat secara Politik, Berdikari secara Ekonomi, dan Berkepribadian dalam Kebudayaan melalui pembangunan infrastrukturnya.
Pembangunan infrastruktur itu, yakni 1) Pelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih; 2) Kawasan Pusat Kebudayaan Bali; 3) Shortcut Singaraja - Mengwitani; 4) Tol Jagat Kerthi Bali; 5) Pelabuhan Segitiga Sanur di Kota Denpasar; 6) Pelabuhan Segitiga Sampalan di Nusa Penida, Klungkung; 7) Pelabuhan Segitiga Bias Munjul di Nusa Ceningan, Klungkung; 8) Bali Maritime Tourism Hub; 9) Bendungan Sidan; 10) Bendungan Tamblang; dan 11) Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali. *nat
Gubernur Koster menjelaskan Seminar ‘Aktualisasi Kepemimpinan Bung Karno dalam Bali Era Baru’ dilaksanakan dengan tujuan supaya pemahaman masyarakat tentang ajaran-ajaran Bung Karno berkaitan dengan kebangsaan terus disuarakan dan disampaikan ke masyarakat. "Bangsa kita ini dibangun oleh proklamator, pemimpin pergerakan kita di Indonesia yang mengantarkan Indonesia menjadi negara yang merdeka," ujar mantan Anggota DPR RI tiga periode dari Fraksi PDIP ini.
Bung Karno, kata Gubernur Koster tidak saja menjadi pemimpin pergerakan, proklamator dan menjadi Presiden RI Pertama di Indonesia. Lebih dari itu Bung Karno telah memberikan ajaran-ajaran yang sangat fundamental bagi masa depan bangsa Indonesia. Tidak saja membangun spirit masyarakat Indonesia ketika melawan penjajah, tapi juga membangun spirit bagaimana agar bangsa ini setelah merdeka terus mengisi kemerdekaan dengan pembangunan sesuai konteks perkembangan jamannya.
Itulah sebabnya sebagai generasi penerus harus memahami ini, agar mengetahui dari mana berasal, memahami sejarah panjang bagaimana pemimpin bangsa terdahulu berjuang, hingga mengantarkan bangsa ini ke pencapaian pembangunan saat ini.
"Saya harapkan di seluruh Indonesia supaya kita mengenal sejarah atau Jas Merah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah)," harap orang nomor satu di Pemprov Bali ini. Lebih lanjut Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini menyebutkan Bung Karno tidak saja mewariskan nilai-nilai yang luar biasa, tapi juga mewariskan pembangunan fisik yang sangat monumental.
Jadi Bung Karno itu adalah sosok yang sangat komplit, memiliki pengetahuan dengan membaca referensi yang banyak, sehingga bisa merumuskan tentang bagaimana masa depan Indonesia, bagaimana ideologi bangsa dengan Pancasila yang dibangunnya, dan juga memberikan arahan untuk membangun bangsa ini yang dituangkan dalam konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana.
“Konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana ini bukunya sangat tebal dan ini yang saya baca sebelum menjadi Gubernur Bali serta mempelajari tentang sejarah peradaban Bali, hingga membaca tentang budaya Bali sejak zaman kuno sampai berkembang saat ini. Jadi saya merumuskan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali ini tidak asal, tapi betul-betul membaca referensi,” tegas Koster.
Mantan Peneliti Balitbang Depdikbud dari tahun 1988 sampai 1994 ini meyakini jika Bangsa Indonesia menjalankan konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana yang digagas oleh Bung Karno dan dirumuskan oleh sekitar 600 pakar, maka akan lebih maju. "Saat ini kita akan akan menjadi negara yang sangat kuat dengan memiliki nilai-nilai kehidupan bangsa, juga bagaimana membangun perekonomiannya," ujar Koster.
Berakhirnya kepemimpinan Bung Karno sebagai Presiden RI Pertama, maka konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana ini juga ikut hilang di masa pemerintahan selanjutnya. "Walau Indonesia terbebas dari penjajahan negara lain, tapi Indonesia terus mengalami penjajahan ekonomi sampai sekarang dan kita ini masih dikuasai oleh mafia impor," ungkap Gubernur Koster. Dia menegaskan inilah yang akan dilawan di Bali. Koster tegaskan akan tampilkan garam (uyah) Bali, arak Bali, beras Bali, endek Bali, busana adat Bali, aksara Bali dan semuanya Bali.
"Kita tidak cukup hanya hidup dengan nilai-nilai filosofi sebagai sumber untuk menjalankan kehidupan, tapi kita harus survive dan sejahtera," tegas Gubernur Bali jebolan ITB ini dengan nada semangat. Menurutnya, ekonomi ini harus dibangun, tapi jika ekonomi dibangun tanpa infrastruktur tidak akan pernah berjalan maksimal. “Saya tahu Bali sangat mundur dalam hal infrastruktur, tidak pernah ada desain yang solid mengintegrasikan menjadi master plan tentang kebutuhan infrastruktur Bali. Maka dilihat Bali segitu-segitu saja. Sebagai daerah wisata dunia, Bali harus punya infrastruktur, tidak saja untuk pariwisata bahkan untuk menumbuhkan pusat-pusat perekonomian baru dan mengimbas kepada lingkungannyam,” kata Ketua DPD PDIP Bali ini.
Itulah sebabnya, begitu dilantik menjadi Gubernur, Koster langsung menjalankan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang berakar dari budaya Bali dan melaksanakan pembangunan secara seimbang antara Bali selatan, utara, timur, barat dan Bali tengah. Saat Gubernur Bali, Koster bersama Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) gencar menata pembangunan Bali untuk menuju Bali Era Baru sesuai dengan prinsip Trisakti Bung Karno, yaitu Berdaulat secara Politik, Berdikari secara Ekonomi, dan Berkepribadian dalam Kebudayaan melalui pembangunan infrastrukturnya.
Pembangunan infrastruktur itu, yakni 1) Pelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih; 2) Kawasan Pusat Kebudayaan Bali; 3) Shortcut Singaraja - Mengwitani; 4) Tol Jagat Kerthi Bali; 5) Pelabuhan Segitiga Sanur di Kota Denpasar; 6) Pelabuhan Segitiga Sampalan di Nusa Penida, Klungkung; 7) Pelabuhan Segitiga Bias Munjul di Nusa Ceningan, Klungkung; 8) Bali Maritime Tourism Hub; 9) Bendungan Sidan; 10) Bendungan Tamblang; dan 11) Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali. *nat
Komentar