Bali Kandarupa 2022 Hadirkan Karya 121 Seniman di Empat Lokasi Pameran
DENPASAR, NusaBali
Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV tahun 2022 akan digelar pada 12 Juni hingga 10 Juli 2022. Serangkaian acara tahunan tersebut akan digelar pula Pameran Bali Kandarupa yang bakal menghadirkan sejumlah karya lukisan dan patung dari 121 seniman.
Pameran besar seni rupa klasik, tradisi, berikut capaian turunan terkini tersebut digelar di empat lokasi, yakni, Museum Puri Lukisan di Kelurahan/Kecamatan Ubud yang menampilkan karya 30 seniman, Museum Seni Neka di Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud (29 seniman), Museum ARMA di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud (39 seniman), dan Gedung Kriya Taman Budaya Provinsi Bali di Denpasar (23 seniman).
Kurator pameran Wayan Kun Adnyana, Anak Agung Gede Rai, dan Warih Wisatsana telah memilih seniman melalui undangan khusus dan terbuka yang menjaring seniman dari seluruh Bali dalam rentang usia 15 tahun hingga 83 tahun.
Menurut Kun Adnyana, pameran Bali Kandarupa yang digelar untuk kedua kalinya mengusung tajuk ‘Danu-Hulu-Manu’ (Susastra Lelaku Air Cipta Rupa) selaras dengan tema PKB XLIV ‘Danu Kerthi Huluning Amreta’ (Memuliakan Air Sumber Kehidupan).
Secara konseptual, Danu-Hulu-Manu adalah rangkaian proses dan capaian kreatif seniman Bali dalam memaknai sekaligus mengembangkan secara dinamis estetika dan stilistika seni rupa klasik dan tradisi yang mengalir ibarat lelaku air, melintasi penampang zaman dengan genialitas yang
bersambung dari generasi ke generasi.
“Tema ini memantik kreativitas seniman Bali dalam mengolah teknik, berikut memunculkan artistik visual yang berkarakter, seperti pola stilir motif air yang beragam, pemaknaan tentang sastra agama, termasuk mengelaborasi praktik ritus dan dunia sehari-hari yang berhubungan dengan tirta, banyu, dan toya,” kata Kun Adnyana, Senin (6/6).
Kun Adnyana yang juga Rektor ISI Denpasar menyebut, eksplorasi yang dihadirkan begitu kaya, beragam motif representasi tertata unik, termasuk penggambaran suasana ruang yang mengimpresi. Bali Kandarupa, lanjut Kun Adnyana, tidak saja dipandang sebagai pameran besar, tetapi juga telah menjadi arena kecakapan artistik, sekaligus adu kepekaan dalam mencerap sekaligus menawarkan berbagai kemungkinan yang bersifat tematis.
Kurator Anak Agung Gede Rai menambahkan karya yang ditampilkan dalam pameran ini merepresentasikan seni rupa tradisi Bali dalam kekhasan gaya, keunggulan lokalitas, dan keunikan capaian personal.
“Pameran ini menjadi catatan terkini tentang kreativitas seniman Bali mengeksplorasi tema Danu-Hulu-Manu, dalam jelajah pemaknaan multilapis. Visual lukisan, prasi, dan patung, menunjuk eksplorasi personal, sekaligus tetap menggambarkan gaya stilistik kewilayahan yang khas, seperti gaya Kamasan, Ubud, Batuan, Nagasepaha, dan lain-lain,” ujarnya.
Bahkan, Agung Rai yang juga founder Museum ARMA ini mengatakan terlihat adanya perkembangan baru di beberapa lokus pedesaan, seperti Baung, Sayan, dan juga vitalitas gaya jelimet dan rumit Desa Keliki yang ajeg bertahan.
Dia bersama kurator lain berpandangan bahwa capaian para seniman dalam pameran ini menggambarkan dinamika seni rupa Bali lintas masa dan lintas generasi. Mencerminkan upaya gigih mereka meraih keotentikan stilistik, selaras penggalian kreatif terhadap tematik Bali Kandarupa 2022.
“Sebagai sebuah peristiwa, Bali Kandarupa telah ditunggu para seniman. Mereka menjadikannya ajang aktualisasi diri dan ruang interaksi-apresiasi bersama,” tutur Agung Rai.
Bali Kandarupa menjadi bagian dari PKB sejak 2021 dengan mengusung tagline Imaji, Memori, Jati Diri. Pameran ini didedikasikan sebagai ruang apresiasi keberadaan seni rupa klasik maupun tradisional di Bali yang kian tumbuh dinamis dengan kreativitas baru yang tetap berakar pada memori kultural agraris, imaji klasik, dan warisan teknik mumpuni sebagai penegas jati diri seni rupa Bali.
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha, menuturkan digelarnya Pameran Bali Kandarupa merupakan manifestasi dari pemberlakuan Perda Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali.
Menurut Sugiartha karya-karya yang ditampilkan menunjukkan seni rupa klasik maupun tradisional di Bali tetap tumbuh dinamis dengan kreativitas baru.
“Hal ini membuktikan keberadaan seni rupa klasik maupun tradisional di Bali tetap tumbuh dinamis dengan kreativitas baru yang berakar dari memori sosial kultural agraris, imaji klasik, serta melahirkan karya-karya yang menegaskan jati diri seni rupa Bali lintas masa dan mewarnai jagat seni rupa nasional maupun internasional,” ujar birokrat asal Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, ini. *cr78
Kurator pameran Wayan Kun Adnyana, Anak Agung Gede Rai, dan Warih Wisatsana telah memilih seniman melalui undangan khusus dan terbuka yang menjaring seniman dari seluruh Bali dalam rentang usia 15 tahun hingga 83 tahun.
Menurut Kun Adnyana, pameran Bali Kandarupa yang digelar untuk kedua kalinya mengusung tajuk ‘Danu-Hulu-Manu’ (Susastra Lelaku Air Cipta Rupa) selaras dengan tema PKB XLIV ‘Danu Kerthi Huluning Amreta’ (Memuliakan Air Sumber Kehidupan).
Secara konseptual, Danu-Hulu-Manu adalah rangkaian proses dan capaian kreatif seniman Bali dalam memaknai sekaligus mengembangkan secara dinamis estetika dan stilistika seni rupa klasik dan tradisi yang mengalir ibarat lelaku air, melintasi penampang zaman dengan genialitas yang
bersambung dari generasi ke generasi.
“Tema ini memantik kreativitas seniman Bali dalam mengolah teknik, berikut memunculkan artistik visual yang berkarakter, seperti pola stilir motif air yang beragam, pemaknaan tentang sastra agama, termasuk mengelaborasi praktik ritus dan dunia sehari-hari yang berhubungan dengan tirta, banyu, dan toya,” kata Kun Adnyana, Senin (6/6).
Kun Adnyana yang juga Rektor ISI Denpasar menyebut, eksplorasi yang dihadirkan begitu kaya, beragam motif representasi tertata unik, termasuk penggambaran suasana ruang yang mengimpresi. Bali Kandarupa, lanjut Kun Adnyana, tidak saja dipandang sebagai pameran besar, tetapi juga telah menjadi arena kecakapan artistik, sekaligus adu kepekaan dalam mencerap sekaligus menawarkan berbagai kemungkinan yang bersifat tematis.
Kurator Anak Agung Gede Rai menambahkan karya yang ditampilkan dalam pameran ini merepresentasikan seni rupa tradisi Bali dalam kekhasan gaya, keunggulan lokalitas, dan keunikan capaian personal.
“Pameran ini menjadi catatan terkini tentang kreativitas seniman Bali mengeksplorasi tema Danu-Hulu-Manu, dalam jelajah pemaknaan multilapis. Visual lukisan, prasi, dan patung, menunjuk eksplorasi personal, sekaligus tetap menggambarkan gaya stilistik kewilayahan yang khas, seperti gaya Kamasan, Ubud, Batuan, Nagasepaha, dan lain-lain,” ujarnya.
Bahkan, Agung Rai yang juga founder Museum ARMA ini mengatakan terlihat adanya perkembangan baru di beberapa lokus pedesaan, seperti Baung, Sayan, dan juga vitalitas gaya jelimet dan rumit Desa Keliki yang ajeg bertahan.
Dia bersama kurator lain berpandangan bahwa capaian para seniman dalam pameran ini menggambarkan dinamika seni rupa Bali lintas masa dan lintas generasi. Mencerminkan upaya gigih mereka meraih keotentikan stilistik, selaras penggalian kreatif terhadap tematik Bali Kandarupa 2022.
“Sebagai sebuah peristiwa, Bali Kandarupa telah ditunggu para seniman. Mereka menjadikannya ajang aktualisasi diri dan ruang interaksi-apresiasi bersama,” tutur Agung Rai.
Bali Kandarupa menjadi bagian dari PKB sejak 2021 dengan mengusung tagline Imaji, Memori, Jati Diri. Pameran ini didedikasikan sebagai ruang apresiasi keberadaan seni rupa klasik maupun tradisional di Bali yang kian tumbuh dinamis dengan kreativitas baru yang tetap berakar pada memori kultural agraris, imaji klasik, dan warisan teknik mumpuni sebagai penegas jati diri seni rupa Bali.
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha, menuturkan digelarnya Pameran Bali Kandarupa merupakan manifestasi dari pemberlakuan Perda Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali.
Menurut Sugiartha karya-karya yang ditampilkan menunjukkan seni rupa klasik maupun tradisional di Bali tetap tumbuh dinamis dengan kreativitas baru.
“Hal ini membuktikan keberadaan seni rupa klasik maupun tradisional di Bali tetap tumbuh dinamis dengan kreativitas baru yang berakar dari memori sosial kultural agraris, imaji klasik, serta melahirkan karya-karya yang menegaskan jati diri seni rupa Bali lintas masa dan mewarnai jagat seni rupa nasional maupun internasional,” ujar birokrat asal Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, ini. *cr78
Komentar