'Gerudug Langsat' Meriahkan Galungan di Rendang, Karangasem
AMLAPURA, NusaBali
Krama Banjar Langsat, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem kembali menggelar atraksi Gerudug Langsat, berupa perang bersenjata daun langsat sebagai simbol kerukunan umat sedharma.
Atraksi budaya itu digelar sejak tahun 2016 lalu bertepatan dengan Hari Raya Galungan pada Buda Kliwon Dungulan, Rabu (8/6). Tradisi ini sempat terhenti selama pandemi Covid-19 dan sekarang kembali diaktifkan.
Tradisi Gerudug Langsat saat Galungan ini digelar di Pertigaan Banjar Langsat, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem.
Mereka yang terlibat dalam Gerudug Langsat ini mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa, putra dan putri. Perbekel Rendang I Nengah Kariasa yang mantan Kelian Banjar Dinas Langsat 2017-2020 mengatakan atraksi ini bertujuan agar masyarakat dalam menjalani tatanan kehidupan sosial selalu tenteram.
Nengah Kariasa yang juga pamangku di Pamaksan Puseh Kelodan, Desa Rendang ini menambahkan jika di dalam tatanan kehidupan yang dilandasi pikiran, perkataan dan perbuatan berseberangan di antara dua pihak krama jika dibiarkan liar maka akan magerudugan sehingga menyebabkan gaduh.
Maka kegaduhan itu disimbolkan terjadi perang antara dua warga sama-sama bersenjata daun langsat dengan memegang tameng sebagai alat menangkis serangan. Di arena perang ada garis pembatas dan selama berperang diiringi tabuh baleganjur.
Tetapi lanjut Nengah Kariasa, agar kegaduhan bisa diakhiri dan jalannya peperangan berjalan tertib, maka muncullah barong bangkal sebagai simbol yang menengahi peperangan itu sekaligus memberikan pengawasan dengan aturan-aturan yang ketat sehingga tidak terjadi kecurangan dalam berperang.
Mulanya yang ikut atraksi dari kalangan anak-anak, lalu remaja, dewasa putra dan putrid. Mereka meluapkan emosinya, tiap satu pasang berperang sekitar 15 menit, hingga daun langsat habis berguguran digunakan alat menyerang. Akhirnya kedua pihak puas, karena diberlakukan rasa keadilan dalam berperang yang diawasi dengan peraturan ketat.
"Gerudug Langsat ini sebenarnya memiliki pesan sosial, agar krama hidup rukun, walau terjadi kesalahpahaman agar diselesaikan dengan damai. Simbol kedamaian itu adalah Barong Bangkal. Selain mengandung pesan sosial, juga bisa menghibur," jelas Nengah Kariasa.
Di samping itu lanjut Nengah Kariasa, gerudug langsat sebagai awal Barong Bangkal menggelar acara ngelawang keliling banjar, keliling desa, bahkan hingga ke luar desa mulai Wraspati Umanis Dunggulan, Kamis (9/6) hingga Redite Umanis Langkir, Minggu (19/6). Selama ngelawang, ditandai Barong Bangkal keliling banjar, krama yang dilewati merasa terhibur. Di samping ngelawang bertujuan untuk menolak bala yang ada di wewidangan Banjar Adat Langsat. *k16
Tradisi Gerudug Langsat saat Galungan ini digelar di Pertigaan Banjar Langsat, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem.
Mereka yang terlibat dalam Gerudug Langsat ini mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa, putra dan putri. Perbekel Rendang I Nengah Kariasa yang mantan Kelian Banjar Dinas Langsat 2017-2020 mengatakan atraksi ini bertujuan agar masyarakat dalam menjalani tatanan kehidupan sosial selalu tenteram.
Nengah Kariasa yang juga pamangku di Pamaksan Puseh Kelodan, Desa Rendang ini menambahkan jika di dalam tatanan kehidupan yang dilandasi pikiran, perkataan dan perbuatan berseberangan di antara dua pihak krama jika dibiarkan liar maka akan magerudugan sehingga menyebabkan gaduh.
Maka kegaduhan itu disimbolkan terjadi perang antara dua warga sama-sama bersenjata daun langsat dengan memegang tameng sebagai alat menangkis serangan. Di arena perang ada garis pembatas dan selama berperang diiringi tabuh baleganjur.
Tetapi lanjut Nengah Kariasa, agar kegaduhan bisa diakhiri dan jalannya peperangan berjalan tertib, maka muncullah barong bangkal sebagai simbol yang menengahi peperangan itu sekaligus memberikan pengawasan dengan aturan-aturan yang ketat sehingga tidak terjadi kecurangan dalam berperang.
Mulanya yang ikut atraksi dari kalangan anak-anak, lalu remaja, dewasa putra dan putrid. Mereka meluapkan emosinya, tiap satu pasang berperang sekitar 15 menit, hingga daun langsat habis berguguran digunakan alat menyerang. Akhirnya kedua pihak puas, karena diberlakukan rasa keadilan dalam berperang yang diawasi dengan peraturan ketat.
"Gerudug Langsat ini sebenarnya memiliki pesan sosial, agar krama hidup rukun, walau terjadi kesalahpahaman agar diselesaikan dengan damai. Simbol kedamaian itu adalah Barong Bangkal. Selain mengandung pesan sosial, juga bisa menghibur," jelas Nengah Kariasa.
Di samping itu lanjut Nengah Kariasa, gerudug langsat sebagai awal Barong Bangkal menggelar acara ngelawang keliling banjar, keliling desa, bahkan hingga ke luar desa mulai Wraspati Umanis Dunggulan, Kamis (9/6) hingga Redite Umanis Langkir, Minggu (19/6). Selama ngelawang, ditandai Barong Bangkal keliling banjar, krama yang dilewati merasa terhibur. Di samping ngelawang bertujuan untuk menolak bala yang ada di wewidangan Banjar Adat Langsat. *k16
1
Komentar