Kasus DBD di Jembrana Melonjak Drastis
Gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) harus dimaksimalkan karena fogging hanya efektif membunuh nyamuk dewasa.
NEGARA, NusaBali
Di samping lonjakan kasus rabies, kasus serangan demam berdarah (DBD) di Kabupaten Jembrana melonjak drastis pada tahun 2022 ini.
Selama lima bulan per Januari hingga Mei tahun ini, sudah ada 121 kasus DBD di Jembrana. Jumlah itu pun telah melampaui jumlah kasus DBD di Jembrana selama setahun pada tahun 2021 yang mencapai 96 kasus.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Jembrana dr Made Dwipayana, Jumat (10/6). Menurutnya, kasus penyakit DBD ini biasa meningkat setiap terjadi setiap pancaroba atau peralihan musim. Peningkatan kasus penyakit DBD ini juga dipengaruhi gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang kurang dimaksimalkan. "Ya kasus DBD meningkat tahun ini. Selama lima bulan ini, jumlah kasus sudah lebih tinggi dari tahun 2021," ujarnya.
Menurut Dwipayana, untuk fogging sudah dilakukan setiap ada temuan kasus penyakit DBD. Namun yang perlu dipahami, fogging hanya efektif membunuh nyamuk dewasa. Sedangkan larva, telur ataupun jentik nyamuk tidak akan mati. "Jadi untuk pencegahan yang efektif adalah PSN. Tidak bisa hanya fogging," ucapnya.
Untuk itu, sambung Dwipayana, dalam upaya memaksimalkan pencegahan penyakit DBD, dilakukan sosialisasi agar masyarakat mengintensifkan gerakan PSN. Begitu juga dikerahkan para juru pemantau jentik (Jumantik) termasuk pemantau malaria daerah (PMD) dari jajaran Puskesmas untuk melakukan pemantauan kasus dan memberikan edukasi ke masyarakat.
"Gerakan PSN harus dilakukan bersama. Tidak bisa hanya mengandalkan petugas. Tetapi harus dilakukan masing-masing individu dan secara serentak. Itu cara yang paling efektif untuk mencegah DBD," ucap mantan Kadis Sosial Jembrana ini. *ode
Di samping lonjakan kasus rabies, kasus serangan demam berdarah (DBD) di Kabupaten Jembrana melonjak drastis pada tahun 2022 ini.
Selama lima bulan per Januari hingga Mei tahun ini, sudah ada 121 kasus DBD di Jembrana. Jumlah itu pun telah melampaui jumlah kasus DBD di Jembrana selama setahun pada tahun 2021 yang mencapai 96 kasus.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Jembrana dr Made Dwipayana, Jumat (10/6). Menurutnya, kasus penyakit DBD ini biasa meningkat setiap terjadi setiap pancaroba atau peralihan musim. Peningkatan kasus penyakit DBD ini juga dipengaruhi gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang kurang dimaksimalkan. "Ya kasus DBD meningkat tahun ini. Selama lima bulan ini, jumlah kasus sudah lebih tinggi dari tahun 2021," ujarnya.
Menurut Dwipayana, untuk fogging sudah dilakukan setiap ada temuan kasus penyakit DBD. Namun yang perlu dipahami, fogging hanya efektif membunuh nyamuk dewasa. Sedangkan larva, telur ataupun jentik nyamuk tidak akan mati. "Jadi untuk pencegahan yang efektif adalah PSN. Tidak bisa hanya fogging," ucapnya.
Untuk itu, sambung Dwipayana, dalam upaya memaksimalkan pencegahan penyakit DBD, dilakukan sosialisasi agar masyarakat mengintensifkan gerakan PSN. Begitu juga dikerahkan para juru pemantau jentik (Jumantik) termasuk pemantau malaria daerah (PMD) dari jajaran Puskesmas untuk melakukan pemantauan kasus dan memberikan edukasi ke masyarakat.
"Gerakan PSN harus dilakukan bersama. Tidak bisa hanya mengandalkan petugas. Tetapi harus dilakukan masing-masing individu dan secara serentak. Itu cara yang paling efektif untuk mencegah DBD," ucap mantan Kadis Sosial Jembrana ini. *ode
Komentar