Buleleng Kirim 140 Seniman Ikuti Parade Pembukaan PKB
SINGARAJA, NusaBali
Sempat tidak dimasukkan dalam agenda, peed aya atau parade akan menjadi agenda pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV di kawasan Bajra Sandhi Denpasar pada Minggu (12/6).
Perubahan yang baru diketahui bulan April itu pun sempat membuat pontang-panting Dinas Kebudayaan Buleleng karena harus menyiapkan anggaran yang sebelumnya tidak ada. Beruntung di detik-detik terakhir, Dinas Kebudayaan berhasil mengumpulkan anggaran untuk mendanai parade dan pawai, meskipun masih jauh dari jumlah ideal.
“Dari hasil pergeseran anggaran dan penggalian dana dari beberapa perusahaan terkumpul dana Rp 61,5 juta. Dana sebesar Rp 40 juta merupakan pengalihan dari dana gelar seni dan Rp 21,5 juta dana dukungan dari beberapa perusahaan di Buleleng,” kata Kepala Bidang Kesenian Dinas Kebudayaan Buleleng Wayan Sujana, Jumat (10/6).
Dengan mengirim 140 seiman di acara pembukaan, dana tersebut hanya cukup untuk latihan, biaya transportasi ke Denpasar dan konsumsi saja. “Kalau biaya rias, sewa pakaian dan properti sudah tidak ada,” ucap Sujana.
Kontingen Buleleng dalam parade akan memberangkatkan Sanggar Manik Uttara. Salah satu sanggar produktif di Buleleng ini menyanggupi mewakili Buleleng walaupun dengan anggaran yang pas-pasan. “Syukur mereka mau ngayah, walaupun dengan anggaran terbatas,” imbuh dia.
Sementara itu dalam pertunjukan parade dan pawai, Sanggar Manik Uttara sudah menyiapkan sejumlah pertunjukan seni. Tari Tapak Dara akan dibawakan sebagai pembuka. Selanjutnya diikuti dengan iring-iringan kober, tedung, gebogan dan baleganjur.
Fragmen tari berjudul Tirta Ketipat juga sudah rampung disiapkan, sebagai garapan spesial yang akan dipertontonkan. Menurut Sujana, fragmen tari Tirta Ketipat terinspirasi dari kisah perjalanan Raja Buleleng pertama I Gusti Panji Sakti. Keturunan kerajaan Gelgel Klungkung ini diasingkan sejak umur 11 tahun, karena dinilai mengancam tahta putra mahkota.
Panji Sakti yang lahir dari rahim selir kerajaan bernama Luh Pasek akhirnya diasingkan ke Buleleng daerah asal ibunya dikawal oleh 40 orang pasukan. Namun ditengah perjalanan dari Gelgel Klungkung ke Buleleng saat tiba di puncak Wanagiri, rombongan beristirahat sembari membuka bekal ketupat yang dibawa. Salah satu prajurit pun dikisahkan tersedak dan kehabisan bekal air. Saat itu Panji Sakti menancapkan keris sakti pemberian ayahnya dan tiba-tiba saja muncul sumber mata air. Tempat itu kini dikenal sebagai Pura Yeh Ketipat yang berlokasi di wilayah Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng.
“Garapan fragmentari ini disesuaikan dengan tema PKB juga. Sudah selesai semuanya meskipun agak kejar-kejaran di tengah anak-anak ada yang ujian dan ulangan akhir semester kemarin. Tetapi secara umum mereka sudah siap,” tegas Sujana. *k23
Komentar