Ngakan Made Kasub Sidan SPd MPd, Kasek Berprestasi Nasional Tahun 2009
Berprestasi Berkat Menulis Fiksi, Aktif sebagai Pembina Pramuka
SEMARAPURA, NusaBali
Mengawali tugas di Nusa Penida tahun 1981, Ngakan Made Kasub Sidan, 63, kerap dibekap kesepian.
Maklum, tahun itu Nusa Penida belum seriuh sekarang saat pulau di kawasan Kabupaten Klungkung itu menjadi surga bagi kaum pelancong. Dirundung kesepian ternyata menjadi inspirasi bagi Kasub Sidan. Saat tak ada teman curhat selepas tugas, pena dan kertas menjadi sahabat sejati. Maka terlahirlah belasan cerita pendek dan puisi. Karya-karyanya tersebar di berbagai media, termasuk langganan tembus Harian Nusa Tenggara (kini NusaBali, red).
Kasub Sidan mengaku beruntung punya kegemaran menulis fiksi. Kumpulan artikel, cerpen, dan puisi yang dimuat di media massa menjadi catatan khusus dalam penilaian. “Pengalaman di sastra memberi banyak peluang meraih prestasi. Pernah menjadi Guru Berprestasi di Provinsi Bali, Juara II Pengawas Provinsi Bali, dan Kasek Berprestasi Nasional tahun 2009,” tutur Kasub Sidan saat dijumpai di rumahnya, kawasan Kota Amlapura, Klungkung, belum lama ini. Kasek Berprestasi Nasional tahun 2009 didapat saat Kasub Sidan sebagai Kasek SDN 1 Semarapura Kangin. Purnatugas sebagai guru, tak membuat tokoh pendidikan kelahiran Desa Satra tahun 1959 ini pensiun dari aktifitas menulis puisi.
Sekretaris Kwarcab Pramuka Kabupaten Klungkung ini justru semakin menggila dalam menulis fiksi. Sepanjang tahun 2000-2022 ini, Kasub Sidan terlibat dalam 19 buku antologi bersama penulis se-Indonesia. Menurutnya, inspirasi menulis terus mengalir saat waktu senggang. Wakil Ketua I PMI Kabupaten Klungkung ini mengaku suasana di rumah juga memengaruhi dalam berkarya. Inspirasinya bisa saja datang saat menata koleksi bonsai kelapanya. Kasub Sidan mengoleksi 45 bonsai kelapa. Suara burung derkuku, perkutut, dan puteh piaraannya juga turut memberi inspirasi. Kasub Sidan juga punya perpustakaan yang ikonik. Dia membuat perpustakaan di atas garase. Perpustakaannya berbentuk jineng, lumbung padi khas Bali.
Sebagai Ketua Alumni SPGN Klungkung angkatan 1979, Kasub Sidan juga mendorong kawan-kawan guru di ‘gumi serombotan’ untuk menulis. Menggairahkan literasi di Klungkung, Kasub Sidan bekerja sama dengan PGRI Klungkung membuat sayembara menulis cerpen bertema Klungkung. “Guru-guru di Klungkung kami motivasi berkarya dengan menggali ide cerita dari wilayah terdekat,” tutur suami Ni Komang Suriati SPd SD ini. Setelah karya para guru terkumpul, Kasub Sidan mengajak sastrawan asal Klungkung Ida Bagus Widiasa Keniten, Ketut Aryawan Kenceng, dan Made Suar Timuhun sebagai penilai. Karya para guru itu diterbitkan menjadi antologi cerpen berjudul ‘Sepotong Kenangan di Nusa Penida’. Buku ini diterbitkan oleh Pustaka Ekspresi.
Kasub Sidan sering terinspirasi dari kesunyian Nusa Penida saat mengawali karir sebagai guru. Ayah dua putra ini ingat betul, puisi pendeknya pertama kali dimuat di koran pada 3 Januari 1982. Kebahagiaan tak terkira yang dirasakan saat karya puisinya bisa menjebol gawang yang dijaga Umbu Landu Paranggi (alm). Lahirlah kepercayaan diri jika karya-karyanya bisa tembus di media lain. Nusa Tenggara dan Anita Cemerlang kemudian banyak memuat karya-karyanya. “Percintaan menjadi sesuatu yang indah sambil menikmati kesunyian di Nusa Penida,” tutur peraih Widya Kusuma dari Gubernur Bali tahun 2011 ini.
Setelah aktif menjadi guru, Kasub Sidan sempat macet berkarya. Tanggung jawab dan kesibukan sebagai guru membuatnya jeda berkarya. Meski tidak aktif, setidaknya Kasub Sidan masih bergelut di literasi. Bersama Made Sanggra (alm), Nyoman Manda, dan Gusti Nun, Kasub Sidan terlibat di redaksi majalah Canangsari dan Satua, majalah khusus berbahasa Bali. “Sekarang sudah pensiun sebagai guru, menulis fiksi aktif lagi,” tutur angga Sabha Desa Adat Satra, Klungkung ini.
Kasub Sidan juga masih aktif di kegiatan Pramuka. Sebagai Sekretaris Kwarcab Pramuka Kabupaten Klungkung, selain menangani administrasi juga melakukan pembinaan ke lapangan. Hasilnya, 1 Gugus Depan yang berpangkalan di SDN 1 Semarapura Kangin meraih juara I Gudep Tergiat Siaga tingkat Kwarda Bali. Empat Gudep lain pernah juara II tingkat Kwarda Bali dan 3 lagi juara III Kwarda Bali dalam kurun waktu berbeda. Salah satu guru meraih juara I Guru Pembina Pramuka Siaga Kwarda Bali. Mengantarkan Gudep SDN 1 Semarapura Kangin meraih 3 medali dari tiga menteri yakni Juara Harapan II Gudep Unggul, Juara III Penggalang Ceria Putra, dan Juara Harapan I Penggalang Ceria Putri. “Saat ini Kwarcab Pramuka Klungkung menyertakan 16 Pramuka Penggalang yang berpangkalan di SD, kepala sekolah, dan 5 pembina untuk mengikuti lomba tingkat nasional di Jakarta,” ungkap penerima Satyalencana Karya Satya XXX tahun 2016 dari Presiden Joko Widodo ini.
Kasub Sidan mengajak para guru di Klungkung untuk berkarya, salah satunya menulis fiksi. Ayah tiga anak ini telah membuktikan kebiasaan menulis fiksi selain mempertajam intuisi juga mengantarkan prestasi. “Mengawali menulis memang sulit, jika sering dicoba maka menjadi kebiasaan,” ungkap penerima penghargaan sastra Gerip Maurip ini. Kini, Kasub Sidan lebih banyak menulis puisi dan prosa liris berbahasa Bali. Sesekali juga menulis puisi dan cerpen berbahasa Indonesia. Karyanya yang telah terbit yakni Daha Ayu Ring Tengai Tepet (Perawan di Siang Bolong) dan Leak Siwa Klakah. Antologi bersama yang terbit di tahun 2021 yakni Pelarian Terakhir (puisi) dan antologi cerpen Mentari Belum Tumbang. *k21
Kasub Sidan mengajak para guru di Klungkung untuk berkarya, salah satunya menulis fiksi. Ayah tiga anak ini telah membuktikan kebiasaan menulis fiksi selain mempertajam intuisi juga mengantarkan prestasi. “Mengawali menulis memang sulit, jika sering dicoba maka menjadi kebiasaan,” ungkap penerima penghargaan sastra Gerip Maurip ini. Kini, Kasub Sidan lebih banyak menulis puisi dan prosa liris berbahasa Bali. Sesekali juga menulis puisi dan cerpen berbahasa Indonesia. Karyanya yang telah terbit yakni Daha Ayu Ring Tengai Tepet (Perawan di Siang Bolong) dan Leak Siwa Klakah. Antologi bersama yang terbit di tahun 2021 yakni Pelarian Terakhir (puisi) dan antologi cerpen Mentari Belum Tumbang. *k21
1
Komentar