Karangasem Tampilkan Tradisi Makekobok
Pada Lomba Baleganjur Remaja PKB XLIV
Tetap tampil menggelegar meski di tengah gerimis dan kilatan cahaya di langit.
DENPASAR, NusaBali
Komunitas Seni Dwaja Ancala Banjar Dinas Pegubungan, Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem tampil menggelegar di Lomba Baleganjur Remaja Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV Tahun 2022 di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Denpasar Selasa (14/6) malam. Tampil membawakan tradisi Makekobok, duta Karangasem ini tetap tampil maksimal sebagai penutup di tengah turunnya gerimis dan kilatan cahaya di langit.
Seperti sebelum-sebelumnya, lomba Baleganjur Remaja memang selalu menjadi salah satu primadona yang dinanti masyarakat di setiap ajang PKB. Tak peduli cuaca yang tak mendukung, ribuan masyarakat tetap setia menanti para wakil daerah untuk beratraksi di atas panggung. Seperti halnya lomba Baleganjur Remaja pada Selasa malam lalu yang juga sempat terganggu cuaca yang kurang stabil. Berkali-kali penonton mencari tempat berteduh, namun tak berniat untuk melewatkan waktu menonton perlombaan yang satu ini. Hingga akhirnya, perlombaan diundur 30 menit dari jadwal karena menunggu cuaca yang lebih stabil.
Selasa malam lalu, ada tiga duta daerah yang tampil yakni Sanggar Chandra Nada Yowana Desa Adat Padan Tegal, Kecamatan Ubud, Gianyar, Komunitas Budaya Sanggar Seni Baswaram Desa Adat Semarapura, Kelurahan Semarapura Tengah, Klungkung, dan Komunitas Seni Dwaja Ancala Banjar Dinas Pegubungan, Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem. Duta Karangasem yang tampil terakhir, tak luput dari gerimis dan kilatan cahaya di langit. Meski demikian, duta Karangasem tak terpengaruh dengan cuaca dan tetap fokus tampil maksimal.
Koordinator garapan untuk Duta Karangasem, I Putu Angga Wijaya mengungkapkan, untuk memaknai tema PKB “Danu Kerthi: Huluning Amreta” yang dimaknai pemuliaan air sebagai sumber kehidupan, Duta Karangasem mengambil materi sebuah tradisi yang unik yang menggambarkan tema tersebut, yakni ritual ‘Makekobok’. Dijelaskan, Makekobok adalah tradisi ritual pembersihan dan penyucian yang dilaksanakan di Campuhan dan di tempat suci Pancoran Beji Solas yang ada di Desa Adat Duda, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. Tradisi ini diperuntukkan kepada anak kecil (sekitar usia 6 bulan) sebelum boleh memasuki pura. Ada keyakinan dari krama Desa Adat Duda, bahwa apabila tradisi ini tidak dilaksanakan si anak akan selalu mendapat gangguan atau goda-godaan dari bhuta-bhuti perancangan Ida Bhatara.
“Jadi tradisi Ini mengandung makna penyucian diri, melebur sahananing mala ring angga sarira ditandai dengan matur piuning, melukat dan ngelungsur air suci/tirtha. sehingga si anak secara niskala benar-benar dianggap bersih dari dasa mala serta diizinkan untuk diajak memasuki kawasan suci Kahyangan di Desa Adat Duda,” ungkapnya.
Pria yang akrab disapa Angga Doplak ini melanjutkan, ritual Makekobok dinilai sejalan dengan tema PKB tahun ini di mana air dimaknai sebagai sumber kehidupan. Dalam hal ini, air dimaknai memiliki multifungsi yang sangat penting dalam kehidupan. Sehingga kita semua wajib untuk selalu mengagungkan dan memuliakan air. Selain menyesuaikan dengan tema, dipilihnya ritual Makekobok ini ke dalam garapan juga diharapkan masyarakat mengenal dan menjaga tradisi Makekobok ini.
Sedangkan terkait garapan, Angga Doplak menuturkan, penggarap berupaya menampilkan berbagai ekspresi yang muncul pada diri si anak saat prosesi Makekobok seperti bereuforia, gerak-gerik yang kocak atau lucu, serta segala bentuk fenomena dan nilai yang terkandung di balik tradisi tersebut. “Kami mencoba menuangkan ke dalam garapan bagaimana cerianya, bagaimana euforia anak-anak saat menjalani Makekobok ini. Di samping itu, kami juga buatkan pola gending yang liriknya menekankan akan suasana Makekobok ini,” beber Angga.
Angga menambahkan, untuk tampil di Panggung Terbuka Ardha Candra duta Karangasem melibatkan sebanyak 35 orang seniman. Adapun persiapan dan latihan dilakukan sebanyak 17 kali pertemuan. “Sebenarnya persiapan dan latihan tidak terlalu intensif, mengingat kesibukan dari seniman masing-masing. Kita rampungkan karya ini dalam limit 17 kali pertemuan,” pungkasnya sembari mengapresiasi digelarnya PKB untuk menggeliatkan kembali seniman dalam berkarya.*ind
Seperti sebelum-sebelumnya, lomba Baleganjur Remaja memang selalu menjadi salah satu primadona yang dinanti masyarakat di setiap ajang PKB. Tak peduli cuaca yang tak mendukung, ribuan masyarakat tetap setia menanti para wakil daerah untuk beratraksi di atas panggung. Seperti halnya lomba Baleganjur Remaja pada Selasa malam lalu yang juga sempat terganggu cuaca yang kurang stabil. Berkali-kali penonton mencari tempat berteduh, namun tak berniat untuk melewatkan waktu menonton perlombaan yang satu ini. Hingga akhirnya, perlombaan diundur 30 menit dari jadwal karena menunggu cuaca yang lebih stabil.
Selasa malam lalu, ada tiga duta daerah yang tampil yakni Sanggar Chandra Nada Yowana Desa Adat Padan Tegal, Kecamatan Ubud, Gianyar, Komunitas Budaya Sanggar Seni Baswaram Desa Adat Semarapura, Kelurahan Semarapura Tengah, Klungkung, dan Komunitas Seni Dwaja Ancala Banjar Dinas Pegubungan, Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem. Duta Karangasem yang tampil terakhir, tak luput dari gerimis dan kilatan cahaya di langit. Meski demikian, duta Karangasem tak terpengaruh dengan cuaca dan tetap fokus tampil maksimal.
Koordinator garapan untuk Duta Karangasem, I Putu Angga Wijaya mengungkapkan, untuk memaknai tema PKB “Danu Kerthi: Huluning Amreta” yang dimaknai pemuliaan air sebagai sumber kehidupan, Duta Karangasem mengambil materi sebuah tradisi yang unik yang menggambarkan tema tersebut, yakni ritual ‘Makekobok’. Dijelaskan, Makekobok adalah tradisi ritual pembersihan dan penyucian yang dilaksanakan di Campuhan dan di tempat suci Pancoran Beji Solas yang ada di Desa Adat Duda, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. Tradisi ini diperuntukkan kepada anak kecil (sekitar usia 6 bulan) sebelum boleh memasuki pura. Ada keyakinan dari krama Desa Adat Duda, bahwa apabila tradisi ini tidak dilaksanakan si anak akan selalu mendapat gangguan atau goda-godaan dari bhuta-bhuti perancangan Ida Bhatara.
“Jadi tradisi Ini mengandung makna penyucian diri, melebur sahananing mala ring angga sarira ditandai dengan matur piuning, melukat dan ngelungsur air suci/tirtha. sehingga si anak secara niskala benar-benar dianggap bersih dari dasa mala serta diizinkan untuk diajak memasuki kawasan suci Kahyangan di Desa Adat Duda,” ungkapnya.
Pria yang akrab disapa Angga Doplak ini melanjutkan, ritual Makekobok dinilai sejalan dengan tema PKB tahun ini di mana air dimaknai sebagai sumber kehidupan. Dalam hal ini, air dimaknai memiliki multifungsi yang sangat penting dalam kehidupan. Sehingga kita semua wajib untuk selalu mengagungkan dan memuliakan air. Selain menyesuaikan dengan tema, dipilihnya ritual Makekobok ini ke dalam garapan juga diharapkan masyarakat mengenal dan menjaga tradisi Makekobok ini.
Sedangkan terkait garapan, Angga Doplak menuturkan, penggarap berupaya menampilkan berbagai ekspresi yang muncul pada diri si anak saat prosesi Makekobok seperti bereuforia, gerak-gerik yang kocak atau lucu, serta segala bentuk fenomena dan nilai yang terkandung di balik tradisi tersebut. “Kami mencoba menuangkan ke dalam garapan bagaimana cerianya, bagaimana euforia anak-anak saat menjalani Makekobok ini. Di samping itu, kami juga buatkan pola gending yang liriknya menekankan akan suasana Makekobok ini,” beber Angga.
Angga menambahkan, untuk tampil di Panggung Terbuka Ardha Candra duta Karangasem melibatkan sebanyak 35 orang seniman. Adapun persiapan dan latihan dilakukan sebanyak 17 kali pertemuan. “Sebenarnya persiapan dan latihan tidak terlalu intensif, mengingat kesibukan dari seniman masing-masing. Kita rampungkan karya ini dalam limit 17 kali pertemuan,” pungkasnya sembari mengapresiasi digelarnya PKB untuk menggeliatkan kembali seniman dalam berkarya.*ind
Komentar