nusabali

Lomba Mesatua Bali di PKB Minim Peminat

  • www.nusabali.com-lomba-mesatua-bali-di-pkb-minim-peminat

DENPASAR, NusaBali
Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV memasuki hari keempat penyelenggaraannya diisi dengan Wimbakara (lomba) Mesatua Bali bertempat di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Bali, di Denpasar, Rabu (15/6).

Namun, dari sembilan kabupaten/kota di Bali, peserta lomba hanya berjumlah lima orang, itupun hanya perwakilan tiga kabupaten/kota. “Lomba mesatua ini hanya diikuti oleh wakil Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Gianyar. Menjadi pertanyaan besar mengapa kabupaten yang lain tidak mengirimkan pesertanya?,” kata Ida Bagus Rai Putra, salah seorang juri Wimbakara Mesatua Bali ditemui di sela-sela kegiatan lomba, Rabu (15/6).

Padahal, ujar Rai Putra, sejumlah kabupaten yang tidak mengirimkan pesertanya itu juga tidak kalah dari sisi koleksi jumlah cerita rakyatnya.

“Buleleng, Klungkung, Tabanan, Jembrana, Bangli, dan Karangasem memiliki banyak cerita rakyat. Barangkali persoalannya pada anggaran,” ucap pria yang juga akademisi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana itu.

Rai Putra mengharapkan dalam ajang PKB ke depan agar ada kemauan politik dari pemerintah kabupaten/kota untuk mengirimkan wakil-wakilnya untuk mengikuti lomba Mesatua Bali.

“Kita harus menghargai budaya mesatua Bali karena cerita-cerita rakyat Bali sangat kaya dengan tuntunan etika, nilai rohani, dan hal-hal yang menjadi perilaku baik dari suatu daerah,” ujarnya bersama dua juri lainnya, I Nyoman Duana Sutika dan Anak Agung Gede Putra Sumadi.

Terlebih dalam ajang PKB kali ini untuk lomba Mesatua Bali juga sudah dikembalikan ke pakemnya dengan dibawakan oleh para orang tua atau peserta yang ikut berusia minimal 40 tahun.

“Kami sebenarnya gembira sekali dan bahagia dalam PKB ini dilakukan terobosan mesatua (bercerita) dikembalikan ke pakemnya dengan dibawakan oleh para orang tua. Bukan sebaliknya anak-anak yang bercerita kepada para orang tua,” kata Rai Putra.

Tetapi, lanjut Rai Putra, ternyata persoalannya pada jumlah peserta yang minim. Dari lima peserta, dua orang merupakan duta Kota Denpasar, dua orang duta Kabupaten Badung, dan satu peserta sebagai perwakilan Kabupaten Gianyar.

Terkait penampilan peserta lomba, dia menyoroti masih ada sejumlah kelemahan seperti pengucapan kata-kata yang kurang tepat antara kata benda dan kata kerja, dan tema PKB yang belum digarap sedemikian rupa dalam cerita.

“Kesannya yang tadi ditampilkan tema begitu saja disusupkan, seharusnya bercerita yang baik sehingga alur cerita menjadi bagus. Semestinya digarap sedemikian rupa karena cerita rakyat Bali itu sifatnya komunal, maka dapat disesuaikan dengan konteks berceritanya,” ucap Rai Putra.

I Gde Nala Antara, salah seorang tim kurator PKB XLIV juga berharap hal yang sama agar dalam ajang lomba mesatua Bali nantinya dapat diikuti lebih banyak peserta.

“Mesatua Bali harus diminati agar tradisi yang telah kita warisi ini tetap bisa bertahan,” ucapnya.

Terkait dengan kriteria peserta lomba dengan syarat usia minimal 40 tahun, menurut dia, hal tersebut memang kriteria baru yang sudah diputuskan panitia, tim kurator, dan juri.

“Karena kami mempertimbangkan dari segi kematangan bahasa dan kematangan pengetahuan tentang etika. Itu yang diharapkan bisa dimasukkan saat mesatua (bercerita), termasuk soal tema,” kata Gde Nala.

Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana itu pun menyampaikan bahwa mesatua yang telah terjadi secara turun-temurun dilakukan oleh para orang tua.

“Orang tua lah yang bercerita pada anak-anaknya atau cucunya. Tidak mungkin anak kecil yang ‘nuturin’ orang tua. Itu yang direkonstruksi lagi, direvitalisasi kembali sehingga bisa tetap hidup,” tutur Gde Nala.

Sedangkan terkait regenerasi mesatua, anak-anak ataupun kaum remaja bisa tetap ikut perlombaannya dalam ajang yang lain di luar PKB, seperti saat pelaksanaan Pekan Olahraga Seni dan Pelajar (Porsenijar).

Salah seorang peserta lomba, I Ketut Jiwa, 54, menyebut motivasinya mengikuti lomba Mesatua Bali yakni untuk melestarikan tradisi mesatua yang sudah sangat jarang dilakukan oleh orang tua.

“Biar mesatua ini bisa dilakukan oleh ibu-ibu, bapak-bapak, di kalangan keluarga terutama. Sekarang anak-anak kan bermain HP saja, kalau tidur tidak pernah dikeloni dengan satua,” ujar duta Kabupaten Badung asal Desa Mengwi, itu.

Ketut Jiwa menuturkan dia beberapa kali memberikan bimbingan ibu-ibu PKK di desa-desa di wilayah Badung terkait mesatua Bali. Kesenangan mesatua Bali berawal dari kegemaran pada Dharma Gita. Saat ini dia merupakan salah satu penyuluh Bahasa Bali di Kabupaten Badung. *cr78

Komentar