Pegawai Terjaring OTT Dinonaktifkan
Sopir travel yang dijadikan saksi oleh Satgas Saber Pungli mengaku berikan uang Rp 20 ribu untuk dibagi kepada petugas Dinas Perhubungan.
NEGARA, NusaBali
Dua petugas pungut Perusahaan Daerah (Perusda) Jembrana yang terjaring operasi tangkap tangan (OTT) Satgas Saber Pungli di Terminal Penumpang Gilimanuk dinonaktifkan sementara dari pekerjaannya. Sanksi permanen akan dijatuhkan kepada kedua oknum petugas pungut ini setelah dikaji di Inspektorat Jembrana.
Direktur Utama Perusda Jembrana, Gusti Kade Kusuma Wijaya mengaku sudah sering mengingatkan jajarannya, terutama petugas pungut agar melaksanakan tugas sesuai SOP (standar operasi prosedur). Dalam memungut retribusi parkir maupun lainnya, harus berikan karcis terlebih dahulu. Ia pun mengaku sudah minta keterangan dari Ida Bagus Putu CW, 22, yang ditangkap menerima uang Rp 20 ribu dari sopir travel, IW, 39.
Pengakuannya, CW tidak ada meminta uang. Termasuk sudah berikan karcis, tetapi ditinggal oleh sopir travel itu dengan cara salam tempel. “Saya tidak dalam kaspasitas membela anak buah, pengakuannya seperti itu,” terang Kusuma Wijaya, Kamis (23/3). Informasi lainnya, sopir travel itu mengaku serahkan uang Rp 20 ribu untuk dibagi kepada Dinas Perhubungan. Porsinya petugas Dinas Perhubungan diberi bagian Rp 15 ribu.
Hanya saja saat OTT, pegawai Dinas Perhubungan tidak ada di lokasi karena melaksanakan persembahyangan di Pura Terminal. Pemberian uang kepada Dinas Perhubungan diakui biasa dilakukan untuk memperlancar perjalanan sopir travel. Mengenai informasi itu, Kusuma Wijaya tidak mau menanggapinya. Menurutnya, penjagaan di Terminal Gilimanuk ada petugas Perusda dan Dinas Perhubungan. “Kami serahkan sesuai proses. Sambil menunggu proses, kedua petugas pungut itu kami nonaktifkan sementara,” tegasnya.
Terpisah, Inspektur pada Inspektorat Jembrana, Ni Wayan Koriani mengaku akan segera melakukan pemeriksaan. Pihaknya sudah membuat surat tugas untuk menelusuri kasus bersangkutan. “Kami akan periksa petugas itu. Termasuk ada dugaan uang yang diberikan kepada petugas pungut Perusda dibagi dengan petugas Dinas Perhubungan,” katanya. Peruda disarankan terus melakukan pengawasan secara objektif kepada anggota di lapangan sebagai langkah pencegahan. “Kami minta rutinkan sidak. Tapi harus benar-benar sidak. Jangan bilang dulu kalau mau datang mengecek,” pintanya. * ode
Direktur Utama Perusda Jembrana, Gusti Kade Kusuma Wijaya mengaku sudah sering mengingatkan jajarannya, terutama petugas pungut agar melaksanakan tugas sesuai SOP (standar operasi prosedur). Dalam memungut retribusi parkir maupun lainnya, harus berikan karcis terlebih dahulu. Ia pun mengaku sudah minta keterangan dari Ida Bagus Putu CW, 22, yang ditangkap menerima uang Rp 20 ribu dari sopir travel, IW, 39.
Pengakuannya, CW tidak ada meminta uang. Termasuk sudah berikan karcis, tetapi ditinggal oleh sopir travel itu dengan cara salam tempel. “Saya tidak dalam kaspasitas membela anak buah, pengakuannya seperti itu,” terang Kusuma Wijaya, Kamis (23/3). Informasi lainnya, sopir travel itu mengaku serahkan uang Rp 20 ribu untuk dibagi kepada Dinas Perhubungan. Porsinya petugas Dinas Perhubungan diberi bagian Rp 15 ribu.
Hanya saja saat OTT, pegawai Dinas Perhubungan tidak ada di lokasi karena melaksanakan persembahyangan di Pura Terminal. Pemberian uang kepada Dinas Perhubungan diakui biasa dilakukan untuk memperlancar perjalanan sopir travel. Mengenai informasi itu, Kusuma Wijaya tidak mau menanggapinya. Menurutnya, penjagaan di Terminal Gilimanuk ada petugas Perusda dan Dinas Perhubungan. “Kami serahkan sesuai proses. Sambil menunggu proses, kedua petugas pungut itu kami nonaktifkan sementara,” tegasnya.
Terpisah, Inspektur pada Inspektorat Jembrana, Ni Wayan Koriani mengaku akan segera melakukan pemeriksaan. Pihaknya sudah membuat surat tugas untuk menelusuri kasus bersangkutan. “Kami akan periksa petugas itu. Termasuk ada dugaan uang yang diberikan kepada petugas pungut Perusda dibagi dengan petugas Dinas Perhubungan,” katanya. Peruda disarankan terus melakukan pengawasan secara objektif kepada anggota di lapangan sebagai langkah pencegahan. “Kami minta rutinkan sidak. Tapi harus benar-benar sidak. Jangan bilang dulu kalau mau datang mengecek,” pintanya. * ode
1
Komentar