Terima Ribuan Order, Lembur Sampai Dini Hari
Menjelang tahun baru dan perayaan Natal yang sudah di depan mata, usaha terompet milik Budiartono, 27 di Jalan Wibisana Utara Desa Pemecutan Denpasar Timur kebanjiran pesanan.
Usaha Terompet Jelang Tahun Baru
DENPASAR, NusaBali
Dari hasil Pantuan NusaBali Minggu, (13/12), ribuan terompet baru setengah jadi dikerjakan secara lembur. Saking banyaknya permintaan, Budiartono sampai mendatangkan 8 orang dari Jawa untuk membantu menyelesaikan pesanan.
”Untuk memenuhi permintaan pembeli, saya mengajak 8 orang saudara dari Jawa untuk membantu membuat terompet,” ujar pria asli Jawa ini.
Tak ayal, dia dan semua karyawannya bekerja lembur setiap malam, mulai dari jam 07.00 hingga 24.00.
Untuk menjual terompetnya ini, Budiartono telah memiliki agen. Agen yang paling banyak memesan terompet yakni dari Gianyar, Tabanan, dan Denpasar. Satu Agen bisa memesan masing-masing jenis terompet sampai seribu terompet bahkan lebih.
Untunglah, kecepatan karyawannya untuk membuat terompet dapat diandalkan. Setiap satu orang per hari mampu menyelesaikan 100 buah terompet.
Mulai Juni
Untuk membuat terompet tahun baru ini, persiapan dilakukan Budiartono sejak bulan Juni lalu, dimulai dengan menyiapkan bahan baku.
Terompet yang dibuat ada 3 macam yakni, terompet berbentuk Naga dengan harga Rp 5 ribu, terompet berbentuk Ayam dengan harga Rp 4,5 ribu dan terompet kerucut seharga Rp 1.000.
Budiartono mengaku, semenjak melakoni bisnis ini dari tahun 1980 silam, baru tahun 2015 inilah pihaknya kewalahan. Karena jumlah orderan yang dia terima paling banyak. Diperkirakan meningkatnya permintaan, karena terompet buatannya tampil beda dibanding terompet lain.
Jenis terompet yang paling sukar dikerjakan adalah terompet berbentuk Naga. Sebab, membuat cekungan serta keterampilan membentuk liuk-liuk agar menyerupai naga, memakan waktu lama.
” Membuat liuk-liukan ini sangat susah, membutuhkan kesabaran agar tidak mengulang membuatnya,” ujar Budiartono.
Dia memprediksi pesanan terompet ke tempatnya akan terus mengalir sampai tanggal 29 Desember ini, sementara penjualan akan berakhir tanggal 1 januari 2015.
“Tanggal 1 Januari baru akan berakhir, karena sudah selesai tahun barunya,” imbuhnya.
Laba kotor yang diperoleh rata-rata Rp 25 juta per agen. Namun setelah dipotong ongkos karyawan, bahan baku dan pengeluaran lain terkait, keuntungan bersih Rp 10 juta per agen. Sementara dari pelanggan kelas pengecer diperoleh keuntungan sekitar Rp 2 juta dari jumlah yang dibeli masing-masing jenis terompet 50 buah.
Sebetulnya, memasuki musim penghujan ini, Budiartono merasa was-was, karena usaha terompetnya bisa terganggu. Maklum saja, dalam proses pembuatannya, Budiartono beserta karyawannya membutuhkan sinar matahari yang dibutuhkan saat penggulungan karton, supaya hasil dari gulungan tersebut kaku.
“Ketika penggulungan tidak dapat sinar, terompet yang tidak tahan lama cepat rusak” ,imbuhnya. Cr61
Komentar