12 Kartunis Pamerkan Karya di PKB
Para kartunis saat ini menghadapi tantangan dengan berkurangnya media massa yang menampilkan kartun pada halamannya.
DENPASAR, NusaBali
Dua belas kartunis di bawah bendera Bali Cartoonist Association (Balica) melakukan pameran kartun serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV (44) di Taman Budaya Denpasar, 12 Juni hingga 10 Juli 2022. Pameran ini diharapkan menjadi tempat bagi para kartunis Bali menunjukkan eksistensinya sebagai seorang seniman.
Sebanyak 40 karya dipamerkan menggambarkan perjalanan Bali selama dua tahun terakhir terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19. Selain itu pada pameran yang berlangsung sebulan penuh diselipkan juga karya baju kaos bergambar kartun, stiker kartun, maupun karya kartun lainnya.
Pengunjung juga bisa meminta dibuatkan gambar karikatur wajahnya kepada seniman sketsa karikatur yang standby pada pameran.
Salah seorang seniman kartun yang mengikuti pameran, Kadek Jango Paramartha, menuturkan pameran yang dilakukan para kartunis merupakan bagian dari Pameran Bali Bangkit V yang selama ini digagas Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali.
"Saya apresiasi sekali dengan ibu gubernur (Ketua Dekranasda Bali) yang memberikan kami tempat," ujar ujar Jango kepada NusaBali, Minggu (19/6).
Jango mengungkapkan, para kartunis saat ini menghadapi tantangan dengan berkurangnya media massa yang menampilkan kartun pada halamannya. Apalagi dengan adanya situasi pandemi, banyak seniman kartun yang kena dampak.
"Kondisi dunia kartun memang seperti itu, tapi semangat teman-teman kartunis luar biasa. Kartun dikemas menjadi suvenir, tidak hanya untuk menggambar opini publik," ungkap Jango.
Ia pun menjelaskan kartun bisa dibagi ke dalam tiga macam kategori, yakni kartun politik, kartun humor, dan karikatur (kartun wajah). Meski ketiga jenis kartun tersebut memiliki ciri khas masing-masing, namun seniman kartun di Indonesia pada umumnya mampu menggambar ketiga jenis kartun tersebut.
Untuk di Bali sendiri, ungkap Jango, sekitar 30 kartunis tergabung dalam wadah Bali Cartoonist Association (Balica). Balica menjadi bagian dari Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti) yang merupakan federasi komunitas-komunitas kartunis yang ada di seluruh Indonesia.
Jango yang merupakan Wakil Ketua Balica mengatakan, Balica menjadi wadah para seniman kartun duduk bersama menyiasati tantangan yang dihadapi para kartunis Bali dewasa ini. Ia pun yakin menjadi seniman kartun memiliki potensi secara ekonomi.
"Kalau ada pelukis istana, masa sih nggak ada kartunis istana," ucap Jango.
Salah seorang seniman karikatur yang standby pada pameran, I Wayan Tama, 54, menuturkan animo masyarakat memesan gambar karikatur cukup tinggi selama berlangsung PKB. Bahkan hal tersebut sudah dirasakannya sejak pertama kali mengikuti PKB pada 2016.
"Lumayan peminatnya dari tahun 2016, animo pengunjung lumayan tertarik," kata Wayan Tama, seniman kelahiran Desa Gegelang, Kecamatan Manggis, Karangasem. Dalam sehari bisa belasan pengunjung yang minta dibuatkan sketsa karikatur wajahnya.
Setiap kali menggambar Tama meminta bayaran sebesar Rp 50 ribu, yang ujarnya setengah dari harga yang biasa ia banderol di luar pameran PKB.
Pria yang menggeluti dunia karikatur sejak 2004 berharap pemerintah lebih perhatian dengan perkembangan dunia kartun khususnya di Bali. Menurutnya banyak anak muda yang tertarik menggeluti dunia kartun namun kesulitan untuk mengembangkan dirinya.
"Mereka (anak muda) kadang enggan bertanya, tapi kalau kita bisa buat workshop misalnya mereka jadi punya tempat," kata Tama yang banyak menggambar untuk acara pernikahan (wedding).
Sementara itu salah satu pengunjung juga memberikan apresiasi pada karya-karya yang dipamerkan para kartunis. Menurutnya walaupun terlihat sederhana, ia mengaku bisa menangkap pesan moral yang ingin disampaikan pada gambar.
"Kalau bisa dilihat ini banyak yang tentang pandemi, ternyata masih banyak orang yang peduli," sebut Yeni Pasaribu, mahasiswa Ilmu Politik Universitas Udayana. *cr78
Sebanyak 40 karya dipamerkan menggambarkan perjalanan Bali selama dua tahun terakhir terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19. Selain itu pada pameran yang berlangsung sebulan penuh diselipkan juga karya baju kaos bergambar kartun, stiker kartun, maupun karya kartun lainnya.
Pengunjung juga bisa meminta dibuatkan gambar karikatur wajahnya kepada seniman sketsa karikatur yang standby pada pameran.
Salah seorang seniman kartun yang mengikuti pameran, Kadek Jango Paramartha, menuturkan pameran yang dilakukan para kartunis merupakan bagian dari Pameran Bali Bangkit V yang selama ini digagas Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali.
"Saya apresiasi sekali dengan ibu gubernur (Ketua Dekranasda Bali) yang memberikan kami tempat," ujar ujar Jango kepada NusaBali, Minggu (19/6).
Jango mengungkapkan, para kartunis saat ini menghadapi tantangan dengan berkurangnya media massa yang menampilkan kartun pada halamannya. Apalagi dengan adanya situasi pandemi, banyak seniman kartun yang kena dampak.
"Kondisi dunia kartun memang seperti itu, tapi semangat teman-teman kartunis luar biasa. Kartun dikemas menjadi suvenir, tidak hanya untuk menggambar opini publik," ungkap Jango.
Ia pun menjelaskan kartun bisa dibagi ke dalam tiga macam kategori, yakni kartun politik, kartun humor, dan karikatur (kartun wajah). Meski ketiga jenis kartun tersebut memiliki ciri khas masing-masing, namun seniman kartun di Indonesia pada umumnya mampu menggambar ketiga jenis kartun tersebut.
Untuk di Bali sendiri, ungkap Jango, sekitar 30 kartunis tergabung dalam wadah Bali Cartoonist Association (Balica). Balica menjadi bagian dari Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti) yang merupakan federasi komunitas-komunitas kartunis yang ada di seluruh Indonesia.
Jango yang merupakan Wakil Ketua Balica mengatakan, Balica menjadi wadah para seniman kartun duduk bersama menyiasati tantangan yang dihadapi para kartunis Bali dewasa ini. Ia pun yakin menjadi seniman kartun memiliki potensi secara ekonomi.
"Kalau ada pelukis istana, masa sih nggak ada kartunis istana," ucap Jango.
Salah seorang seniman karikatur yang standby pada pameran, I Wayan Tama, 54, menuturkan animo masyarakat memesan gambar karikatur cukup tinggi selama berlangsung PKB. Bahkan hal tersebut sudah dirasakannya sejak pertama kali mengikuti PKB pada 2016.
"Lumayan peminatnya dari tahun 2016, animo pengunjung lumayan tertarik," kata Wayan Tama, seniman kelahiran Desa Gegelang, Kecamatan Manggis, Karangasem. Dalam sehari bisa belasan pengunjung yang minta dibuatkan sketsa karikatur wajahnya.
Setiap kali menggambar Tama meminta bayaran sebesar Rp 50 ribu, yang ujarnya setengah dari harga yang biasa ia banderol di luar pameran PKB.
Pria yang menggeluti dunia karikatur sejak 2004 berharap pemerintah lebih perhatian dengan perkembangan dunia kartun khususnya di Bali. Menurutnya banyak anak muda yang tertarik menggeluti dunia kartun namun kesulitan untuk mengembangkan dirinya.
"Mereka (anak muda) kadang enggan bertanya, tapi kalau kita bisa buat workshop misalnya mereka jadi punya tempat," kata Tama yang banyak menggambar untuk acara pernikahan (wedding).
Sementara itu salah satu pengunjung juga memberikan apresiasi pada karya-karya yang dipamerkan para kartunis. Menurutnya walaupun terlihat sederhana, ia mengaku bisa menangkap pesan moral yang ingin disampaikan pada gambar.
"Kalau bisa dilihat ini banyak yang tentang pandemi, ternyata masih banyak orang yang peduli," sebut Yeni Pasaribu, mahasiswa Ilmu Politik Universitas Udayana. *cr78
1
Komentar