Duta Denpasar Ingin Kembalikan Pakem Joged Bumbung
DENPASAR, NusaBali
Sekaa Joged Bumbung Lumbung Sari dari Banjar Minggir, Kelurahan Padangsambian, Denpasar Barat yang menjadi duta Kota Denpasar berhasil membius penonton yang memadati Kalangan Ayodya, Taman Budaya, Denpasar, Minggu (19/6) sore.
Sekaa joged bumbung yang telah terbentuk sejak tahun 2019 ini menampilkan empat penari pilihan. Mereka hadir ingin menunjukkan kepada masyarakat Bali tari Joged Bumbung yang sesuai tradisi dan pakem, serta tentunya jauh dari kesan porno.
“Melalui Tari Joged Bumbung yang dibawakan, kami mencoba melestarikan budaya dan tradisi serta sekaligus bisa dikembangkan sesuai dengan Joged Bumbung klasik seperti yang dulu,” kata Ketut Sunarta, Koordinator Sekaa Joged Bumbung Lumbung Sari di sela-sela pementasan serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV (44).
Menurut Sunarta, tari Joged Bumbung porno yang masih kerap dipentaskan oleh oknum sekaa tertentu telah mencederai warisan adiluhung para tetua seni. “Tetapi praktik Joged porno tidak semata-mata menjadi kesalahan penari atau sekaa, karena yang laku di masyarakat yang begitu atau sesuai permintaan. Oleh karenanya, melalui penampilan ini kami ingin mengubah mindset masyarakat bahwa tari Joged Bumbung sesuai tradisi itu tetap menarik,” ujarnya.
Menampilkan tari Joged Bumbung tradisi, kata Sunarta, para penarinya bukan berarti menari tanpa bergoyang sama sekali. Namun, goyang yang dibawakan tentu sesuai pakem, berbeda dengan goyang penari Joged Bumbung porno. Untuk tampil dalam Utsawa (Parade) Joged Bumbung Tradisi, proses latihan telah dilakukan sejak Februari 2022 lalu. “Yang tampil merupakan para penari muda, demikian juga dengan para penabuhnya karena ditentukan syarat usia maksimal 25 tahun,” ucapnya.
Selain tampil untuk gelaran Pesta Kesenian Bali, Sekaa Joged Bumbung Lumbung Sari juga kerap tampil untuk acara 'ngayah' di pura. “Kami sangat bersyukur diberikan kepercayaan untuk mengisi PKB kali ini dan bisa dibawakan oleh anak-anak muda kami,” ujar Ketua Sekaa Joged Lumbung Sari, I Made Oka Antara menambahkan.
Senada dengan Sunarta, menurut dia, pakem-pakem tari Joged Bumbung tradisi harus terus dilestarikan dan diperkuat. “Kami ingin sampaikan pada masyarakat bahwa warisan leluhur yang sudah kita terima, harus terus diwariskan,” ucapnya.
Mengawali pementasan, ditampilkan Tabuh Petegak Pajogedan yang berjudul 'Amreta Tisna' yang diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti sumber mata air kehidupan yang memberikan kesejukan, kebahagiaan cinta dan kasih sayang. Diharapkan sumber mata air tersebut dapat dijaga serta dipelihara keberadaannya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tema PKB kali ini, yaitu Danu Kerthi Huluning Amreta yang berarti memuliakan air sebagai sumber kehidupan.
Selanjutnya untuk tari Joged Bumbung tradisi yang dibawakan, juga dibuat dengan bercerita berjudul Andaru (kebahagiaan). Joged bumbung diawali dengan menceritakan seorang gadis desa yang berada di sungai sedang membersihkan diri mandi serta mencuci pakaian. Di saat itu pula seorang pemuda juga menuju sungai sebagai sumber air untuk memancing ikan dan terjadi pertemuan mereka.
Melihat seorang gadis cantik yang sedang mencuci pakaian sendiri. Pemuda itu terpesona melihatnya. Di sana pemuda itu berniat untuk berkenalan dengan cara mengambil cucian si gadis. Melihat cuciannya diambil, gadis itu berusaha mengambil kembali cuciannya. Terjadilah perselisihan antara mereka, namun pada akhirnya mereka bahagia dapat berkenalan. *cr78
1
Komentar