Karyawan dan Pelajar ‘Paling Berani’ Bermain Saham
DENPASAR,NusaBali
Karyawan atau pekerja swasta dan pelajar/mahasiswa paling ‘berani’ melakukan investasi lewat pasar modal.
Hal tersebut mengacu perkembangan pasar modal di Bali. Dari 84.903 investor saham per Mei, 41 persen adalah karyawan swasta, disusul pelajar atau mahasiswa 20 persen. Sedangkan enterpreneur atau pengusaha 15 persen. Disusul pegawai negeri/ASN 5 persen, ibu rumah tangga 3 persen, TNI dan Polri 1 persen, guru juga 1 persen, pensiunan 1 persen serta yang lainnya 13 persen.
Sedangkan dari sisi usia, rentang usia 18-25 tahun yang paling banyak berinvestasi yakni 37 persen. Usia 26-30 tahun 23 persen, usia 31-40 sebesar 22 persen dan usia 41-100 tahun sebesar 18 persen.
Pihak Bursa Efek Indonesia (BEI) mengklaim, bonus demografi dan edukasi yang akomodatif diklaim di balik tingginya animo pegawai swasta dan pelajar/mahasiswa berinvestasi di pasar modal, melalui pembelian saham.
“Karena memang kita di Indonesia juga di Bali, pekerja swasta yang paling banyak,” ujar Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Provinsi Bali I Gusti Agus Andiyasa, Senin (20/6). “Jadi itu karena bonus dari demografi,” jelasnya.
Lanjutnya, selain bonus demografi, juga karena faktor edukasi pasar modal saham yang diantaranya dilakukan pihak BEI. “Kita juga akomodatif, “ ujar menunjuk pembukaan gerai-gerai investasi di kampus-kampus.
Kata dia, pengenalan tentang seluk-seluk investasi di pasar modal itulah berdampak positif sehingga pelajar maupun mahasiswa menjadi lebih paham tentang pasar modal. Sementara dari sisi gender, investasi saham di Bali didominasi pria sebesar 62 persen dan wanita 38 persen.
Investor saham sebanyak 84.903 per Mei itu bertumbuh menjadi 9.511 (12,24 persen) dari tahun sebelumnya. Sementara transaksi hingga Mei 2022 mencapai Rp 17,44 triliun atau 37 persen dari nilai investasi saham pada 2021 sebesar Rp 46,92 triliun tahun 2021.
Gusti Andiyasa optimistis, transaksi tahun 2022 bisa menyamai tahun 2021. Pandemi Covid-19 yang mereda, disusul kembali menggeliat pariwisata dan perekonomian Bali, dikatakan berpengaruh terhadap makin meningkatnya animo masyarakat berinvestasi melalui pembelian saham.
“Secara nasional, ekonomi kita cukup stabil dibandingkan negara- negara lain yang terimbas dampak krisis Rusia versus Ukraina,” jelas Gusti Andiyasa.
Kondisi itulah menurutnya juga berdampak bergairahnya pasar modal di Bali. Dalam 3 tahun terakhir sejak 2019, transaksi saham di Bali meningkat terus. Tahun 2019, investasi lewat saham sebesar Rp 9,7 triliun. Tahun 2020 naik menjadi Rp 24,6 triliun dan tahun 2021 sebesar Rp 46,92 triliun.
Sementara per Mei 2022, jumlah investor pasar modal secara keseluruhan, meliputi saham, obligasi, reksadana dan produk turunannya sebanyak 169.641 bertambah 21.371 (14 persen) dari tahun 2021. *K17
Komentar