Jadi Perantara Sang Pitara Bertemu Pratisentana
Banten sokan dipikul kaum lelaki yang telah berumur di atas 20 tahun dan di bawah 50 tahun. Banten itu dipersembahkan di Pura Dalem bersama banten dulangan (kemasan banten tinggi) yang dijunjung kaum wanita.
Usaba Dalem di Banjar Pegubugan, Desa Pakraman Duda, Kecamatan Selat, Persembahkan Banten Sokan
AMLAPURA, NusaBali
Upacara Usaba Dalem di delapan desa pakraman di Karangasem berlangsung khusyuk. Salah satu keunikan prosesi Usaba Dalem adalah ditandai persembahan banten sokan (kemasan banten dipikul kaum lelaki), yang berlangsung di Banjar Adat Pegubugan, Desa Pakraman Duda, Kecamatan Selat, Karangasem. Setiap krama dari satu pekarangan rumah wajib mempersembahkan satu banten sokan.
Selain merupakan tradisi dan budaya, banten itu diyakini sebagai perantara sang pitara yang dimohon di Pura Dalem diantar pulang bertemu pratisentana (keturunan) secara niskala.
Hal itu dikemukakan tokoh Banjar Adat Pegubugan Jro Mangku Cenik Wijana usai menggelar Usaba Dalem di Banjar Adat Pegubugan, pada Saniscara Wage Julungwangi, Sabtu (25/3).
Menurutnya, kemasan banten sokan terbagi dua, satu bagian terdiri dari tiga jajan uli (jajan terbuat dari adonan tepung beras dan ketan). Tiap satu jajan uli menghabiskan bahan 3,5 kilogram. Sedangkan kemasan yang satu lagi terdiri dari jalan dodol, satuh, jempani, kerupuk, semuanya jumlahnya serba tiga buah. Begitu juga uang kepeng tiga ikat (per ikat isinya 200 kepeng), dan aneka buah. Sebagai hiasannya berupa onggar-onggar menggunakan bunga gumitir atau ratna. Tingkatan onggar-onggar ini ganjil, mulai dari tingkat tiga, lima bahkan ada yang menggunakan tingkat tujuh, dengan mengedepankan estetika dan etika. Juga dilengkapi rantasan (kemasan kain ditumpuk rapi) sebagai stana sang pitara.
Banten sokan itu dikemas sejak sehari sebelum puncak Usaba Dalem, agar mendapatkan bentuk banten yang indah, rapi, dan beratnya seimbang. Sehingga saat dipikul tidak berat sebelah.
Mangku Cenik Wijana mengatakan, banten sokan dipikul kaum lelaki yang telah berumur dewasa di atas 20 tahun dan di bawah 50 tahun. Banten itu dipersembahkan di Pura Dalem bersama banten dulangan (kemasan banten tinggi) yang dijunjung kaum wanita. Puncak Usaba Dalem ditandai muspa bersama, selanjutnya banten sokan kembali dipikul dibawa pulang. Setiba di pintu gerbang rumah, disambut banten segehan dan petabuhan (menuangkan minuman tuak, brem, arak, dan air putih), setelah itu barulah krama yang memikul sokan bisa masuk pekarangan.
“Bagi krama yang memiliki leluhur telah diaben, diyakini di rantasan banten sokan itulah sang pitara berstana, setelah dimohon di Pura Dalem,” ujar Mangku Cenik Wijana.
Banten sokan kemudian ditempatkan di kamar khusus, selanjutnya dilakukan upacara mapamit (semacam silaturahmi dengan cara muspa kepada sang pitara), krama saling mengunjungi melakukan mapamit dari rumah ke rumah dalam satu kampung.
Usaba Dalem serentak dilaksanakan di delapan desa pakraman, yakni, Desa Pakraman Subagan (Kecamatan Karangasem), Desa Pakraman Bungaya dan Desa Pakraman Sibetan (Kecamatan Bebandem), Desa Pakraman Putung, Desa Pakraman Duda, Desa Pakraman Geriana Kangin, Desa Pakraman Geriana Kauh, dan Desa Pakraman Perangsari (Kecamatan Selat).
Usaba Dalem di Desa Pakraman Duda, misalnya, terbagi di dua lokasi di Pura Dalem Desa Pakraman Duda di Banjar Dalem, Desa Duda, Kecamatan Selat dan di Banjar Adat Pegubugan, Desa Pakraman Duda, Kecamatan Selat. Sebab di wilayah itu ada dua Pura Dalem.
Persembahyangan berlangsung padat dari pagi hingga sore silih berganti. Tetapi puncak Usaba Dalem dilakukan sore. Prosesi Usaba Dalem di Pura Dalem, Desa Pakraman Duda, dipuput Ida Pedanda Geniten dari Gria Keniten, Banjar Adat Bencingah, Desa Pakraman Duda, sedangkan di Pura Dalem Banjar Adat Pegubugan dipuput Ida Pedanda Istri Oka Keniten dari Gria Layahomba, Banjar Adat Pegubugan.
Keunikan di Usaba Dalem di Banjar Adat Pegubugan itu, ditandai mempersembahkan banten sokan. Hal itu sebagai bentuk persembahan hasil bumi, wujud rasa syukur atas limpahan anugerah dari dewi kesuburan.
Sedangkan banten sokan di Desa Pakraman Perangsari, itu merupakan bayar kaul warga, dengan tinggi lima meter, diusung 15 orang. “Banten sokan di setiap Usaba Dalem di Banjar Adat Pegubugan, menjadi ciri khas dan sudah tradisi, tiap pekarangan rumah mempersembahkan banten sokan,” kata Kelian Banjar Adat Pegubugan I Komang Dana.
“Keunikan di Banjar Adat Pegubugan, karena banten sokan dipikul kaum lelaki dewasa. Kalau banten jenis lainnya, sama dengan daerah tetangga,” ucap I Nengah Suardana, tokoh Banjar Adat Pegubugan.
Banten sokan, menurut Suardana, merupakan budaya turun temurun yang telah menjadi aset yang selalu dilestarikan.
Komentar