MUTIARA WEDA: Dari Mana Pikiran Baik Datang?
A no bhadrah kratavo yantu visvatah (Rgveda 1.89.1)
Semoga pikiran baik datang datang dari segala penjuru.
DOA ini mungkin bermanfaat dalam beberapa situasi. Pertama, saat pikiran dipenuhi oleh ketidakbaikan. Ketika orang dibuat tidak berdaya oleh pikirannya yang buruk, doa ini mungkin sangat berperan, sebab melalui doa ini, pikiran dibiarkan terbuka untuk menerima hal yang berlawanan. Maksudnya, hal-hal baik diberikan masuk ke dalam pikiran yang penuh dengan kejahatan.
Dengan ini, kadar kejahatan pikiran perlahan melemah seiring bertambahnya pikiran baik yang datang. Kedua, doa ini bagus dalam sebuah organisasi khususnya yang berbau politik, karena biasanya di dalamnya akan banyak pikiran yang mengandung kepentingan. Dengan doa ini diharapkan kepentingan yang berjalan adalah kepentingan yang mewakili banyak orang. Semakin banyak orang yang terwakili kepentingannya akan semakin baik, sehingga suntikan pikiran baik yang datang dari luar sangat diperlukan. Ketiga, bagi mereka yang menganggap bahwa pikiran baik ada di luar dirinya, sehingga perlu mengundangnya agar kebaikan itu masuk ke dalam dirinya.
Sementara itu, doa di atas tampak tidak memiliki esensi jika dihadapkan pada situasi lain. Seperti pertama, bagi mereka yang menyadari bahwa penjuru dunia itu adalah sebuah realitas yang tidak berkaitan dengan aspek moral. Penjuru dunia adalah demikian adanya, bukan baik dan bukan juga buruk. Baik dan buruk adalah konsensus pikiran manusia dengan sesamanya. Sehingga, memohon kebaikan agar datang dari segala penjuru tampak irasional. Kedua, bagi orang yang beranggapan bahwa pikiran baik dan buruk itu datang dari dalam pikiran itu sendiri dan tidak pernah datang dari luar. Manusia lah yang mengeluarkan pikiran baik dan/atau buruk, sementara alam semesta beyond itu. Sehingga, pikiran baik tidak datang dari segala penjuru, sebaliknya pikiran baik itu datang dari pikiran menuju ke segala penjuru. Ketiga, bagi mereka yang telah mengalami realisasi diri. Orang ini memancarkan welas asih sebagaimana semesta pancarkan. Dia seperti bunga mawar, wanginya yang menyebar tidak dalam konteks baik dan buruk, melainkan sesuatu yang memang telah diperuntukkan demikian. Mereka yang suka dengan bau harum akan mendekat dan menyebut bunga mawar itu baik, sementara yang suka bau busuk tidak menemukan enaknya bau harum itu dan menyebut bunga mawar itu buruk.
Sementara itu, ada juga sebagian ajaran yang menyatakan bahwa kebaikan itu sepenuhnya bersumber dari entitas tunggal (entitas tertinggi). Entitas inilah yang merupakan sumber dari segala sumber kebaikan. Tanpa-Nya kebaikan tidak pernah ada. Sehingga, agar kebaikan ada di muka bumi, memohon belas kasih-Nya sangat dipentingkan. Melalui bantuan-Nya lah kebaikan itu ada di muka bumi. Orang yang beruntung akan selalu dianugerahi dengan kebaikan, sementara orang yang tidak beruntung kebaikan itu selalu menjauhinya. Kembali, agar kebaikan itu bisa mendekat, mendekatkan diri para-Nya adalah satu-satunya cara. Jika ‘hati’ Beliau berkenan, maka kebaikan akan dilimpahkan padanya, sebaliknya jika Beliau tidak berkenan, hanya keburukan yang ditemui orang itu. Beliau memiliki kewenangan penuh untuk memberkati atau tidak. Atas dasar ini, doa di atas menjadi tidak jelas karena mengharapkan kebaikan datang dari segala penjuru, padahal sumber kebaikan itu hanya dari entitas tertinggi itu saja.
Sementara itu ada juga pandangan yang menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya pikiran baik. Hal yang ada adalah pikiran yang penuh kepentingan. Jika hal-hal yang dipikirkan itu sesuai kepentingan, maka itu menjadi pikiran yang baik, sebaliknya jika tidak akan menjadi pikiran yang buruk. Kepentingan itu muncul dari keinginan-keinginannya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa ‘pikiran baik’ itu tidak bisa berdiri sendiri. Pikiran baik atau buruk itu hanyalah bayangan dari kepentingan-kepentingan. Seperti misalnya, orang menganggap menolong orang lain itu baik. Lalu dia berpikir untuk melakukan tindakan menolong. Pikirannya memiliki kepentingan untuk berbuat baik, demikian seterusnya. Sehingga doa di atas tampak tidak memiliki esensi.
Lalu, bagaimana agar doa di atas bermakna bagi semua? Tentu, makna yang harus diberikan tidak hanya sekadar memohon agar kebaikan datang kepada kita. Ini adalah terjemahan dari pikiran selfish. Makna yang bisa diberikan mungkin begini, ‘semoga kebenaran absolut selalu mendekat dari segala penjuru dan melenyapkan kebodohan pikiran’. Kebenaran absolut memang tidak pernah datang dari luar pikiran, namun dapat menginspirasi pikiran untuk mengenal kesejatian dirinya sebagai kebenaran absolut itu sendiri. *
I Gede Suwantana
Sementara itu, doa di atas tampak tidak memiliki esensi jika dihadapkan pada situasi lain. Seperti pertama, bagi mereka yang menyadari bahwa penjuru dunia itu adalah sebuah realitas yang tidak berkaitan dengan aspek moral. Penjuru dunia adalah demikian adanya, bukan baik dan bukan juga buruk. Baik dan buruk adalah konsensus pikiran manusia dengan sesamanya. Sehingga, memohon kebaikan agar datang dari segala penjuru tampak irasional. Kedua, bagi orang yang beranggapan bahwa pikiran baik dan buruk itu datang dari dalam pikiran itu sendiri dan tidak pernah datang dari luar. Manusia lah yang mengeluarkan pikiran baik dan/atau buruk, sementara alam semesta beyond itu. Sehingga, pikiran baik tidak datang dari segala penjuru, sebaliknya pikiran baik itu datang dari pikiran menuju ke segala penjuru. Ketiga, bagi mereka yang telah mengalami realisasi diri. Orang ini memancarkan welas asih sebagaimana semesta pancarkan. Dia seperti bunga mawar, wanginya yang menyebar tidak dalam konteks baik dan buruk, melainkan sesuatu yang memang telah diperuntukkan demikian. Mereka yang suka dengan bau harum akan mendekat dan menyebut bunga mawar itu baik, sementara yang suka bau busuk tidak menemukan enaknya bau harum itu dan menyebut bunga mawar itu buruk.
Sementara itu, ada juga sebagian ajaran yang menyatakan bahwa kebaikan itu sepenuhnya bersumber dari entitas tunggal (entitas tertinggi). Entitas inilah yang merupakan sumber dari segala sumber kebaikan. Tanpa-Nya kebaikan tidak pernah ada. Sehingga, agar kebaikan ada di muka bumi, memohon belas kasih-Nya sangat dipentingkan. Melalui bantuan-Nya lah kebaikan itu ada di muka bumi. Orang yang beruntung akan selalu dianugerahi dengan kebaikan, sementara orang yang tidak beruntung kebaikan itu selalu menjauhinya. Kembali, agar kebaikan itu bisa mendekat, mendekatkan diri para-Nya adalah satu-satunya cara. Jika ‘hati’ Beliau berkenan, maka kebaikan akan dilimpahkan padanya, sebaliknya jika Beliau tidak berkenan, hanya keburukan yang ditemui orang itu. Beliau memiliki kewenangan penuh untuk memberkati atau tidak. Atas dasar ini, doa di atas menjadi tidak jelas karena mengharapkan kebaikan datang dari segala penjuru, padahal sumber kebaikan itu hanya dari entitas tertinggi itu saja.
Sementara itu ada juga pandangan yang menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya pikiran baik. Hal yang ada adalah pikiran yang penuh kepentingan. Jika hal-hal yang dipikirkan itu sesuai kepentingan, maka itu menjadi pikiran yang baik, sebaliknya jika tidak akan menjadi pikiran yang buruk. Kepentingan itu muncul dari keinginan-keinginannya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa ‘pikiran baik’ itu tidak bisa berdiri sendiri. Pikiran baik atau buruk itu hanyalah bayangan dari kepentingan-kepentingan. Seperti misalnya, orang menganggap menolong orang lain itu baik. Lalu dia berpikir untuk melakukan tindakan menolong. Pikirannya memiliki kepentingan untuk berbuat baik, demikian seterusnya. Sehingga doa di atas tampak tidak memiliki esensi.
Lalu, bagaimana agar doa di atas bermakna bagi semua? Tentu, makna yang harus diberikan tidak hanya sekadar memohon agar kebaikan datang kepada kita. Ini adalah terjemahan dari pikiran selfish. Makna yang bisa diberikan mungkin begini, ‘semoga kebenaran absolut selalu mendekat dari segala penjuru dan melenyapkan kebodohan pikiran’. Kebenaran absolut memang tidak pernah datang dari luar pikiran, namun dapat menginspirasi pikiran untuk mengenal kesejatian dirinya sebagai kebenaran absolut itu sendiri. *
I Gede Suwantana
Komentar