Lomba Loloh Sukses Tarik Minat Generasi Muda Tekuni Warisan Leluhur
DENPASAR, NusaBali
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali menggelar lomba membuat loloh (jamu ala Bali) dalam rangkaian agenda Jantra Tradisi Bali, sebagai salah satu upaya untuk menarik minat generasi muda agar kembali menekuni warisan pengobatan tradisional para leluhur Bali.
“Loloh selain bisa menambah stamina dan membuat sehat, sekaligus kami ingin menghidupkan sastra dan lontar-lontar pengobatan atau usada Bali yang mungkin selama ini terlupakan,” kata Kabid Tradisi dan Warisan Budaya Disbud Provinsi Bali Ida Bagus Alit Suryana di Denpasar, Selasa (21/6).
Alit Suryana menyampaikan hal tersebut di sela-sela penilaian semifinal Pacentokan (Lomba) Pembuatan Loloh bersama para dewan juri yang melakukan penilaian terhadap tujuh video pembuatan loloh dengan durasi 20-30 menit yang dikirimkan peserta lomba.
“Kami gembira, awalnya kami kira peserta yang ikut lomba ini mereka-mereka yang sudah berumur dan berpengalaman. Ternyata malah pesertanya lebih banyak anak muda, ini berarti proses regenerasi berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan,” ucap Alit Suryana.
Dengan generasi muda sudah mulai mengenal loloh, kemudian tahu cara atau proses pembuatan dan khasiatnya, tentu mereka ke depannya bisa tertarik untuk membuat sendiri. Bahkan tertarik untuk mulai menanam tanaman yang dapat berkhasiat untuk obat di pekarangan rumah.
“Untuk mengetahui cara pembuatan loloh dan khasiat dari bahan-bahan yang diperlukan, pemuda-pemudi kita juga diajak untuk kembali membaca berbagai manuskrip atau lontar Bali,” ujar Alit Suryana.
Meskipun loloh merupakan salah satu ramuan tradisional, kata Alit Suryana, juga bisa diberikan sentuhan kekinian seperti dari sisi kemasan maupun cara pengolahannya, dengan tanpa mengubah khasiatnya.
“Yang tidak kalah penting agar loloh itu berkhasiat harus didasarkan pada keyakinan dan memohon anugerah Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan) agar diberikan kesembuhan,” tandasnya.
Lomba membuat loloh yang dilengkapi dengan video tersebut menghadirkan tiga dewan juri yakni Dr Ida Bagus Wiryanatha MSi (dosen UNHI Denpasar), Dr Anak Agung Mediastari (dosen UNHI Denpasar), dan Drs I Wayan Sutedja MHum (dosen Universitas Udayana).
Wayan Suteja menyampaikan sejumlah kriteria yang harus dipenuhi peserta lomba, yakni loloh adalah ramuan tradisional yang dibuat tanpa pengawet, dan dibuat secara tradisional dipergunakan untuk memelihara kesehatan
Kemudian karya kreasi loloh berbasis pada tradisi lisan maupun manuskrip Bali. Peserta merupakan kelompok atau komunitas yang berdomisili di Bali. Proses pembuatan loloh direkam dalam bentuk video dan lengkap dengan narasinya.
“Dari video yang dikirimkan peserta lomba, secara umum pemaparan yang disampaikan sudah bagus, bahkan berisi penjajakan literatur, dan sudah menggunakan bahan-bahan lokal,” kata Wayan Suteja.
Oleh karena sudah berdasarkan literatur, bahan-bahan yang dicampurkan untuk pembuatan loloh juga sudah saling melengkapi dan tidak bertentangan satu dengan yang lainnya.
Terkait aspek penilaian meliputi bahan, proses pembuatan, aroma dan kekhasan rasa, tampilan dan warna produk, manfaatnya bagi tubuh, serta peserta mampu menampilkan sumber tradisi lisan maupun manuskrip Bali.
Demikian pula bahan/material dalam pembuatan loloh termasuk proses pembuatannya harus higienis, alami, dan sehat.
Berdasarkan sejumlah video yang diputar, di antaranya ada peserta yang membuat loloh dari daun dapdap, daun temen, daun jempiring, daun pegagan, dan sebagainya.
Peserta lomba yang lolos seleksi tiga besar (finalis) nanti diwajibkan menyajikan produk dan mempresentasikan di hadapan dewan juri. *cr78
Komentar