Dunia Hadapi Krisis Pangan, Energi & Keuangan
JAKARTA, NusaBali
'Dunia penuh dengan ketidakpastian, dunia dalam keadaan sulit, dunia dalam keadaan yang tidak mudah'.
Penggalan kalimat di atas mungkin kerap didengungkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam beberapa waktu terakhir. Namun, apa yang dikatakan Jokowi benar nyata adanya. Pribahasa sudah jatuh tertimpa tangga mungkin cukup tepat menggambarkan situasi saat ini.
Dunia sudah dibuat pusing tujuh keliling dengan pandemi Covid-19 dalam dua tahun terakhir. Pandemi bukan hanya krisis kesehatan, tapi efeknya juga dirasakan bagi perekonomian.
Saat wabah mulai mereda, tiba-tiba muncul perang Rusia - Ukraina. Efek dari perang tersebut ternyata menyebabkan krisis pangan dan energi secara bersamaan.
"Krisis karena pandemi, mau pulih ada perang, kemudian masuk merembet ke mana-mana. masuk ke krisis pangan, krisis energi, masuk ke krisis keuangan. Kalau kita semakin tahu semakin ngeri," kata Jokowi dalam Rakernas PDIP 2022, seperti dilansir CNBCIndonesia.com, Selasa (21/6).
Jokowi kemudian mengutip berbagai laporan dari sejumlah lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, hingga UN PBB.
Lembaga-lembaga tersebut memperkirakan akan ada 60 negara yang ekonominya ambruk akibat krisis, di mana 42 di antaranya sudah dapat dipastikan mengalami kejatuhan.
"Siapa yang bisa membantu mereka kalau sudah 42? Kalau satu, dua, tiga negara krisis bisa dibantu mungkin, tapi kalau 42 dan betul bisa mencapai 60, kita enggak ngerti apa yang harus kita lakukan," kata Jokowi.
Jokowi berpandangan, situasi saat ini harus diantisipasi dengan tepat. Bila tidak maka dampak yang lebih buruk akan mengancam sebuah negara. Apalagi krisis ini saling berkaitan.
"Ini kita tidak berada pada posisi normal. Begitu krisis keuangan masuk ke krisis pangan, masuk ke krisis energi, mengerikan. Saya kira kita tau semua," jelasnya.
Ada beberapa bukti yang dipaparkan Jokowi. Saat ini, ada beberapa negara yang sudah jatuh. Beberapa di antara mereka bahkan tidak bisa membeli kebutuhan pangan sendiri.
"Sudah ada satu dua negara yang tidak ada cadangan devisa, tidak bisa beli BBM. Tidak ada cadangan devisa tidak bisa beli pangan karena energi impor semua. Kemudian terjebak juga pada pinjaman utang yang sangat tinggi karena debt ratio terlalu tinggi. Jadi sekali lagi, ngeri saya kalau lihat angkanya," tegas Jokowi. *
1
Komentar