FENG-SHUI : Maneki Neko (Bagian 1)
Tidak banyak yang tahu nama dari ‘sosok’ yang sering kita jumpai ini. Namanya adalah Maneki Neko.
Sesosok patung kucing emas yang selalu melambai-lambai di depan pintu toko, rumah makan, atau kantor ‘“Datanglah wahai keberuntungan’. Itulah kira-kira makna dari lambaian ajakan dari si kucing lucu ini. Maneki Neko adalah bahasa Jepang yang berarti ‘Kucing Penyambut’. Tapi kenapa kucing? Bukan gajah, ayam, bebek, burung garuda, kuda atau yang lainnya?
Inilah legenda dari Maneki Neko si Kucing yang melambai.
1. Legenda Kuil Goutokuji
Pada awal zaman Edo ada sebuah kuil yang terdapat di Setagaya, bagian barat Tokyo. Pendeta kuil tersebut memelihara seekor kucing bernama Tama. Pendeta tersebut sering berbicara dan kadang-kadang sedikit mengeluh kepada Tama mengenai kondisi kuilnya yang miskin. “Tama, meskipun miskin, aku memeliharamu di kuil ini, bisakah kamu melakukan sesuatu untuk kuil ini?” harap sang pendeta kepada Tama.
Suatu ketika, seorang penguasa dari daerah Hikone (bagian barat Tokyo), bernama Naotaka Li pulang berburu. Ia berteduh menghindari hujan di bawah pohon besar yang terdapat di depan gerbang kuil. Seekor kucing memberi isyarat mengundang Naotaka untuk berteduh di gerbang kuil. Tidak berapa lama setelah Naotaka berteduh di gerbang kuil, pohon besar tersebut disambar petir. Nyawa Naotaka terselamatkan berkat Tama.
Setelah kejadian tersebut, Naotaka Li dan keluarganya menunjuk kuil tersebut menjadi kuil keluarga dan mengubah namanya menjadi Goutokuji. Kuil tersebut menjadi makmur setelah didukung oleh keluarga Li. Tama dikuburkan di pekuburan kucing di kuil tersebut, dan diciptakan patung kucing (Maneki Neko) untuk mengingatkan orang kepada Tama.
2. Legenda Usugumo dari Yoshiwara
Pada zaman Edo banyak terdapat kota-kota kecil yang penuh berbagai macam hiburan gaya Jepang yang disebut Yuukaku. Salah satu yang terkenal adalah Yoshiwara yang terdapat di bagian timur Tokyo. Ada dua macam wanita yang bekerja di Yoshiwara. Yang terlatih secara profesional dalam hal musik dan menari disebut Geisha, sedangkan lainnya adalah pramuria yang disebut Yuujo. Geisha kelas atas yang terlatih dalam berbagai kesenian disebut Tayuu.
Pada pertengahan zaman Edo ada seorang Tayuu yang bernama Usugumo. Ia terkenal juga sebagai penyayang kucing. Kucingnya selalu berada di sampingnya ke mana pun ia pergi.
Suatu malam, ketika Usugumo hendak memasuki toilet, kucingnya menarik-narik bajunya dengan kasar. Meskipun diusir dengan susah payah, kucingnya tidak mau berhenti mengganggunya. Karena ketakutan, Usugumo meminta bantuan pemilik rumah. Pemilik rumah tersebut datang dan menebas leher kucing tersebut dengan samurai, karena ditakutkan kucing tersebut adalah kucing setan. Kepala kucing tersebut terbang ke langit-langit toilet, menggigit, dan membunuh seekor ular besar yang sedang mengincar Usugumo.
Usugumo sangat menyesal karena telah salah membunuh kucingnya. Untuk mengingatkan jasa kucingnya, salah seorang tamu menghadiahinya patung kucing yang terbuat dari kayu yang harum. Patung kucing inilah yang kemudian berkembang menjadi Maneki Neko.
Rupanya Maneki Neko dianggap membawa keberuntungan bagi yang memercayainya. Ia biasanya diletakkan di depan pintu masuk rumah, toko, atau rumah makan, dekat kasir dan tempat strategis lainnya. Bahkan beberapa warna berbeda dari Maneki Neko dianggap membawa peruntungan yang berbeda-beda pula. Bagi yang percaya, Maneki Neko seperti aksesoris wajib pembawa keberuntungan atau pelengkap Feng Shui. Sedangkan bagi yang menganggap biasa saja, Maneki Neko adalah sebuah boneka lucu nan imut yang bisa mempercantik ruangan. *
1
Komentar