Partai Demokrat Mengenang 52 Tahun Wafatnya Ir Soekarno
Pastikan Semua Kader Amalkan Nilai Pancasila
SINGARAJA, NusaBali
Partai Demokrat yang dipimpin oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memantapkan kembali pemahaman kader partainya, untuk membangun bangsa dan negara Indonesia. Seluruh kader ditegaskan wajib mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, yang dicetuskan Presiden Pertama RI Ir Soekarno.
Deputi Badan Pembinaan Organisasi, Keanggotaan dan Kaderisasi (BPOKK) DPP Partai Demokrat Made Rai Edi Astawa mengatakan, sebagai partai politik di Indonesia tidak boleh melupakan jasa besar yang telah diperjuangkan Soekarno, yang wafat pada 21 Juni 1970 lalu. Terlebih Partai Demokrat memiliki landasan demokratik nasional dan religius.
“Sebagai pembina organisasi, SDM, rekrutmen, pendidikan kader kami utamakan negara di atas kepentingan partai. Komitmen partai kami ini sejalan dengan nilai Pancasila yang terus kami tekankan, pada seluruh kader yang memiliki latar belakang pendidikan bernegara yang berbeda-beda,” ujar Rai Astawa dihubungi via telepon Kamis (23/6) sore.
Politisi muda asal Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung ini mengatakan, Bung Karno sebagai pencetus Pancasila telah membangun pondasi negara yang sangat kokoh. Berhasil mempersatukan bangsa yang terdiri dari sejumlah suku, agama, ras dan budaya menjadi satu yakni Indonesia.
“Presiden pertama kita (Ir Soekarno) meletakkan dasar pondasi melalui pembangunan jiwa dengan Pancasila, bukan pembangunan fisik untuk menyatukan Indonesia. Sebagai penerus kita harus tetap memelihara, menjaga dan mengedepankan Pancasila dalam hubungan dan pola bermasyarakat,” imbuh Rai Astawa
Pria yang pernah bertugas sebagai Komandan Batalyon Infanteri 743/PSY di NTT (Nusa Tenggara Timur) ini menegaskan, pengamalan Pancasila dalam diri kader Demokrat pun menjadi satu indikator penilaian dalam memilih pemimpin partai di setiap tingkatan. Pola itu diharapkan dapat memandu politisi Demokrat memperjuangkan rakyat, selalu hadir menyikapi isu yang mempengaruhi kepentingan rakyat. “Ini menjadi penting. Supaya jangan berpartai hanya mementingkan kepentingan kelompok atau golongan. Melalui Pancasila ini kita diingatkan kembali, jangan melupakan jasa Bung Karno,” tegas mantan Sespri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.
Sementara itu, mengenang wafatnya 52 tahun Presiden Soekarno yang berjuluk ‘Putra Sang Fajar’ sebagai pencetus Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, kata Edi Astawa tidak bisa terlepas dari peristiwa sejarah.
Lima sila yang ditetapkan sebagai Pancasila dirumuskan Bung Karno saat diasingkan di Pulau Ende NTT. “Di Taman Pancasila, Pulau Ende, tepatnya di bawah pohon sukun yang berbatang lima tersebut, Soekarno menemukan ide tentang sila-sila Pancasila yang jumlahnya ada lima. Dharma bhakti, kebaikan dan ketulusan hati beliau kepada NKRI akan selalu kita kenang selamanya dalam hati. Semoga beliau memperoleh tempat terbaik, damai dan tenang di sisi-Nya,” ucap Rai Astawa. *k23
“Sebagai pembina organisasi, SDM, rekrutmen, pendidikan kader kami utamakan negara di atas kepentingan partai. Komitmen partai kami ini sejalan dengan nilai Pancasila yang terus kami tekankan, pada seluruh kader yang memiliki latar belakang pendidikan bernegara yang berbeda-beda,” ujar Rai Astawa dihubungi via telepon Kamis (23/6) sore.
Politisi muda asal Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung ini mengatakan, Bung Karno sebagai pencetus Pancasila telah membangun pondasi negara yang sangat kokoh. Berhasil mempersatukan bangsa yang terdiri dari sejumlah suku, agama, ras dan budaya menjadi satu yakni Indonesia.
“Presiden pertama kita (Ir Soekarno) meletakkan dasar pondasi melalui pembangunan jiwa dengan Pancasila, bukan pembangunan fisik untuk menyatukan Indonesia. Sebagai penerus kita harus tetap memelihara, menjaga dan mengedepankan Pancasila dalam hubungan dan pola bermasyarakat,” imbuh Rai Astawa
Pria yang pernah bertugas sebagai Komandan Batalyon Infanteri 743/PSY di NTT (Nusa Tenggara Timur) ini menegaskan, pengamalan Pancasila dalam diri kader Demokrat pun menjadi satu indikator penilaian dalam memilih pemimpin partai di setiap tingkatan. Pola itu diharapkan dapat memandu politisi Demokrat memperjuangkan rakyat, selalu hadir menyikapi isu yang mempengaruhi kepentingan rakyat. “Ini menjadi penting. Supaya jangan berpartai hanya mementingkan kepentingan kelompok atau golongan. Melalui Pancasila ini kita diingatkan kembali, jangan melupakan jasa Bung Karno,” tegas mantan Sespri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.
Sementara itu, mengenang wafatnya 52 tahun Presiden Soekarno yang berjuluk ‘Putra Sang Fajar’ sebagai pencetus Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, kata Edi Astawa tidak bisa terlepas dari peristiwa sejarah.
Lima sila yang ditetapkan sebagai Pancasila dirumuskan Bung Karno saat diasingkan di Pulau Ende NTT. “Di Taman Pancasila, Pulau Ende, tepatnya di bawah pohon sukun yang berbatang lima tersebut, Soekarno menemukan ide tentang sila-sila Pancasila yang jumlahnya ada lima. Dharma bhakti, kebaikan dan ketulusan hati beliau kepada NKRI akan selalu kita kenang selamanya dalam hati. Semoga beliau memperoleh tempat terbaik, damai dan tenang di sisi-Nya,” ucap Rai Astawa. *k23
Komentar