Pecah! Tiga Gong Kebyar Duta Denpasar Mebarung di PKB XLIV
DENPASAR, NusaBali
Penampilan Sekaa Gong Kebyar Duta Kota Denpasar menggetarkan Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya, Denpasar, Kamis (23/6) malam.
Pasalnya, tiga Sekaa Gong Kebyar Denpasar langsung mebarung dalam satu tempat. Tak pelak, sajian dari Kota Denpasar yang tampil bersama itu mengundang riuh sorak penonton.
Tiga Sekaa yang mebarung yakni Sekaa Gong Kebyar Dewasa Cittha Gurnita Kanti, Desa Dauh Puri Kauh (Kecamatan Denpasar Barat), Sekaa Gong Kebyar Anak-Anak Buana Swara Murti, Banjar Ambengan, Desa Peguyangan Kangin (Kecamatan Denpasar Utara), dan Sekaa Gong Wanita Gita Widya Swari, LPM Kelurahan Renon (Kecamatan Denpasar Selatan). Awalnya mereka membawakan garapan masing-masing. Kemudian mereka tampil dalam satu fragmentari bersama.
Adapun materi yang akan dibawakan yakni Sekaa Gong Kebyar Dewasa Cittha Gurnita Kanti, Desa Dauh Puri Kauh membawakan Tabuh Pat Pepanggulan Wari Drawa dan Tari Tenggek. Selanjutnya Sekaa Gong Kebyar Anak-Anak Buana Swara Murti, Banjar Ambengan, Desa Peguyangan Kangin akan membawakan Tabuh Kreasi Muni Dwara Murti Candra dan Tari Kreasi Katak Ngongkek. Sementara Sekaa Gong Wanita Gita Widya Swari, LPM Kelurahan Renon membawakan Tabuh Kreasi Sekar Kemuda dan Tari Puja Prasamya.
Setelah masing-masing menampilkan garapan, tibalah pada puncak pertunjukan yakni ketiga sekaa menampilkan satu garapan yang sama yakni fragmentari kolaborasi berjudul ‘Amertaning Wimala Bhuana’. Garapan ini menceritakan tentang Sang Aji Darma yang terbelenggu oleh janjinya, tidak boleh menyampaikan apapun yang terkait dengan anugerah yang didapatkan. Akan tetapi, dalam kehidupannya Sang Aji Dharma tidak bisa mengendalikan dirinya, sehingga terjadilah petaka yang menyebabkan ketersinggungan sang istri Diah Satyawati yang berujung duka.
Dalam keadaan bersedih, akhirnya Sang Aji Dharma memutuskan untuk menyusuri hutan belantara guna melakukan yoga semadi, menuju damai untuk mendapatkan ketenangan yang hakiki di dalam dirinya. Dalam pertapaanya, Sang Aji Dharma dipertemukan dengan sosok seorang dewi yaitu Dewi Ambika yang sangat mirip dengan sang istri, dan timbullah rasa cinta di antara mereka. Namun Sang Aji Dharma kembali mengulangi kesalahannya, yang menyulut kemarahan Dewi Ambika dan berubah menjadi Kalikamaya.
Dengan pembelaan Sang Aji Dharma beliau pun berubah menjadi Singa Anabrang, sehingga perang dahsyat pun tidak dapat dihindarkan. Perihal tentang permasalahan yang terjadi dalam cerita tersebut, membuat kesucian alam semesta terkoyak dan ternodai sehingga Dewa Siwa turun ke dunia unuk memercikkan Amertaning Wimala Bhuana, air kehidupan untuk menyucikan dan membersihkan alam semesta dari hawa nafsu serta perilaku makhluk hidup di dunia ini.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Raka Purwantara mengakui jika sajian Gong Kebyar Kota Denpasar tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya karena format mebarung dalam satu panggung yang ditentukan oleh provinsi. Namun demikian, penampilan mebarung tersebut juga tak kalah mendapatkan apresiasi dari penonton. “Ini yang pertama kalinya, tiga barungan gong kebyar tampil dalam satu panggung, di mana akan ditampilkan Fragmentari Amertaning Wimala Bhuana sebagai penampilan puncak, semangat berikan yang terbaik,” jelasnya.
Disinggung soal proses kreatif, Raka menjelaskan bahwa setelah penunjukan sekaa yang akan tampil, ketiga sekaa tersebut langsung melakukan proses latihan selama kurang lebih empat bulan. Ketiganya latihan secara terpisah, namun ketika penggarapan fragmentari mereka beberapa kali latihan bersama. “Jadi untuk fragmentari itu kan ada beberapa babak, jadi ada bagian yang mereka latihan terpisah dan ada juga yang latihan bersama. Karena ada beberapa bagian di fragmentari itu yang melibatkan semua penari, jadi di situlah mereka latihan bersana untuk pemantapan,” bebernya.
Sementara itu untuk penunjukan Duta Kota Denpasar untuk Sekaa Gong Kebyar, diakui Raka Purwantara, melalui pemetaan potensi di masing-masing kecamatan, seleksi, dan pembinaan. “Setiap tahunnya kami petakan potensinya di empat kecamatan ini. Tahun depan tentunya berbeda lagi sekaa yang akan mewakili, sesuai dari hasil pemetaan. Seperti tahun ini, dari hasil pemetaan kami menunjuk wakil dari Denpasar Barat, Denpasar Utara, dan Denpasar Selatan untuk parade Gong Kebyar,” tandasnya. *cr78
Tiga Sekaa yang mebarung yakni Sekaa Gong Kebyar Dewasa Cittha Gurnita Kanti, Desa Dauh Puri Kauh (Kecamatan Denpasar Barat), Sekaa Gong Kebyar Anak-Anak Buana Swara Murti, Banjar Ambengan, Desa Peguyangan Kangin (Kecamatan Denpasar Utara), dan Sekaa Gong Wanita Gita Widya Swari, LPM Kelurahan Renon (Kecamatan Denpasar Selatan). Awalnya mereka membawakan garapan masing-masing. Kemudian mereka tampil dalam satu fragmentari bersama.
Adapun materi yang akan dibawakan yakni Sekaa Gong Kebyar Dewasa Cittha Gurnita Kanti, Desa Dauh Puri Kauh membawakan Tabuh Pat Pepanggulan Wari Drawa dan Tari Tenggek. Selanjutnya Sekaa Gong Kebyar Anak-Anak Buana Swara Murti, Banjar Ambengan, Desa Peguyangan Kangin akan membawakan Tabuh Kreasi Muni Dwara Murti Candra dan Tari Kreasi Katak Ngongkek. Sementara Sekaa Gong Wanita Gita Widya Swari, LPM Kelurahan Renon membawakan Tabuh Kreasi Sekar Kemuda dan Tari Puja Prasamya.
Setelah masing-masing menampilkan garapan, tibalah pada puncak pertunjukan yakni ketiga sekaa menampilkan satu garapan yang sama yakni fragmentari kolaborasi berjudul ‘Amertaning Wimala Bhuana’. Garapan ini menceritakan tentang Sang Aji Darma yang terbelenggu oleh janjinya, tidak boleh menyampaikan apapun yang terkait dengan anugerah yang didapatkan. Akan tetapi, dalam kehidupannya Sang Aji Dharma tidak bisa mengendalikan dirinya, sehingga terjadilah petaka yang menyebabkan ketersinggungan sang istri Diah Satyawati yang berujung duka.
Dalam keadaan bersedih, akhirnya Sang Aji Dharma memutuskan untuk menyusuri hutan belantara guna melakukan yoga semadi, menuju damai untuk mendapatkan ketenangan yang hakiki di dalam dirinya. Dalam pertapaanya, Sang Aji Dharma dipertemukan dengan sosok seorang dewi yaitu Dewi Ambika yang sangat mirip dengan sang istri, dan timbullah rasa cinta di antara mereka. Namun Sang Aji Dharma kembali mengulangi kesalahannya, yang menyulut kemarahan Dewi Ambika dan berubah menjadi Kalikamaya.
Dengan pembelaan Sang Aji Dharma beliau pun berubah menjadi Singa Anabrang, sehingga perang dahsyat pun tidak dapat dihindarkan. Perihal tentang permasalahan yang terjadi dalam cerita tersebut, membuat kesucian alam semesta terkoyak dan ternodai sehingga Dewa Siwa turun ke dunia unuk memercikkan Amertaning Wimala Bhuana, air kehidupan untuk menyucikan dan membersihkan alam semesta dari hawa nafsu serta perilaku makhluk hidup di dunia ini.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Raka Purwantara mengakui jika sajian Gong Kebyar Kota Denpasar tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya karena format mebarung dalam satu panggung yang ditentukan oleh provinsi. Namun demikian, penampilan mebarung tersebut juga tak kalah mendapatkan apresiasi dari penonton. “Ini yang pertama kalinya, tiga barungan gong kebyar tampil dalam satu panggung, di mana akan ditampilkan Fragmentari Amertaning Wimala Bhuana sebagai penampilan puncak, semangat berikan yang terbaik,” jelasnya.
Disinggung soal proses kreatif, Raka menjelaskan bahwa setelah penunjukan sekaa yang akan tampil, ketiga sekaa tersebut langsung melakukan proses latihan selama kurang lebih empat bulan. Ketiganya latihan secara terpisah, namun ketika penggarapan fragmentari mereka beberapa kali latihan bersama. “Jadi untuk fragmentari itu kan ada beberapa babak, jadi ada bagian yang mereka latihan terpisah dan ada juga yang latihan bersama. Karena ada beberapa bagian di fragmentari itu yang melibatkan semua penari, jadi di situlah mereka latihan bersana untuk pemantapan,” bebernya.
Sementara itu untuk penunjukan Duta Kota Denpasar untuk Sekaa Gong Kebyar, diakui Raka Purwantara, melalui pemetaan potensi di masing-masing kecamatan, seleksi, dan pembinaan. “Setiap tahunnya kami petakan potensinya di empat kecamatan ini. Tahun depan tentunya berbeda lagi sekaa yang akan mewakili, sesuai dari hasil pemetaan. Seperti tahun ini, dari hasil pemetaan kami menunjuk wakil dari Denpasar Barat, Denpasar Utara, dan Denpasar Selatan untuk parade Gong Kebyar,” tandasnya. *cr78
1
Komentar