Persiapan Bali Mengikuti Pekan Kebudayaan Nasional 2023
Lomba Olahraga Tradisional Meriahkan Jantra Tradisi Bali II Tahun 2022
Ketua Umum KPOTI Provinsi Bali IGN Kesuma Kelakan menyatakan lomba dimaksud sesuai dengan visi misi Gubernur Bali, yang salah satunya membangun budaya melalui olahraga tradisional.
DENPASAR, NusaBali
Sejumlah lomba olahraga tradisional digelar serangkaian kegiatan Jantra Tradisi Bali II Tahun 2022 di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar, Sabtu (25/6). Lomba yang diikuti perwakilan kabupaten/kota di Bali diharapkan dapat mengimbangi kehadiran permainan berbasis teknologi yang banyak digandrungi anak muda saat ini.
“Masyarakat khususnya anak-anak, banyak yang tidak tahu kearifan lokal dan tradisi luar biasa yang dimiliki. Ini untuk mengimbangi derasnya pengaruh permainan yang berbasis teknologi,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha saat membuka lomba.
Dalam kesempatan itu, ada tiga olahraga tradisional yang dilombakan, yakni tajog (egrang), bolak balik balok, dan deduplak. Selain itu juga dimeriahkan Murtirupa (demonstrasi) Megangsing dari Sekaa Megangsing Kayu Sambuk, Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.
“Masyarakat khususnya anak-anak, banyak yang tidak tahu kearifan lokal dan tradisi luar biasa yang dimiliki. Ini untuk mengimbangi derasnya pengaruh permainan yang berbasis teknologi,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha saat membuka lomba.
Dalam kesempatan itu, ada tiga olahraga tradisional yang dilombakan, yakni tajog (egrang), bolak balik balok, dan deduplak. Selain itu juga dimeriahkan Murtirupa (demonstrasi) Megangsing dari Sekaa Megangsing Kayu Sambuk, Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.
Agenda Jantra Tradisi Bali, ujar Arya Sugiartha, menjadi salah satu agenda penanda Pesta Kesenian Bali (PKB) Era Baru, sehingga dalam PKB juga digabung dengan ajang Jantra Tradisi Bali dan Bali World Culture Celebration (BWCC).
Pihaknya berharap tradisi-tradisi Bali yang memiliki nilai kebersamaan, nilai keindahan, nilai kemanusiaan, nilai etika bisa dibangkitkan kembali sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru.
“Jantra Tradisi Bali memberikan apresiasi pada permainan tradisional, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, dan pengobatan tradisional. Ini harus diwadahi dan diberi ruang karena sudah masuk dalam Perda No 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali.
Pelaksanaan lomba olahraga tradisional itu sekaligus menjadi persiapan Bali untuk mengikuti Pekan Kebudayaan Nasional pada 2023.
“Olahraga dan permainan tradisional selain membutuhkan kekuatan fisik dan kecerdasan, juga ada unsur etika dan estetikanya. Jadi, tidak saja untuk mencari kalah menang, akan tetapi bagaimana kita menjaga tradisi yang banyak mengandung nilai kehidupan,” ucap mantan Rektor ISI Denpasar ini.
Pada lomba yang juga disambut antusias oleh masyarakat yang sedang berolahraga di Lapangan Puputan Margarana itu, Kota Denpasar keluar sebagai juara umum karena berhasil memenangi atau meraih juara I untuk ketiga kategori lomba.
Untuk lomba Metajog, juara I diraih Kota Denpasar, kemudian Kabupaten Klungkung (juara II) dan Kabupaten Tabanan (juara III). Pada lomba Deduplak, juara I diraih Kota Denpasar, Kabupaten Badung (juara II) dan Kabupaten Klungkung (juara III).
Sedangkan pada lomba Bolak Balik Balok, juara I kembali diraih Kota Denpasar, Kabupaten Klungkung (juara II), dan Kabupaten Tabanan (juara III).
Ketua Umum Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) Provinsi Bali IGN Kesuma Kelakan, yang hadir dalam acara lomba menyampaikan apresiasi digelarnya perlombaan tersebut.
“Ini sesuai dengan visi misi Gubernur Bali, yang salah satunya membangun budaya melalui olahraga tradisional,” ucap Kesuma Kelakan.
Anggota DPR RI ini pun berharap agar kegiatan olahraga maupun permainan tradisional bisa dikaitkan dengan pariwisata sehingga wisatawan tidak melihat Bali hanya dari alam dan kulinernya, tetapi juga dari permainan tradisional.
“Pelaku pariwisata hendaknya mulai memperkenalkan bahwa di Bali ini setiap daerah memiliki permainan tradisional,” imbuh Kesuma Kelakan.
Sementara itu, Ketua Sekaa Gangsing Kayu Sambuk Putu Arda Wahyu Pratama, menyatakan, di desanya, anak-anak dan para pemuda kerap memainkan saat hari Minggu. Selain itu permainan gangsing juga ditampilkan pada sejumlah kegiatan bergengsi di tingkat kabupaten melalui festival permainan tradisional, sehingga menjadi daya tarik wisata.
“Kami ingin menunjukkan kalau gangsing di Desa Gobleg belum punah. Kebetulan kami diberikan kesempatan untuk tampil,” kata Arda seperti dikutip dari Antara.
Permainan gangsing merupakan permainan tradisional yang ditekuni oleh beberapa wilayah atau desa tertentu yang berada di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, yang sampai saat ini berkembang secara turun-temurun.
Selain Gobleg, ada beberapa desa di Buleleng yang masih tetap mempertahankan permainan tradisional ini, seperti Desa Munduk, Desa Gesing, Desa Umejero, dan berkembang ke Desa Bengkel, Desa Banyuatis, Desa Kayuputih, dan Desa Pedawa.
“Untuk gangsing dengan ukuran lingkaran 45 cm dimainkan anak-anak, sedangkan kalau gangsing ukuran 58 cm dan 65 cm dimainkan oleh orang dewasa,” ujar Arda.
Atraksi demonstrasi Megangsing yang ditampilkan dalam Jantra Tradisi Bali meliputi membawa gangsing yang berputar di telapak tangan lalu saling oper melempar satu sama lain, dan ‘gebug’ atau mengadu gangsing masing-masing dengan diiringi gamelan.
Perbekel Gobleg I Made Sukarsa menambahkan, olahraga gangsing dulunya dilakukan secara spontan. Namun, seiring waktu olahraga tradisional ini terus dikembangkan serta menjadi sebuah kegiatan yang ditampilkan pada sejumlah kegiatan bergengsi sehingga menjadi daya tarik wisata.
“Kami memiliki sejumlah komunitas, yang pada kali ini diwakili oleh Sekaa Kayu Sambuk,” ucap Sukarsa. Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Kabupaten Buleleng Ni Luh Made Enny Widhiyati menambahkan, tradisi gangsing merupakan suatu wisata minat khusus yang bertujuan untuk melestarikan budaya Bali, khususnya di Kabupaten Buleleng.
“Harapannya nanti permainan tradisional megangsing ini menjadi salah satu upaya menarik minat para wisatawan yang berkunjung ke Buleleng,” ujarnya. *cr78
“Jantra Tradisi Bali memberikan apresiasi pada permainan tradisional, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, dan pengobatan tradisional. Ini harus diwadahi dan diberi ruang karena sudah masuk dalam Perda No 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali.
Pelaksanaan lomba olahraga tradisional itu sekaligus menjadi persiapan Bali untuk mengikuti Pekan Kebudayaan Nasional pada 2023.
“Olahraga dan permainan tradisional selain membutuhkan kekuatan fisik dan kecerdasan, juga ada unsur etika dan estetikanya. Jadi, tidak saja untuk mencari kalah menang, akan tetapi bagaimana kita menjaga tradisi yang banyak mengandung nilai kehidupan,” ucap mantan Rektor ISI Denpasar ini.
Pada lomba yang juga disambut antusias oleh masyarakat yang sedang berolahraga di Lapangan Puputan Margarana itu, Kota Denpasar keluar sebagai juara umum karena berhasil memenangi atau meraih juara I untuk ketiga kategori lomba.
Untuk lomba Metajog, juara I diraih Kota Denpasar, kemudian Kabupaten Klungkung (juara II) dan Kabupaten Tabanan (juara III). Pada lomba Deduplak, juara I diraih Kota Denpasar, Kabupaten Badung (juara II) dan Kabupaten Klungkung (juara III).
Sedangkan pada lomba Bolak Balik Balok, juara I kembali diraih Kota Denpasar, Kabupaten Klungkung (juara II), dan Kabupaten Tabanan (juara III).
Ketua Umum Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) Provinsi Bali IGN Kesuma Kelakan, yang hadir dalam acara lomba menyampaikan apresiasi digelarnya perlombaan tersebut.
“Ini sesuai dengan visi misi Gubernur Bali, yang salah satunya membangun budaya melalui olahraga tradisional,” ucap Kesuma Kelakan.
Anggota DPR RI ini pun berharap agar kegiatan olahraga maupun permainan tradisional bisa dikaitkan dengan pariwisata sehingga wisatawan tidak melihat Bali hanya dari alam dan kulinernya, tetapi juga dari permainan tradisional.
“Pelaku pariwisata hendaknya mulai memperkenalkan bahwa di Bali ini setiap daerah memiliki permainan tradisional,” imbuh Kesuma Kelakan.
Sementara itu, Ketua Sekaa Gangsing Kayu Sambuk Putu Arda Wahyu Pratama, menyatakan, di desanya, anak-anak dan para pemuda kerap memainkan saat hari Minggu. Selain itu permainan gangsing juga ditampilkan pada sejumlah kegiatan bergengsi di tingkat kabupaten melalui festival permainan tradisional, sehingga menjadi daya tarik wisata.
“Kami ingin menunjukkan kalau gangsing di Desa Gobleg belum punah. Kebetulan kami diberikan kesempatan untuk tampil,” kata Arda seperti dikutip dari Antara.
Permainan gangsing merupakan permainan tradisional yang ditekuni oleh beberapa wilayah atau desa tertentu yang berada di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, yang sampai saat ini berkembang secara turun-temurun.
Selain Gobleg, ada beberapa desa di Buleleng yang masih tetap mempertahankan permainan tradisional ini, seperti Desa Munduk, Desa Gesing, Desa Umejero, dan berkembang ke Desa Bengkel, Desa Banyuatis, Desa Kayuputih, dan Desa Pedawa.
“Untuk gangsing dengan ukuran lingkaran 45 cm dimainkan anak-anak, sedangkan kalau gangsing ukuran 58 cm dan 65 cm dimainkan oleh orang dewasa,” ujar Arda.
Atraksi demonstrasi Megangsing yang ditampilkan dalam Jantra Tradisi Bali meliputi membawa gangsing yang berputar di telapak tangan lalu saling oper melempar satu sama lain, dan ‘gebug’ atau mengadu gangsing masing-masing dengan diiringi gamelan.
Perbekel Gobleg I Made Sukarsa menambahkan, olahraga gangsing dulunya dilakukan secara spontan. Namun, seiring waktu olahraga tradisional ini terus dikembangkan serta menjadi sebuah kegiatan yang ditampilkan pada sejumlah kegiatan bergengsi sehingga menjadi daya tarik wisata.
“Kami memiliki sejumlah komunitas, yang pada kali ini diwakili oleh Sekaa Kayu Sambuk,” ucap Sukarsa. Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Kabupaten Buleleng Ni Luh Made Enny Widhiyati menambahkan, tradisi gangsing merupakan suatu wisata minat khusus yang bertujuan untuk melestarikan budaya Bali, khususnya di Kabupaten Buleleng.
“Harapannya nanti permainan tradisional megangsing ini menjadi salah satu upaya menarik minat para wisatawan yang berkunjung ke Buleleng,” ujarnya. *cr78
1
Komentar