KPPAD Bali Atensi Siswi Mencuri Sesari Demi Bayar SPP
GIANYAR, NusaBali
Komisioner Komisi Penyelenggara dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali, Made Ariasa menaruh perhatian khusus terhadap siswi berinisial NKE,15, yang nekat mencuri sesari demi bisa membayar tunggakan SPP di Tegallalang, Gianyar.
Made Ariasa beserta tim mengunjungi SMK, tempat siswi ini menempuh pendidikan, Sabtu (25/6). Pemerhati anak asal Desa Mas Kecamatan Ubud ini mengatakan ada beberapa catatan yang dirangkumnya dalam kunjungan tersebut.
"Kemarin dari pagi sampai siang, kami datang untuk memastikan sikap pihak sekolah, sikap anak dan keluarga serta pengempon pura dengan desa adatnya," jelas Ariasa saat dikonfirmasi, Minggu (26/6). Dari kunjungan tersebut, terungkap bahwa pelaku NKE,15, memang berstatus yatim piatu. Ayahnya dulu nyentana. Namun ketika NKE berumur 3 bulan, kedua orangtuanya memilih bercerai. "Masing-masing kawin lagi, sehingga dari umur 3 bulan anak ini dirawat oleh kakeknya," jelas Ariasa.
Ayah siswi ini kembali ke rumah asalnya dan menikah lagi. Begitu pula ibunya, meninggalkan putri semata wayangnya untuk kawin keluar. "Ayah siswi ini, katanya masih ingat dan ikut merawat. Tetapi hubungan dengan ibu tirinya kurang harmonis," terang Ariasa. Dari pertemuan dengan pihak terkait, menurut Ariasa keluarga ibu maupun ayah NKE secara umum kurang mampu.
"Pihak keluarga ayahnya yang hadir di sekolah berjanji memberikan perhatian lebih baik tetapi secara ekonomi mereka mengaku tidak mampu, bahkan siap jika cucunya harus dikeluarkan," ungkap Ariasa. Beruntung pihak sekolah tidak memberikan sanksi pemecatan. Pihak sekolah tetap menerima siswi ini melanjutkan sekolah dan berjanji menjaga siswi tersebut dari kemungkinan mengalami bully oleh teman atau lingkungan. Lebih lanjut terkait tunggakan SPP tersebut nominalnya sekitar Rp 1.120.000 selama 1 tahun.
Tunggakan ini sudah dibantu pelunasan oleh Kapolsek Tegallalang AKP I Ketut Sudita. "Bapak Kapolsek yang sudah membayarkan utang Komite dengan cara ditransfer ke sekolah termasuk biaya 1 semester ke depannya. Beliau rencana menitipkan di salah satu tempat usaha agar bisa belajar bekerja sambil tetap sekolah. Kami sepakat soal ini, bahwa anak ini tidak hanya dibantu dari sisi biaya pendidikan tetapi juga dibina untuk bisa lebih bertanggung jawab dan mandiri ke depannya," ujar Ariasa.
Secara adat, juga telah dilakukan upacara Guru Piduka oleh pangempon Pura dengan desa adat tanpa membebankan biaya kepada pelaku atau keluarganya. Hanya saja, Ariasa menjadi sedikit khawatir kejadian ini menjadi bumerang di kemudian hari. Bisa jadi preseden kurang baik, mencuri atau berbuat kurang baik biar viral setelah itu jadi berita sehingga banyak yang simpati.
"Maka itu, kami tidak ingin banyak bantuan mengalir tanpa ada kontrol yang mendidik. Bantuan simpati sangat penting diberikan dan dibangun di tengah masyarakat kita, tetapi harus betul-betul mempertimbangkan wujud bantuan tersebut yang benar dan tepat dengan tetap berorientasi pada pendidikan bertanggung jawab agar mental prihatin, mandiri, cerdas dan bekerja keras ke depannya bisa terbangun pada diri dan jiwa si Anak tersebut dan keluarganya," harap Ariasa. *nvi
Ayah siswi ini kembali ke rumah asalnya dan menikah lagi. Begitu pula ibunya, meninggalkan putri semata wayangnya untuk kawin keluar. "Ayah siswi ini, katanya masih ingat dan ikut merawat. Tetapi hubungan dengan ibu tirinya kurang harmonis," terang Ariasa. Dari pertemuan dengan pihak terkait, menurut Ariasa keluarga ibu maupun ayah NKE secara umum kurang mampu.
"Pihak keluarga ayahnya yang hadir di sekolah berjanji memberikan perhatian lebih baik tetapi secara ekonomi mereka mengaku tidak mampu, bahkan siap jika cucunya harus dikeluarkan," ungkap Ariasa. Beruntung pihak sekolah tidak memberikan sanksi pemecatan. Pihak sekolah tetap menerima siswi ini melanjutkan sekolah dan berjanji menjaga siswi tersebut dari kemungkinan mengalami bully oleh teman atau lingkungan. Lebih lanjut terkait tunggakan SPP tersebut nominalnya sekitar Rp 1.120.000 selama 1 tahun.
Tunggakan ini sudah dibantu pelunasan oleh Kapolsek Tegallalang AKP I Ketut Sudita. "Bapak Kapolsek yang sudah membayarkan utang Komite dengan cara ditransfer ke sekolah termasuk biaya 1 semester ke depannya. Beliau rencana menitipkan di salah satu tempat usaha agar bisa belajar bekerja sambil tetap sekolah. Kami sepakat soal ini, bahwa anak ini tidak hanya dibantu dari sisi biaya pendidikan tetapi juga dibina untuk bisa lebih bertanggung jawab dan mandiri ke depannya," ujar Ariasa.
Secara adat, juga telah dilakukan upacara Guru Piduka oleh pangempon Pura dengan desa adat tanpa membebankan biaya kepada pelaku atau keluarganya. Hanya saja, Ariasa menjadi sedikit khawatir kejadian ini menjadi bumerang di kemudian hari. Bisa jadi preseden kurang baik, mencuri atau berbuat kurang baik biar viral setelah itu jadi berita sehingga banyak yang simpati.
"Maka itu, kami tidak ingin banyak bantuan mengalir tanpa ada kontrol yang mendidik. Bantuan simpati sangat penting diberikan dan dibangun di tengah masyarakat kita, tetapi harus betul-betul mempertimbangkan wujud bantuan tersebut yang benar dan tepat dengan tetap berorientasi pada pendidikan bertanggung jawab agar mental prihatin, mandiri, cerdas dan bekerja keras ke depannya bisa terbangun pada diri dan jiwa si Anak tersebut dan keluarganya," harap Ariasa. *nvi
1
Komentar