Ungkap Suara Kebebasan 19 Tokoh Perempuan
Pelukis Aricadia Pameran Freedom Voice di Ubud
GIANYAR, NusaBali
Pelukis sekaligus kurator, Aricadia memamerkan karya-karya lukisan berteam Freedom Voice di Warung Oman, Gang Cinta, Desa Singakerta Kecamatan Ubud, Gianyar, Sabtu (25/6) sore.
Pameran solo sebulan ini mengungkap suara kebebasan 19 tokoh perempuan perkasa. Mulai dari sosok Ken Dedes hingga Daria Hennadiyivna Bilodid, seorang judoka Ukraina kelahiran 10 Oktober 2000 yang peraih medali emas dunia dan Eropa Tahun 2019 di kelas 48 kg.
Melalui pameran lukisan ini, Aricadia yang setia melukis perempuan semenjak menginjak Bali tahun 1989. Pelukis otodidak ini ingin mengungkap tokoh perempuan perkasa yang punya andil bicara dan bertindak terdepan. Sejajar bahkan adakalanya melebihi kaum laki-laki. "Diskursus mengenai perempuan tidak akan pernah ada habisnya.
Salah satu mitos mengatakan, perempuan adalah perwujudan keburukan laki-laki. Tubuhnya dinisbahkah penciptaan atas tulang rusuk laki-laki. Menempatkannya dalam posisi tersubordinasi pada tatanan sosial kemasyarakatan. Patriarki sudah jauh mengakar dalam tubuh masyarakat dewasa ini. Bahkan ia adalah bentuk status quo tertua di dunia.
Bahkan ilmu filsafat yang menjadi hakim akan sumber epistemologi kebenaran turut berkontribusi dalam melanggengkan ketidakadilan terhadap perempuan. ‘’Gagasan para filsuf bersifat misoginis (merendahkan perempuan). Mereka saya sebut para pencipta kawasan marginalitas para perempuan,
Aristoteles, Plato, Rene Descartes, Francis Bacon, Nietzche, Hegel, Schopen Hauer, Immanuel Kant, Jean-Paul Sartre, bahkan Sigmund Freud," beber pemilik Artcadia Studio, Jalan Raya Siangan, Gianyar ini.
Ada 19 karya dipamerkan. Menyikapi keterbatasan tempat, Aricadia memanfaatkan celah ruang yang ada. Di antaranya dengan menggantung sedemikian rupa, 9 lukisan acrylic ukuran 20 cm x 25 cm. "Ah betapa sulitnya menjadi perempuan. Seperti kata Jean Jacques Rousseau, seorang pemikir Perancis, manusia dilahirkan bebas. Namun, dimana mana ia dipenjara. Begitulah nasib perempuan, ia dilahirkan bebas, namun dimana-mana ia dipenjara," ungkapnya.
Pameran lukisan ini dibuka oleh perupa Duo Jegeg (cantik): Ni Nyoman Sani dan Ni Wayan Sutariyani. Dimeriahkan pertunjukan tari kontemporer dan musikalisasi puisi. "Duo jegeg merasa tersanjung diminta untuk meresmikan dibukanya pameran. Diangkatnya tentang wanita, adalah sosok yang bisa dilihat dari luar dalam kanan kiri dengan perspektif beda. Tergantung siapa yang melihat. Aricadia, melihat wanita itu ada dan punya peranan," ungkap Ni Nyoman Sani dan Ni Wayan Sutariyani. *nvi
1
Komentar