Koster Ungkap Cerita di Balik Penolakan Jembatan Jawa-Bali
Saat Hadiri Melaspas Pura Dang Kahyangan Payogan Agung Segara Rupek
SINGARAJA, NusaBali
Gubernur Bali Wayan Koster menghadiri Upacara Melaspas, Mendem Pedagingan, Ngenteg Linggih dan Padudusan Alit di Pura Dang Kahyangan Payogan Agung Segara Rupek yang berada di tengah kawasan Hutan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng pada Tilem Sadha Anggara Kliwon Medangsia, Selasa (28/6).
Rentetan karya ini dilaksanakan berkenaan pemugaran pura yang diinisiasi Gubernur Koster. Karya melaspas, mendem pedagingan, ngenteg Linggih lan padudusan alit ini dipuput oleh Ida Pedanda Gede Diksa Singarsa dari Griya Babakan, Desa Cau Blayu, Kecamatan Marga, Tabanan. Turut serta hadir dalam karya tersebut, Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jayanegara yang juga menjadi Pengrajeg Karya (Ketua Panitia), Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dan Bupati Jembrana I Nengah Tamba.
Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara yang juga menjadi Pengrajeg Karya (Ketua Panitia) menyampaikan Pura Dang Kahyangan Payogan Agung Segara Rupek sebelumnya dibangun mulai tahun 2000, dan sudah bisa didirikan pada tahun 2001 lalu. Namun kondisi di pura yang menjadi salah satu payogan Ida Bhatara Dang Hyang Siddhi Mantra ini, belum sebaik saat ini. Terwujudnya pura yang lebih bagus saat ini berkat perhatian dari Gubenur Koster.
"Di bulan Juni 2020, Bapak Gubernur datang ke sini. Sehabis itu menelpon, 'itu puranya ayo kita perbaiki'. Dan melalui bantuan dari Gubernur pemugaran pura ini sudah selesai. Terima kasih Pak Gubernur. Saya meminta kepada semua yang hadir untuk selalu berdoa, semoga Pak Gubernur dalam melaksanakan tugas diberikan keselamatan dan kesehatan dan masyarakat Bali mendapatkan kebahagiaan," ucap Jaya Negara. Sementara Gubernur Koster dalam sambutannya, menceritakan saat menjabat sebagai anggota DPR RI, dirinya pernah mengobrol dengan istrinya tentang Ida Bhatara Dang Hyang Siddhi Mantra yang sangat sakti dengan menancapkan tongkatnya dapat memisahkan Bali dengan Jawa yang dulunya dalam satu daratan.
Sejak dilantik menjadi Gubernur Bali pada 5 September 2018 lalu, dia mengaku sempat ditelepon oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, terkait rencana pembangunan jembatan yang menghubungkan Jawa dan Bali.
"Tanpa dasar yang pasti dan berdasar ilustrasi dengan cerita Dang Hyang Siddhi Mantra ini, saya langsung jawab spontan tidak boleh dilanjutkan Pak. Saya bilang ada sejarahnya yang bernilai spiritual dan sangat sakral yang tidak bisa saya langgar," ucap Mantan Anggota Komisi X DPR RI Dapil Bali selama tiga periode ini.
Gubernur Koster mengatakan Dang Hyang Siddhi Mantra pasti punya pertimbangan panjang sehingga memisahkan Pulau Bali dan Jawa. Tidak semata fisik, tetapi makna yang dibangun dalam konteks masa depan Indonesia, khususnya Jawa dan Bali. "Kalau dari segi ekonomi sangat baik. Tetapi dari segi sosial, politik, dan budaya tidak baik. Kalau itu tetap dilakukan semasa saya menjadi Gubernur, saya bisa terkena kutuk. Untuk itu saya mohon maaf (kepada Menteri PUPR Basuki Hadimuljono), dan jangan meneruskan jembatan Jawa-Bali," ucap Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.
Setelah itu, lanjut Gubernur Koster, dirinya baru mengetahui mendalam tentang Ida Bhatara Dang Hyang Siddhi Mantra pada saat mulai pandemi. Saat itu, dirinya melaksanakan persembahyangan keliling ke sejumlah Pura pada bulan Juni 2020 untuk memohon keselamatan dari pandemi Covid-19. Atas petunjuk salah satu teman dekat dan rohaniawan, dikatakan bahwa sebelum sembahyang di Pura Segara Rupek diminta untuk bersembahyang dahulu di Payogan Ida Bhatara Dang Hyang Siddhi Mantra.
FOTO: Gubernur Bali Wayan Koster .-IST
"Ya sampailah di Pura ini. Tetapi dengan kondisi Pura yang kurang berimbang atau tidak memadai. Kalau secara nyata duniawi kan Ida Dang Hyang Siddhi Mantra seperti orang penting. Ya sepatutnya harus dibuatkan Pura yang memadai. Dan habis sembahyang, langsung 'udah kita bangun aja pura ini," ujar Gubernur Koster.
Saat sembahyang, Gubernur Koster juga mendengar bunyi burung titiran (perkutut) indah sekali, seolah menjadi pertanda bahwa direstui untuk memperbaiki pura ini. Di samping perbaikan Pura, dirinya pun ingin memperbaiki akses jalan dari jalan utama menuju lokasi Pura ini. Rencananya jalan sepanjang 15 kilometer yang masih berupa jalan tanah menuju Pura ini akan diperbaiki dan sudah ada izin dari Kementerian Kehutanan.
"Ini harus menjadi tanggungjawab Provinsi dan hari ini terealisasi. Jalan atas izin dari Kementerian Kehutanan, akan dibangun dengan anggaran Provinsi pada tahun 2023," ujar Gubernur Koster. Bagi Gubernur Koster, pura ini adalah gawangnya Bali. Dia pun mengajak generasi penerus untuk melakukan upaya secara sekala dan niskala (duniawi dan rohani) dalam menjaga pura ini.
"Niskala adalah membangun Pura dan melakukan upakara seperti sekarang ini. Sekalanya kita tidak boleh membuat kebijakan yang tidak beliau inginkan. Jangan tergoda misalnya dengan membangun Jembatan Jawa-Bali. Harga mati itu tidak boleh," ujar Gubernur Koster. Ke depan, Gubernur Koster berencana akan membangun rumah pamangku dan wantilan karena tempat Pura ini jauh dengan jalan utama. Sehingga kesinambungan pemeliharaan dan tatanan upakara setiap harinya ada yang melakukan. "Nanti akan dibahas apakah kabupaten atau provinsi yang mengerjakan," ucap Gubernur Koster.
Dalam kesempatan yang baik tersebut, Gubenur Koster meminta agar krama Bali semua selalu guyub. Menjaga ketentraman dan berdoa agar pandemi dapat segera berakhir. Dan pemulihan ekonomi di Bali dapat dilakukan secara bersama-sama membangun visi Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui pola pembangunan semesta berencana menuju Bali Era Baru. "Saya akan tetap datang ke Pura ini karena sudah ada sentuhan batin. Dapat saya rasakan kehadiran-Nya, apa yang harus saya lakukan untuk membangun Bali sebagai Gubernur," ujarnya.
Menyinggung jalan menuju pura ini, kata Gubernur Koster, dari total sepanjang 15 kilometer (Km) tahun ini baru bisa dibangun jalan sepanjang 3,5 kilometer dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Kabupaten Buleleng yang akan dibangun akhir Juli ini. Tahun depan, sisanya akan dituntaskan Provinsi.
"Sekarang sudah ada izin dari Kementerian Kehutanan. Biar nyaman nanti kita sembahyang, tadi kita jalani selama 1 jam. Semoga apa yang kita lakukan ini betul-betul bermanfaat. Dan terutama Beliau yang malinggih (berstana) di Pura ini. Rahayu," pungkas Gubernur Koster. Mengakhiri rangakaian karya tersebut, dilakukan penandatanganan prasasti pura oleh Gubernur Koster. Dilanjutkan dengan ramah tamah. Sebelum meninggalkan area pura, juga sempat dilaksanakan penanaman pohon di depan halaman Pura oleh Gubernur didampingi Bupati Tamba. *ode, k23
Komentar