Produksi PLTS Turun Signifikan
Rata-rata produksi listrik 42.667 kWh per bulan dari kondisi normal 80.000 kWh.
BANGLI, NusaBali
Produksi listrik PLTS 1 MWp Bangli di Dusun Bangklet, Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli mengalami penurunan. Penurunan produksi listrik akibat kerusakan inventer. Kabag Ekonomi Setda Bangli, Dwi Wahyuni mengatakan dari 12 inverter, sembilan di antaranya rusak. Saat musim kemarau rata-rata produksi listrik yang dihasilkan PLTS Bangli mencapai 80.000 kWh, jika dinominalkan sekitar Rp 60 juta hingga Rp 65 juta per bulan.
Menurut Dwi Wahyuni, sejak beberapa bulan terjadi penurunan cukup signifikan. Dalam tiga bulan terakhir, rata-rata per bulan produksi listrik 42.667 kWh atau nominal Rp 34 juta. “Listrik yang dihasilkan ini dijual ke PLN seharga Rp 750 per kWh,” jelas Dwi Wahyuni, Kamis (30/6). Menurutnya, perlu revitalisasi inverter. Satu unit inverter sekitar Rp 50 juta lebih. Bagian Ekonomi Setda Bangli menggandeng pihak ketiga untuk pengadaan inverter.
Pemda Bangli menjalin MoU dengan PT Solarion Energi Alam. “Kami bekerja sama melakukan revitalisasi penggantian inverter yang rusak. Perlu pembahasan lebih lanjut untuk teknis pelaksanaannya,” jelas Dwi Wahyuni. Bagi hasil dengan pihak ketiga perlu pembahasan lebih lanjut. Pemkab Bangli mengupayakan segera bisa melakukan revitalisasi agar produksi PLTS normal kembali.
Jika inverter tidak segera diperbaiki, maka akan merembet ke inverter lainnya. Apalagi biaya operasional tinggi. Hasil produksi juga untuk membayar gaji pegawai. Selain kerusakan inverter, cuaca juga sangat berpengaruh terhadap produktivitas. Musim hujan, maka listrik yang bisa dihasilkan juga lebih sedikit. *esa
Produksi listrik PLTS 1 MWp Bangli di Dusun Bangklet, Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli mengalami penurunan. Penurunan produksi listrik akibat kerusakan inventer. Kabag Ekonomi Setda Bangli, Dwi Wahyuni mengatakan dari 12 inverter, sembilan di antaranya rusak. Saat musim kemarau rata-rata produksi listrik yang dihasilkan PLTS Bangli mencapai 80.000 kWh, jika dinominalkan sekitar Rp 60 juta hingga Rp 65 juta per bulan.
Menurut Dwi Wahyuni, sejak beberapa bulan terjadi penurunan cukup signifikan. Dalam tiga bulan terakhir, rata-rata per bulan produksi listrik 42.667 kWh atau nominal Rp 34 juta. “Listrik yang dihasilkan ini dijual ke PLN seharga Rp 750 per kWh,” jelas Dwi Wahyuni, Kamis (30/6). Menurutnya, perlu revitalisasi inverter. Satu unit inverter sekitar Rp 50 juta lebih. Bagian Ekonomi Setda Bangli menggandeng pihak ketiga untuk pengadaan inverter.
Pemda Bangli menjalin MoU dengan PT Solarion Energi Alam. “Kami bekerja sama melakukan revitalisasi penggantian inverter yang rusak. Perlu pembahasan lebih lanjut untuk teknis pelaksanaannya,” jelas Dwi Wahyuni. Bagi hasil dengan pihak ketiga perlu pembahasan lebih lanjut. Pemkab Bangli mengupayakan segera bisa melakukan revitalisasi agar produksi PLTS normal kembali.
Jika inverter tidak segera diperbaiki, maka akan merembet ke inverter lainnya. Apalagi biaya operasional tinggi. Hasil produksi juga untuk membayar gaji pegawai. Selain kerusakan inverter, cuaca juga sangat berpengaruh terhadap produktivitas. Musim hujan, maka listrik yang bisa dihasilkan juga lebih sedikit. *esa
1
Komentar