Menjadi Pande Keris Berawal Mimpi Saat Makemit di Pura Penataran Pande Tamblingan
Drs I Made Gede Sutama MM, Pande Keris dari Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Gianyar
GIANYAR, NusaBali
Sebagai seorang pande (pengrajin besi), Drs I Made Gede Sutama MM, 67, telah membuat keris sejak tahun 2013. Keris buatannya mencapai seratusan. Mulai keris koleksi, keris seselet, keris pajenengan, peralatan upakara di tempat suci, hingga keris pusaka.
Pemesan kerisnya dari beragam kalangan. Mulai dari warga biasa, pejabat, politisi, hingga tokoh agama. Made Gede Sutama yang akrab disapa Jro Mangku Gede Sutama merupakan keturunan pande.
Ketrampilan membuat keris berawal dari petunjuk niskala melalui mimpi. Saat itu, Jro Mangku Sutama ngayah dan makemit di Pura Penataran Pande Tamblingan di Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng tahun 2010. Jro Mangku Sutama ngayah dan makemit terkait persiapan Karya Melaspas Mapedagingan dan Ngenteg Linggih di Pura Penataran Pande Tamblingan yang baru rampung dibangun. “Tiang makemit selama 15 hari,” ungkap Jro Mangku Sutama saat ditemui di rumahnya, Banjar Celuk, Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Rabu (29/6).
Dalam mimpi, Jro Mangku Sutama melihat sebilah keris dengan luk yang indah memancarkan warna warni gemerlapan. Keris itu muncul dari belakang palinggih Meru Tumpang Tiga yang merupakan palinggih Brahma Pasupati. “Sinarnya memancar ke langit,” cerita Jro Mangku Sutama tentang mimpinya. Dia percaya dan yakin mimpi itu sebagai petunjuk niskala, petunjuk leluhur agar dia melakoni kewajiban sebagai seorang pande. “Sebelumnya tiang memang sudah mamande, membuat perhiasan emas dan perak,” ucap pemilik art shop Dede,s di Jalan Raya Celuk, Sukawati ini.
Menurut Jro Mangku Sutama, warga Pande diwariskan dua ketrampilan pokok yakni angandring dan angaluh. Angandring adalah ketrampilan dan keahlian membuat senjata tajam dan perabotan rumah tangga berbahan besi dan logam. Angaluh adalah keahlian membuat perhiasan emas, perak, dan perhiasan berbahan logam lainnya. Sementara keris yang muncul dalam mimpinya diyakini merupakan milik alam semesta, pusaka duwe di Pura Penataran Pande Tamblingan. Nah, dari petunjuk niskala yang muncul melalui mimpi, Jro Mangku Sutama belajar membuat keris. Dia belajar tanpa guru. Sejak mengalami mimpi itu, dia semakin sering sibuk di perapen, kerjanya memanaskan besi, menempa, membentuk, hingga merampungkannya. “Tiang dibantu anak-anak,” ujar ayah dari I Ngurah Bayu Gede Sutama dan Anom Manggala Suta ini.
Akhirnya sebilah keris luk telu berhasil diciptakan Jro Mangku Sutama tahun 2013. Keris itu merupakan karya perdana. Sampai sekarang, keris luk telu karyanya itu disimpan sebagai senjata pusaka. Sejak saat itulah, secara alami Jro Mangku Sutama dikenal sebagai ‘mpu’ pembuat keris. Tidak saja dari krama Bali, warga luar pulau hingga dari luar negeri ada yang memesan dibuatkan keris. Beberapa di antaranya tokoh agama dari Thailand, ketua umum parpol besar, lembaga pemerintah, dan lainnya. Suami Anak Agung Madyawati ini tidak ingat berapa banyak keris yang telah dibuatnya. Diyakini sudah sampai 100 bilah.
Menurut Jro Mangku Sutama, membuat keris bukan pekerjaan ringan. Kekuatan fisik sangat diandalkan untuk menempa besi. Tak kalah penting harus tahan panas karena kerja di perapen dengan api. “Itulah tantangannya. jika tidak tahan bisa limuh,” ungkap mantan dosen di UNHI ini. Syarat lain adalah upawasa. Jro Mangku Sutama melakoni puasa memutih selama 3 hari untuk membuat keris. Wajib paham ala ayuning dewasa membuat keris maupun senjata tajam. Selain sebagai ‘mpu keris’, Jro Mangku Sutama juga ngayah sebagai pamangku di Pura Penataran Pande Tamblingan. Dia merupakan salah seorang mangku gede di pura itu. *k17
1
Komentar