Sekaa Dharma Winangun Tampil Total
"Selain kemampuan penabuh dan penari kami totalitas ciptakan suasana berbeda dengan menata Kalangan Ayodya ini sedemikian rupa"
DENPASAR, NusaBali
Penampilan total dipertontonkan oleh Sekaa Semara Pegulingan Dharma Winangun, Banjar Pemalukan, Kelurahan Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara, yang tampil perdana di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB), di Kalangan Ayodya, Taman Budaya, Denpasar, Selasa (5/7).
Pementasan palegongan kali ini menampilkan empat garapan baik karawitan dan tarian. Para penabuh yang notabene kalangan generasi muda tampil elegan dengan menggunakan kostum bawah kain warna merah, bagian atas baju berwarna putih. Mereka tampil cekatan memainkan bilah-bilah gamelan saih pitu (daun tujuh).
Persembahan pertama berupa garapan Tabuh Sumambang Bali, merupakan tabuh klasik yang berawal dari gending pegambuhan, kemudian ditransfer ke dalam Semara Pegulingan. Adapun spesifikasi tabuh ini adalah sebagai tabuh petegak atau bersifat instrumentalis, yang mana jajar pageh komposisinya tidak jauh beda dengan gending-gending Semara Pegulingan lainnya.
Kemudian dilanjutkan Tari Legong Kuntul, tari ini menggambarkan karakteristik keanggunan sekelompok burung bangau/kokokan putih sebagaimana mereka melakukan kebiasaan sehari-hari dalam bercengkrama mencari makan, terbang di atas dengan formasi yang begitu indahnya dan bermain bersama di tengah hamparan sawah.
Sebuah tabuh kreasi berjudul Membah, disajikan apik, dengan mengambil inspirasi air yang mengalir 'Membah', diimplementasikan penata untuk menuangkan ke dalam sebuah karya tabuh kreasi Semara Pagulingan yang dalam penuangannya disesuaikan dengan komposisi karawitan serta memanfaatkan seluruh unsur musikalitas yang tersusun secara harmonis.
Sebagai sajian terakhir dipungkasi dengan persembahan Tari Legong Tri Sakti. Tari Legong Tri Sakti dicetuskan oleh Ibu Bintang Puspayoga dengan pencipta tarinya adalah I Nyoman Suarsa. Tarian ini menggambarkan tentang pemahaman agama Hindu terkait dengan Tri Sakti Brahma, Wisnu, dan Siwa. Ditarikan oleh tiga orang penari putri dengan mengenakan warna kostum, gelungan, dan kipas yang berbeda, yakni warna merah melambangkan Brahma, putih melambangkan Siwa, dan warna hitam melambangkan Wisnu.
Antusias pengunjung yang memadati Kalangan Ayodya luar biasa. Di antaranya dukungan langsung dari pejabat Kota Denpasar. Tampak Walikota Denpasar IGN Jaya Negara didampingi Kadis Kebudayaan Kota Denpasar Raka Purwantara, setia menonton pementasan hingga selesai.
Tampak totalitas penampil dalam suguhan perdananya di Kalangan Ayodya dipersiapkan dengan serius dan matang oleh duta seni Denpasar Utara itu. Mulai dari penataan panggung, yakni posisi barungan gamelan berlevel, lantas dipasangnya beberapa patung tarian ikonik berupa sosok penari legong, di sisi kanan dan kiri panggung, menghadirkan suasana cantik.
“Kami dengan bangga dan senang diberikan kesempatan tampil dalam ajang PKB tahun ini mewakili duta Kota Denpasar,” jelas I Made Suwendra, selaku pembina sekaa.
Seniman yang akrab disapa Made DEO itu tak menampik pementasannya kali ini benar-benar disiapkan dengan matang. “Kami ingin tampil menghibur, selain menghibur kami tak ingin unjuk kebolehan hanya sekadarnya, selain kemampuan penabuh dan penari kami totalitas ciptakan suasana berbeda dengan menata Kalangan Ayodya ini sedemikian rupa,” ujarnya.
DEO menambahkan, sekaa semara pagulingan ini terbentuk sejak 2017. Untuk tampil di PKB ini proses persiapan dilakukan selama 5 bulan. “Maklum anak-anak sulitnya soal waktu latihan saja, kadang ada yang sempat absen biasalah, tapi semangat anak-anak luar biasa, “ pungkasnya. *cr78
Pementasan palegongan kali ini menampilkan empat garapan baik karawitan dan tarian. Para penabuh yang notabene kalangan generasi muda tampil elegan dengan menggunakan kostum bawah kain warna merah, bagian atas baju berwarna putih. Mereka tampil cekatan memainkan bilah-bilah gamelan saih pitu (daun tujuh).
Persembahan pertama berupa garapan Tabuh Sumambang Bali, merupakan tabuh klasik yang berawal dari gending pegambuhan, kemudian ditransfer ke dalam Semara Pegulingan. Adapun spesifikasi tabuh ini adalah sebagai tabuh petegak atau bersifat instrumentalis, yang mana jajar pageh komposisinya tidak jauh beda dengan gending-gending Semara Pegulingan lainnya.
Kemudian dilanjutkan Tari Legong Kuntul, tari ini menggambarkan karakteristik keanggunan sekelompok burung bangau/kokokan putih sebagaimana mereka melakukan kebiasaan sehari-hari dalam bercengkrama mencari makan, terbang di atas dengan formasi yang begitu indahnya dan bermain bersama di tengah hamparan sawah.
Sebuah tabuh kreasi berjudul Membah, disajikan apik, dengan mengambil inspirasi air yang mengalir 'Membah', diimplementasikan penata untuk menuangkan ke dalam sebuah karya tabuh kreasi Semara Pagulingan yang dalam penuangannya disesuaikan dengan komposisi karawitan serta memanfaatkan seluruh unsur musikalitas yang tersusun secara harmonis.
Sebagai sajian terakhir dipungkasi dengan persembahan Tari Legong Tri Sakti. Tari Legong Tri Sakti dicetuskan oleh Ibu Bintang Puspayoga dengan pencipta tarinya adalah I Nyoman Suarsa. Tarian ini menggambarkan tentang pemahaman agama Hindu terkait dengan Tri Sakti Brahma, Wisnu, dan Siwa. Ditarikan oleh tiga orang penari putri dengan mengenakan warna kostum, gelungan, dan kipas yang berbeda, yakni warna merah melambangkan Brahma, putih melambangkan Siwa, dan warna hitam melambangkan Wisnu.
Antusias pengunjung yang memadati Kalangan Ayodya luar biasa. Di antaranya dukungan langsung dari pejabat Kota Denpasar. Tampak Walikota Denpasar IGN Jaya Negara didampingi Kadis Kebudayaan Kota Denpasar Raka Purwantara, setia menonton pementasan hingga selesai.
Tampak totalitas penampil dalam suguhan perdananya di Kalangan Ayodya dipersiapkan dengan serius dan matang oleh duta seni Denpasar Utara itu. Mulai dari penataan panggung, yakni posisi barungan gamelan berlevel, lantas dipasangnya beberapa patung tarian ikonik berupa sosok penari legong, di sisi kanan dan kiri panggung, menghadirkan suasana cantik.
“Kami dengan bangga dan senang diberikan kesempatan tampil dalam ajang PKB tahun ini mewakili duta Kota Denpasar,” jelas I Made Suwendra, selaku pembina sekaa.
Seniman yang akrab disapa Made DEO itu tak menampik pementasannya kali ini benar-benar disiapkan dengan matang. “Kami ingin tampil menghibur, selain menghibur kami tak ingin unjuk kebolehan hanya sekadarnya, selain kemampuan penabuh dan penari kami totalitas ciptakan suasana berbeda dengan menata Kalangan Ayodya ini sedemikian rupa,” ujarnya.
DEO menambahkan, sekaa semara pagulingan ini terbentuk sejak 2017. Untuk tampil di PKB ini proses persiapan dilakukan selama 5 bulan. “Maklum anak-anak sulitnya soal waktu latihan saja, kadang ada yang sempat absen biasalah, tapi semangat anak-anak luar biasa, “ pungkasnya. *cr78
1
Komentar