Ridwan Kamil Kuat di Posisi Cawapres
Sandiaga Uno Jadi Cawapres Paling Menonjol
Prabowo-Kamil sebagai calon presiden-wakil presiden mampu meraih elektabilitas sebesar 40,6 persen, sedangkan pasangan Ganjar-Anies Baswedan masih stagnan di 37,9 persen.
BANDUNG,NusaBali
Hasil survei dari lembaga survei CiGMark menunjukan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menjadi tokoh yang memberikan kontribusi kemenangan jika diusung sebagai calon wakil presiden pada Pilpres 2024. Sementara Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menjadi sosok Cawapres yang paling menonjol.
CEO CiGMark, Setia Darma, dalam keterangan persnya, Rabu, (6/7) mengatakan, pada survei CiGMark bertajuk “Peta Dukungan Calon Presiden 2024” dengan responden 1.200 orang responden (usia 15 tahun ke atas) di 34 provinsi pada periode 9-17 Juni 2022, terungkap bahwa Ridwan Kamil menjadi pasangan Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo maka dipastikan unggul dari pasangan lain.
Di dalam simulasi yang dilakukan CiGMark, duet antara Prabowo-Kamil sebagai calon presiden-wakil presiden mampu meraih elektabilitas sebesar 40,6 persen, sedangkan pasangan Ganjar-Anies Baswedan masih stagnan di 37,9 persen.
Sedangkan apabila simulasi pasangan Pranowo-Kamil, duet ini tercatat mampu meraih dukungan 42,7 persen. Mengungguli pasangan Prabowo-Baswedan yang hanya sebesar 37 persen.
Di dalam survei yang sama ketika responden diberikan pertanyaan terbuka (top of mind) calon presiden, ada lima nama yang paling menonjol yaitu Ganjar Pranowo 14,1 persen, Prabowo Subianto 11,7 persen, Anies Baswedan 9,5 persen, Joko Widodo 4,7 persen serta Ridwan Kamil 4,0 persen. Sementara sebanyak 48,8 persen responden belum mempunyai pilihan.
Sedangkan untuk top of mind calon wakil presiden nama yang paling menonjol adalah Sandiaga Uno sebanyak 7,7 persen, Kamil 6,2 persen, serta Anies Baswedan 4,9 persen.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Pendidikan Indonesia, Karim Suryadi, mengatakan, kapasitas Ridwan Kamil sebagai Gubernur Jawa Barat merupakan modal kompetensi yang tak terbantahkan, bahkan untuk jabatan presiden sekalipun.
“Jadi dengan atau tanpa survei, kontribusi seorang Kamil bagi pasangannya di pilpres itu mudah dibaca. Selain kapasitas, Kamil memiliki popularitas yang bagus, dan elektabilitas yang tinggi,” kata Suryadi.
Dia menilai meski Ridwan Kamil bukan gubernur yang paling dijagokan dalam setiap survei dalam hal popularitas, namun tidak boleh dilupakan bahwa Ridwan Kamil adalah gubernur dengan resistensi yang rendah. “Sehingga Kamil adalah sosok yang paling potensial dijual dibanding gubernur lain,” kata Suryadi.
Menurut dia, keberhasilan Jawa Barat mengatasi pandemi dan mendorong pemulihan ekonomi adalah prestasi tambahan Ridwan Kamil yang bisa ditransformasi menjadi modal politik. “Di dalam pandangan saya, jangankan untuk wakil presiden, bahkan untuk jabatan presiden pun Kamil punya kapasitas. Namun sayangnya Kamil tidak memiliki partai politik, dan lebih disayangkan lagi karena tiket untuk capres seperti sudah diborong oleh petinggi parpol,” katanya.
Masalah utama pencalonan Ridwan Kamil, diakui Karim, adalah soal memenangkan tiket yang digenggam partai politik. Jika partai politik berambisi ikut kontestasi dan memaksakan pimpinannya maju, peluang munculnya tokoh di luar struktur partai kian kecil. “Harapan kita pilpres sebagai ajang penyegaran politik nasional juga makin tipis,” ujar Suryadi.
Pada sisi lain, dia menilai jika Ridwan Kamil digadang-gadang sebagai unggulan cawapres bukan karena kapasitasnya yang tidak memadai sebagai calon presiden, tapi lebih karena keterbatasan akses pada tiket capres. Jabatan gubernur sendiri adalah ‘laboratorim politik’ paling tepat untuk seorang tokoh mencalonkan sebagai presiden. Oleh karena itu, sangat masuk akal dan bisa dipertanggungjawabkan jika calon presiden memiliki pengalaman menangani urusan warga selevel provinsi, sebab apa yang ditangani presiden juga menjadi urusan gubernur. *ant
CEO CiGMark, Setia Darma, dalam keterangan persnya, Rabu, (6/7) mengatakan, pada survei CiGMark bertajuk “Peta Dukungan Calon Presiden 2024” dengan responden 1.200 orang responden (usia 15 tahun ke atas) di 34 provinsi pada periode 9-17 Juni 2022, terungkap bahwa Ridwan Kamil menjadi pasangan Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo maka dipastikan unggul dari pasangan lain.
Di dalam simulasi yang dilakukan CiGMark, duet antara Prabowo-Kamil sebagai calon presiden-wakil presiden mampu meraih elektabilitas sebesar 40,6 persen, sedangkan pasangan Ganjar-Anies Baswedan masih stagnan di 37,9 persen.
Sedangkan apabila simulasi pasangan Pranowo-Kamil, duet ini tercatat mampu meraih dukungan 42,7 persen. Mengungguli pasangan Prabowo-Baswedan yang hanya sebesar 37 persen.
Di dalam survei yang sama ketika responden diberikan pertanyaan terbuka (top of mind) calon presiden, ada lima nama yang paling menonjol yaitu Ganjar Pranowo 14,1 persen, Prabowo Subianto 11,7 persen, Anies Baswedan 9,5 persen, Joko Widodo 4,7 persen serta Ridwan Kamil 4,0 persen. Sementara sebanyak 48,8 persen responden belum mempunyai pilihan.
Sedangkan untuk top of mind calon wakil presiden nama yang paling menonjol adalah Sandiaga Uno sebanyak 7,7 persen, Kamil 6,2 persen, serta Anies Baswedan 4,9 persen.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Pendidikan Indonesia, Karim Suryadi, mengatakan, kapasitas Ridwan Kamil sebagai Gubernur Jawa Barat merupakan modal kompetensi yang tak terbantahkan, bahkan untuk jabatan presiden sekalipun.
“Jadi dengan atau tanpa survei, kontribusi seorang Kamil bagi pasangannya di pilpres itu mudah dibaca. Selain kapasitas, Kamil memiliki popularitas yang bagus, dan elektabilitas yang tinggi,” kata Suryadi.
Dia menilai meski Ridwan Kamil bukan gubernur yang paling dijagokan dalam setiap survei dalam hal popularitas, namun tidak boleh dilupakan bahwa Ridwan Kamil adalah gubernur dengan resistensi yang rendah. “Sehingga Kamil adalah sosok yang paling potensial dijual dibanding gubernur lain,” kata Suryadi.
Menurut dia, keberhasilan Jawa Barat mengatasi pandemi dan mendorong pemulihan ekonomi adalah prestasi tambahan Ridwan Kamil yang bisa ditransformasi menjadi modal politik. “Di dalam pandangan saya, jangankan untuk wakil presiden, bahkan untuk jabatan presiden pun Kamil punya kapasitas. Namun sayangnya Kamil tidak memiliki partai politik, dan lebih disayangkan lagi karena tiket untuk capres seperti sudah diborong oleh petinggi parpol,” katanya.
Masalah utama pencalonan Ridwan Kamil, diakui Karim, adalah soal memenangkan tiket yang digenggam partai politik. Jika partai politik berambisi ikut kontestasi dan memaksakan pimpinannya maju, peluang munculnya tokoh di luar struktur partai kian kecil. “Harapan kita pilpres sebagai ajang penyegaran politik nasional juga makin tipis,” ujar Suryadi.
Pada sisi lain, dia menilai jika Ridwan Kamil digadang-gadang sebagai unggulan cawapres bukan karena kapasitasnya yang tidak memadai sebagai calon presiden, tapi lebih karena keterbatasan akses pada tiket capres. Jabatan gubernur sendiri adalah ‘laboratorim politik’ paling tepat untuk seorang tokoh mencalonkan sebagai presiden. Oleh karena itu, sangat masuk akal dan bisa dipertanggungjawabkan jika calon presiden memiliki pengalaman menangani urusan warga selevel provinsi, sebab apa yang ditangani presiden juga menjadi urusan gubernur. *ant
Komentar