Ultah ke 56, Hasto Teladani Bung Karno
JAKARTA, NusaBali
Sekjen DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto genap berusia 56 tahun pada 7 Juli 2022 kemarin.
Hasto merayakan ulang tahun dengan menebar 100 ribu bibit ikan di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat. Hal tersebut, sebagai bentuk meneladani Bung Karno dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam merawat pertiwi. “Saya jarang sekali merayakan ulang tahun. Juga jarang ada perayaan potong tumpeng dan tiup lilin. Saya meneladani Bung Karno dan Ibu Megawati yang membangun rasa cinta tanah air dengan merawat pertiwi, memperindah kehidupan semesta, membumikan sesanti memayu hayuning bawana, dan falsafah trihita karana (hubungan keharmonisan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhan),” ujar Hasto dalam keterangan tertulisnya, Kamis (7/7).
Oleh karena itu, merawat pertiwi menjadi kultur PDIP dalam berorganisasi. Hasto sendiri berangkat ke Waduk Jatiluhur dari kediamannya di Bekasi pukul 08.45 WIB. Di sana Hasto disambut Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Dr TB Haeru Rahayu dan Dirut Perum Jasa Tirta II Imam Santosa serta sejumlah pengelola Waduk Jatiluhur.
Sementara Hasto ditemani Kepala Sekretariat DPP PDIP Yoseph Aryo Adhi Dharmo. Adapun benih ikan yang ditebar merupakan bantuan dari Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono. “Saya hanya bertugas menebarkan dan sekaligus mendukung program pemerintah di dalam mewujudkan sumber-sumber pangan untuk rakyat,” kata Hasto.
Hasto berharap ikan yang ditebar di waduk bisa menghidupi lingkungan sekitar. Dirjen KKP TB Haeru Rahayu mengatakan, dalam penebaran benih ikan perlu memperhatikan ekosistem. “Karena 100 ribu benih ikan Tawes dan Nilem tidak bisa ditebar sembarangan,” jelas Haeru Rahayu.
Selain menebar bibit ikan, Hasto menyempatkan diri meninjau historical wall dan prasasti terkait Waduk Jatiluhur yang merupakan waduk terluas di kawasan Asia Tenggara. Luas wilayah waduk itu mencapai 8.300 hektare serta mencakup wilayah Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur, dan Bandung.
Bendungan dibangun sejak tahun 1957, dengan tujuan utama sebagai sumber mata air yang dapat mengairi irigasi sawah seluas 242.000 hektare. Hasto mengatakan dalam tiga tahun terakhir ini, PDIP merayakan ulang tahun dengan membersihkan sungai dan menanam pohon. Hal itu menginsipirasi Hasto untuk tidak merayakan hari lahirnya dengan cara lain, tetapi menebar benih ikan.
Menurut Hasto, hal itu tradisi baik dari Presiden Soekarno yang diteruskan oleh Megawati. Tujuannya, agar kita memiliki kepedulian terhadap lingkungan. “Saya pamit ke Ibu Megawati untuk agenda ini. Beliau selalu menegaskan pentingnya merawat lingkungan dan kehidupan. Sebab, PDIP memiliki program Merawat Pertiwi,” jelas alumni Universitas Gajah Mada Jogjakarta ini.
Megawati, kata Hasto, terus menggalakkan kepada kadernya termasuk kepala daerah dari PDIP untuk melakukan penghijauan di seluruh daerah dan menjalankan program menanam 10 makanan pendamping beras. Hasto pun, sempat menanyakan enceng gondok yang terlihat di waduk.“Enceng gondok saat pandemi tidak terkontrol tapi sekarang sudah lebih baik dikelola,” kata Dirut Perum Jasa Tirta II Imam Santosa.
Saat meninjau prasasti, Hasto terpukau dengan kata-kata yang masih menggunakan ejaan lama. Di prasasti tersebut ada pesan Presiden Pertama Indonesia Soekarno atau Bung Karno.
Isinya: Bendungan Jatiluhur tidak boleh hanja digunakan selama satu atau dua tahun. Itu harus digunakan selama ratusan tahun. Untuk meningkatkan produksi pertanian, masjarakat membutuhkan air. Air penting untuk listrik djuga. Tidak hanja untuk penerangan tapi djuga untuk industri.
“Saya berharap waduk ini benar-benar dikelola dengan baik dan memberi manfaat untuk masyakarat sekitar. Betapa sedihnya lbu Megawati ketika menjadi anggota Komisi IV DPR RI, saat kawasan Bekasi, Karawang dan sekitarnya terjadi alih fungsi lahan pertanian. Bayangkan seandainya daerah tersebut masih menjadi area persawahan. Ini menjadi pelajaran ke depan tentang pentingnya tata ruang,” kata Hasto. *k22
Oleh karena itu, merawat pertiwi menjadi kultur PDIP dalam berorganisasi. Hasto sendiri berangkat ke Waduk Jatiluhur dari kediamannya di Bekasi pukul 08.45 WIB. Di sana Hasto disambut Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Dr TB Haeru Rahayu dan Dirut Perum Jasa Tirta II Imam Santosa serta sejumlah pengelola Waduk Jatiluhur.
Sementara Hasto ditemani Kepala Sekretariat DPP PDIP Yoseph Aryo Adhi Dharmo. Adapun benih ikan yang ditebar merupakan bantuan dari Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono. “Saya hanya bertugas menebarkan dan sekaligus mendukung program pemerintah di dalam mewujudkan sumber-sumber pangan untuk rakyat,” kata Hasto.
Hasto berharap ikan yang ditebar di waduk bisa menghidupi lingkungan sekitar. Dirjen KKP TB Haeru Rahayu mengatakan, dalam penebaran benih ikan perlu memperhatikan ekosistem. “Karena 100 ribu benih ikan Tawes dan Nilem tidak bisa ditebar sembarangan,” jelas Haeru Rahayu.
Selain menebar bibit ikan, Hasto menyempatkan diri meninjau historical wall dan prasasti terkait Waduk Jatiluhur yang merupakan waduk terluas di kawasan Asia Tenggara. Luas wilayah waduk itu mencapai 8.300 hektare serta mencakup wilayah Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur, dan Bandung.
Bendungan dibangun sejak tahun 1957, dengan tujuan utama sebagai sumber mata air yang dapat mengairi irigasi sawah seluas 242.000 hektare. Hasto mengatakan dalam tiga tahun terakhir ini, PDIP merayakan ulang tahun dengan membersihkan sungai dan menanam pohon. Hal itu menginsipirasi Hasto untuk tidak merayakan hari lahirnya dengan cara lain, tetapi menebar benih ikan.
Menurut Hasto, hal itu tradisi baik dari Presiden Soekarno yang diteruskan oleh Megawati. Tujuannya, agar kita memiliki kepedulian terhadap lingkungan. “Saya pamit ke Ibu Megawati untuk agenda ini. Beliau selalu menegaskan pentingnya merawat lingkungan dan kehidupan. Sebab, PDIP memiliki program Merawat Pertiwi,” jelas alumni Universitas Gajah Mada Jogjakarta ini.
Megawati, kata Hasto, terus menggalakkan kepada kadernya termasuk kepala daerah dari PDIP untuk melakukan penghijauan di seluruh daerah dan menjalankan program menanam 10 makanan pendamping beras. Hasto pun, sempat menanyakan enceng gondok yang terlihat di waduk.“Enceng gondok saat pandemi tidak terkontrol tapi sekarang sudah lebih baik dikelola,” kata Dirut Perum Jasa Tirta II Imam Santosa.
Saat meninjau prasasti, Hasto terpukau dengan kata-kata yang masih menggunakan ejaan lama. Di prasasti tersebut ada pesan Presiden Pertama Indonesia Soekarno atau Bung Karno.
Isinya: Bendungan Jatiluhur tidak boleh hanja digunakan selama satu atau dua tahun. Itu harus digunakan selama ratusan tahun. Untuk meningkatkan produksi pertanian, masjarakat membutuhkan air. Air penting untuk listrik djuga. Tidak hanja untuk penerangan tapi djuga untuk industri.
“Saya berharap waduk ini benar-benar dikelola dengan baik dan memberi manfaat untuk masyakarat sekitar. Betapa sedihnya lbu Megawati ketika menjadi anggota Komisi IV DPR RI, saat kawasan Bekasi, Karawang dan sekitarnya terjadi alih fungsi lahan pertanian. Bayangkan seandainya daerah tersebut masih menjadi area persawahan. Ini menjadi pelajaran ke depan tentang pentingnya tata ruang,” kata Hasto. *k22
Komentar