Denpasar Tampilkan Seniman Muda
Pentaskan Arja Klasik
Dalam pementasan memeriahkan PKB, Sekaa Arja Sari Dharma Kerti membawakan garapan berjudul Swadharmaning Suputra.
DENPASAR, NusaBali
Utsawa (Parade) Arja Klasik dalam gelaran Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV, Sabtu (9/7) malam, menampilkan Sekaa Arja Sari Dharma Kerti, Banjar Lantang Bejuh, Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan. Menariknya, para seniman yang tampil berasal dari kalangan remaja yang dimaksudkan sebagai regenerasi seniman Arja klasik di banjar setempat.
Koordinator Sekaa Arja Sari Dharma Kerti, I Wayan Manuaba, mengungkapkan ajang PKB menjadi kesempatan yang harus diambil seniman muda untuk menambah pengalaman tampil pada ajang berskala besar.
"Senior-senior pemain arja di banjar kami sudah banyak yang meninggal, sehingga kami ambil kesempatan tampil di PKB ini sekaligus untuk regenerasi para pemain arja," kata Manuaba, di sela pementasan di Kalangan Ayodya, Taman Budaya, Denpasar.
Apalagi, lanjutnya, di Banjar Lantang Bejuh memiliki 'sesuhunan' Barong Landung yang disucikan dan setiap masolah (menari) juga diiringi dengan pengarjaan (mementaskan arja). "Ida Sesuhunan masolah ketika ada yang naur sesangi (bernazar)," ungkap Manuaba.
Dengan melibatkan 12 penari dan 15 penabuh, penampilan Sekaa Arja Sari Dharma Kerti berhasil membius penonton yang hadir untuk tidak beranjak dari tempat duduk masing-masing hingga pementasan usai.
Tak ketinggalan, Putri Suastini Koster, istri Gubernur Bali yang juga Ketua Dekranasda Provinsi Bali dan istri Wali Kota Denpasar Sagung Antari Jaya Negara juga turut menyaksikan utsawa (parade) Arja Klasik tersebut.
"Yang jelas, intinya melalui pementasan ini kami ingin terus melestarikan kesenian Arja klasik agar jangan sampai hilang dan kebetulan semua penarinya juga berasal dari Banjar Lantang Bejuh," jelas Manuaba.
Manuaba menambahkan, meskipun untuk tampil di Pesta Kesenian Bali (PKB) ini proses latihan baru dilakukan sejak Mei 2022, para pemain Arja klasik sudah lihai membawakan perannya masing-masing.
"Kami relatif tidak menemukan masalah karena para anak muda ini memang hobi menari dan beberapa juga telah menjuarai lomba-lomba makekawin," ucap dia.
Sebelum pentas di PKB, para seniman muda Banjar Lantang Bejuh tersebut berkesempatan ngayah pentas saat ritual piodalan di Pura Kahyangan desa setempat pada 13 Juni lalu. "Selain untuk 'ngayah', sekaligus untuk mengenalkan mereka bagaimana berinteraksi dengan para penonton," kata Manuaba.
Dalam pementasan memeriahkan PKB, Sekaa Arja Sari Dharma Kerti membawakan garapan berjudul Swadharmaning Suputra.
Garapan ini menceritakan di kerajaan Swana Gangga tersebutlah dua bersaudara Galuh Diah Agra Manik dan adiknya Mantri Manis yang bernama Raden Wijaya Sena. Ibu mereka telah tiada dan ayahnya pergi berguru sastra.
Sementara itu di kerajaan Goa Maya, Prabu Sureng Rana (Mantri Buduh) yang merupakan ayah Galuh Diah Agra Manik dan Raden Wijaya Sena belajar berguru sastra kepada Bhagawan Dharma Sakti. Prabu Sureng Rana belajar bersama-sama dengan liku yang bernama Diah Ulakesa. Setelah tamat belajar, Sang Prabu Sureng Rana ke Dharma Putra memperistri Diah Ulakesa dan dinobatkan menjadi raja di kerajaan Goa Maya.
Sementara di kerajaan Swarna Gangga, Mantri Manis berkeinginan mencari ayahnya yang sedang berguru sastra. Setelah bertemu dengan Mantri Buduh (ayahnya), Mantri Manis tidak diakui sebagai anak dan atas perintah Liku Dyah Ulakesa Mantri Manis dibunuh dan berita itupun sampai kepada Galuh Diah Agra Manik.
Setelah Diah Agra Manik mengetahui adiknya telah dibunuh maka Diah Agra Manik dengan kesedihannya ingin mengakhiri hidupnya. Tetapi dengan kedatangan Bhagawan Dharma Sakti yang memercikkan Tirta Sanjiwani (air kehidupan) akhirnya Raden Wijaya Sena hidup kembali dan ayahnya Prabu Sureng Rana akhirnya sadar dan mengakui Raden Wijaya Sena sebagai anaknya. *cr78
Koordinator Sekaa Arja Sari Dharma Kerti, I Wayan Manuaba, mengungkapkan ajang PKB menjadi kesempatan yang harus diambil seniman muda untuk menambah pengalaman tampil pada ajang berskala besar.
"Senior-senior pemain arja di banjar kami sudah banyak yang meninggal, sehingga kami ambil kesempatan tampil di PKB ini sekaligus untuk regenerasi para pemain arja," kata Manuaba, di sela pementasan di Kalangan Ayodya, Taman Budaya, Denpasar.
Apalagi, lanjutnya, di Banjar Lantang Bejuh memiliki 'sesuhunan' Barong Landung yang disucikan dan setiap masolah (menari) juga diiringi dengan pengarjaan (mementaskan arja). "Ida Sesuhunan masolah ketika ada yang naur sesangi (bernazar)," ungkap Manuaba.
Dengan melibatkan 12 penari dan 15 penabuh, penampilan Sekaa Arja Sari Dharma Kerti berhasil membius penonton yang hadir untuk tidak beranjak dari tempat duduk masing-masing hingga pementasan usai.
Tak ketinggalan, Putri Suastini Koster, istri Gubernur Bali yang juga Ketua Dekranasda Provinsi Bali dan istri Wali Kota Denpasar Sagung Antari Jaya Negara juga turut menyaksikan utsawa (parade) Arja Klasik tersebut.
"Yang jelas, intinya melalui pementasan ini kami ingin terus melestarikan kesenian Arja klasik agar jangan sampai hilang dan kebetulan semua penarinya juga berasal dari Banjar Lantang Bejuh," jelas Manuaba.
Manuaba menambahkan, meskipun untuk tampil di Pesta Kesenian Bali (PKB) ini proses latihan baru dilakukan sejak Mei 2022, para pemain Arja klasik sudah lihai membawakan perannya masing-masing.
"Kami relatif tidak menemukan masalah karena para anak muda ini memang hobi menari dan beberapa juga telah menjuarai lomba-lomba makekawin," ucap dia.
Sebelum pentas di PKB, para seniman muda Banjar Lantang Bejuh tersebut berkesempatan ngayah pentas saat ritual piodalan di Pura Kahyangan desa setempat pada 13 Juni lalu. "Selain untuk 'ngayah', sekaligus untuk mengenalkan mereka bagaimana berinteraksi dengan para penonton," kata Manuaba.
Dalam pementasan memeriahkan PKB, Sekaa Arja Sari Dharma Kerti membawakan garapan berjudul Swadharmaning Suputra.
Garapan ini menceritakan di kerajaan Swana Gangga tersebutlah dua bersaudara Galuh Diah Agra Manik dan adiknya Mantri Manis yang bernama Raden Wijaya Sena. Ibu mereka telah tiada dan ayahnya pergi berguru sastra.
Sementara itu di kerajaan Goa Maya, Prabu Sureng Rana (Mantri Buduh) yang merupakan ayah Galuh Diah Agra Manik dan Raden Wijaya Sena belajar berguru sastra kepada Bhagawan Dharma Sakti. Prabu Sureng Rana belajar bersama-sama dengan liku yang bernama Diah Ulakesa. Setelah tamat belajar, Sang Prabu Sureng Rana ke Dharma Putra memperistri Diah Ulakesa dan dinobatkan menjadi raja di kerajaan Goa Maya.
Sementara di kerajaan Swarna Gangga, Mantri Manis berkeinginan mencari ayahnya yang sedang berguru sastra. Setelah bertemu dengan Mantri Buduh (ayahnya), Mantri Manis tidak diakui sebagai anak dan atas perintah Liku Dyah Ulakesa Mantri Manis dibunuh dan berita itupun sampai kepada Galuh Diah Agra Manik.
Setelah Diah Agra Manik mengetahui adiknya telah dibunuh maka Diah Agra Manik dengan kesedihannya ingin mengakhiri hidupnya. Tetapi dengan kedatangan Bhagawan Dharma Sakti yang memercikkan Tirta Sanjiwani (air kehidupan) akhirnya Raden Wijaya Sena hidup kembali dan ayahnya Prabu Sureng Rana akhirnya sadar dan mengakui Raden Wijaya Sena sebagai anaknya. *cr78
1
Komentar