Warga Tionghoa Gelar Ritual Cheng Beng
Warga Gianyar keturunan Tionghoa menggelar ritual Cheng Beng di Kuburan Cina, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar, Minggu (2/4).
GIANYAR, NusaBali
Ritual ini sesuai ajaran Khong Hu Cu Selih. Warga silih berganti mendatangi kuburan untuk berziarah dimakam para leluhur mereka. Obiyokung (rohaniwan) Kongco Dalem Lebih Sony Candrawan menjelaskan ritual Cheng Beng dilaksanakan setahun sekali, pada tanggal 4 April atau 5 April tahun kabisat. Cheng Beng atau sembahyang ke kuburan atau berziarah di makam para leluhur. "Cheng Beng artinya cerah gilang gemilang dan identik dengan panas, seperti halnya langit cerah," ungkapnya.
Sony mengatakan tujuan dari kegiatan ini untuk mengenang masa kehidupan lampau dari para leluhur. Kemudian mendoakan keluarga yang telah tiada. "Penerus atau keturunan yang melanjutkan tujuan-tujuan kehidupannya," jelasnya.
Rangkaian Cheng Beng dimulai 21 Maret dan puncaknya, Selasa (4/4). Beberapa hari sebelumnya dilakukan sembahyang kubur yang diawali pembersihan areal makam. Sebelum sembahyang di makam, terlebih dahulu persembahyangan di Kongco Dalem (sejenis Pura Prajapati).
Ritual Cheng Beng secara tidak langsung mengumpulkan seluruh anggota keluarga dan melakukan sembahyang bersama. Warga keturunan Tionghoa di Gianyar kurang lebih 260 kepala keluarga (KK) yang keberadaannya sejak tahun 1771. "Sepengetahuan saya, saya keturunan ke empat, dalam keturunan sebelumnya tidak tercatat. Jauh dari tahun 1771 ketururan Tionghoa sudah ada di Bali," ungkapnya di sela-sela ritual.
Pantauan NusaBali, warga keturunan Tionghoa sudah mendatangi kuburan seluas 1,5 hektare tersebut sejak pukul 09.00 Wita. Warga membawa persembahan berupa bunga, dupa, dan canang, serta makanan. *e
Sony mengatakan tujuan dari kegiatan ini untuk mengenang masa kehidupan lampau dari para leluhur. Kemudian mendoakan keluarga yang telah tiada. "Penerus atau keturunan yang melanjutkan tujuan-tujuan kehidupannya," jelasnya.
Rangkaian Cheng Beng dimulai 21 Maret dan puncaknya, Selasa (4/4). Beberapa hari sebelumnya dilakukan sembahyang kubur yang diawali pembersihan areal makam. Sebelum sembahyang di makam, terlebih dahulu persembahyangan di Kongco Dalem (sejenis Pura Prajapati).
Ritual Cheng Beng secara tidak langsung mengumpulkan seluruh anggota keluarga dan melakukan sembahyang bersama. Warga keturunan Tionghoa di Gianyar kurang lebih 260 kepala keluarga (KK) yang keberadaannya sejak tahun 1771. "Sepengetahuan saya, saya keturunan ke empat, dalam keturunan sebelumnya tidak tercatat. Jauh dari tahun 1771 ketururan Tionghoa sudah ada di Bali," ungkapnya di sela-sela ritual.
Pantauan NusaBali, warga keturunan Tionghoa sudah mendatangi kuburan seluas 1,5 hektare tersebut sejak pukul 09.00 Wita. Warga membawa persembahan berupa bunga, dupa, dan canang, serta makanan. *e
Komentar