LENTERA: Menyembuhkan Luka Antar Generasi
Dulunya, apa yang disebut alam bawah sadar gelap sekali. Tidak tereksplorasi sama sekali.
Sehingga dampak buruknya luas dan dalam sekali. Sekarang, pelan perlahan sebagian wajah alam bawah sadar mulai terbuka. Salah satunya adalah luka jiwa, dendam, marah yang diteruskan dari satu generasi ke generasi lain.
Makanya, kendati semua orang tidak mau marah tapi banyak orang masih marah. Kadang berjumpa orang yang tidak dikenal sama sekali, tapi di dalam muncul marah. Buku Journey of the souls, yang ditulis oleh pakar hipnoterapi terkemuka berbagi salah satu contoh. Seorang wanita AS yang depresinya dalam sekali dihipnoterapi.
Ternyata, di abad ke 16 dia menyaksikan dengan mata sendiri bagaimana suaminya dibunuh secara sangat kejam di gerbong kereta api. Anda lihat sendiri, kejadian buruk yang terjadi di abad 16 masih menyisakan jejak depresi di tahun 2000-an. Ajakannya, mari belajar menyembuhkan diri dari luka warisan para leluhur.
Sebagai bekal penyemangat, jika Anda sembuh maka leluhur pun ikut sembuh. Ini tidak saja dibenarkan oleh orang Shaman (agama tertua di bumi), tapi juga dibenarkan oleh deep psychology. Langkah awalnya, di alam ini tidak ada kebetulan. Ada yang membawa pesan, ada yang memberi pelajaran. Jika daun kering yang jatuh saja membawa pesan dan pelajaran, apalagi kejadian yang jauh lebih besar.
Dengan demikian, letakkanlah kejadian tidak mengenakkan sebagai sumber mata air pelajaran yang tidak pernah kering. Tanpa dicubit orangtua saat kecil dulu karena malas belajar, kebanyakan dari kita akan jadi orang bodoh. Tanpa dihukum oleh guru sekolah karena nakal atau tidak mau mendengarkan, mungkin kebanyakan dari kita akan jadi manusia yang ketinggalan zaman.
Demikian juga dengan ‘warisan’ luka jiwa dan dendam yang diteruskan leluhur dari satu generasi ke generasi lain. Ia tidak menambahkan beban, melainkan menambah jumlah pelajaran. Bekal spiritual lain, tanpa penghapus maka tulisan (lukisan) mana pun tidak akan indah. Tapa ketekunan dan ketulusan untuk memaafkan, hidup (jiwa) mana pun tidak akan indah.
Untuk itu, sesulit apa pun rasanya di dalam, miliki keberanian utk memaafkan. Seperti pahlawan zaman dulu yang menyelamatkan masyarakat menggunakan senjata, selamatkan diri dengan keberanian utk memaafkan.
Caranya, cermati diri kita saat kecil dulu. Karena tidak tahu, kita semua melakukan kesalahan. Sekali lagi, karena tidak tahu. Hal yang sama juga terjadi dengan leluhur yang mewariskan dendam dan amarah. Sebagian dari mereka tidak tahu. Sebagian yang lain melakukan kesalahan karena tantangan berat mencari nafkah dan mempertahankan kehidupan di zaman sulit dulu.
Bahan renungan lain, di alam ini semua mahluk memerlukan kesalahan sebagai cara untuk bertumbuh. Hanya ia yang pernah salah yang tahu mana yang benar. Hanya ia yang pernah sakit yang kemudian berjanji untuk tidak menyakiti orang lain lagi. Mirip belajar di sekolah, kita harus bayar ‘uang sekolah’. Sebagian uang sekolah itu adalah kesalahan dan kekhilafan. Begitu Anda melihat masa lalu kaya dengan sumber pelajaran, serta berhasil memaafkan, di sana kegelapan masa lalu akan mengganggu jauh lebih sedikit. Di sana juga ada Cahaya indah yang memancar indah dari dalam. Jangankan kata-kata Anda, bahkan tatapan mata Anda pun mendamaikan. *
Guruji Gede Prama
Komentar