Indonesia Berpotensi Alami Resesi
JAKARTA, NusaBali
Perekonomian Indonesia saat ini jauh dari jurang resesi. Dibandingkan negara lain di kawasan Asia, potensi Indonesia mengalami resesi ekonomi paling kecil.
Berdasarkan hasil survei terbaru yang dilakukan ekonom Bloomberg yang dikutip, Rabu (13/7), Indonesia menempati posisi kedua terjauh dari lubang resesi. Potensi resesi Indonesia hanya 3 persen dan di atasnya ada India 0 persen.
Negara yang memiliki potensi resesi paling tinggi adalah Sri Lanka sebesar 85 persen. Potensi resesi negara yang tengah bangkrut ini naik dari sebelumnya hanya 33 persen.
"Sejauh ini (Sri Lanka) merupakan peningkatan tertinggi di kawasan Asia," tulis Bloomberg seperti dilansir CNNIndonesia.com.
Selain Sri Lanka, potensi resesi di negara lainnya juga meningkat, seperti di Selandia Baru di level 33 persen, Taiwan dan Australia di level 20 persen serta Filipina di level 8 persen.
"Bank-bank sentral di negara-negara tersebut telah menaikkan suku bunga acuan untuk menjinakkan inflasi," kata ekonom Bloomberg.
Menteri Keuangan Sri Mulyani sepakat dengan hasil survei ini. Pasalnya, ekonomi Indonesia masih cukup kuat, sehingga jauh dari jurang resesi.
Resesi adalah kondisi di mana perekonomian suatu negara tercatat negatif dua kuartal berturut-turut. Sedangkan, ekonomi Indonesia pada kuartal II-2022 terealisasi sebesar 5,01 persen dan pada kuartal II diperkirakan tetap tumbuh positif.
Pertumbuhan yang positif ini juga didukung oleh laporan Bank Dunia yang dirilis pada Juni lalu, di mana tidak ada revisi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini.
Dari sisi keuangan, APBN juga mencatatkan kinerja positif atau surplus selama lima bulan berturut-turut, sehingga pembiayaan utang kembali turun. Hingga akhir Mei 2022, utang Indonesia berkurang Rp38,08 triliun menjadi Rp7.002,24 triliun.
Meski fundamental ekonomi baik, tak berarti membuat pemerintah terlena. "Kami tetap waspada namun pesannya kami tetap akan menggunakan semua instrumen kebijakan, dari fiskal, moneter, sektor finansial, dan regulasi lain untuk memonitor itu (potensi resesi)," ujar Sri Mulyani. *
Komentar