Dinaungi Kementerian Agama RI, SMP Bernuansa Hindu Pertama di Buleleng Mulai Beroperasi
Terima 32 Siswa, Awali Pembelajaran dengan Upacara Upanayana
Sekolah menggunakan pendekatan agama dan budaya pada proses pembelajaran, sehingga siswa paham agama serta mampu melestarikan adat dan budaya Bali.
SINGARAJA, NusaBali
SMP bernuansa Hindu dibuka perdana di Desa Umejero, Kecamatan Busungbiu, Buleleng. Sebanyak 32 orang siswa angkatan pertama diterima di SMP Hindu Madyana Widya Pasraman (MWP) Jnana Dharma Sastra tersebut. Sekolah ini disponsori oleh Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, menampung siswa yang tidak diterima di SMP terdekat.
Tahapan sekolah baru ini diawali dengan pelaksanaan upacara Upanayana pada Wraspati Umanis Pahang, Kamis (14/7). Saat ini manajemen dan proses pembelajaran memanfaatkan gedung eks SMP Dharma Sastra di Desa Umejero, Kecamatan Busungbiu.
Ketua Yayasan Mertajati Widya Mandala, I Made Bagus Andi Purnomo, mengatakan secara koordinatif SMP Hindu MWP ini berada di bawah naungan Kementerian Agama RI. Namun demikian, tetap berkoordinasi dan berkonsultasi dengan Kemendikbud Ristek melalui Dinas Pendidikan (Disdik) di daerah.
Yayasan ke depan berinisiatif membangun sarana dan prasarana yang lebih representatif dengan dukungan dari para pihak untuk mengembangkan pusat pendidikan keagamaan yang lebih luas dan terintegrasi. “Kami berkeinginan ke depannya mengembangkan pusat pendidikan yang lebih luas. Dalam hal ini saya mengundang tokoh/masyarakat yang ingin berkontribusi dalam cita-cita yang luhur dan mulia ini,” kata Bagus Purnomo yang juga Dosen STAHN Mpu Kuturan Singaraja ini.
Bagus mengatakan pendirian SMP Hindu ini juga salah satu upaya memecah kepadatan siswa yang zonasinya ada di sekitar SMPN 1 Busungbiu. “Sekolah ini adalah milik umat. Kami berharap dukungan dan pendampingan dari umat. Mari miliki dan jaga bersama-sama,” imbuh dia.
Sementara itu SMP Hindu pertama dan satu-satunya di Buleleng ini telah melaksanakan upacara/ritual upanayana sebagai wujud atau simbol peningkatan status seorang siswa ke tingkat yang lebih tinggi dalam proses pendidikan.
Upanayana juga dimaknai sebagai upacara penyucian sebelum siswa mempelajari susastra keagamaan dan keilmuan secara umum. Kepala Sekolah (Kasek) SMP Hindu MWP Jnana Dharma Sastra, Wayan Sudiana Putra, menyebutkan tahun ini sekolah hanya mampu menampung sebanyak 1 rombongan belajar (rombel) saja, yakni sejumlah 32 orang siswa. Padahal, minat masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya di sekolah Hindu ini cukup besar.
Sudiana menilai, sekolah berbasis keagamaan memiliki keunggulan pada bidang pendekatan pendidikan secara holistik. Pembelajaran bukan hanya menuntut siswa agar cerdas secara intelektual, tetapi juga pada aspek sikap dan spiritual serta moral dan budi pekerti. Sudiana menilai bahwa sejatinya pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
“Semua tujuan tersebut kami implementasikan melalui pendekatan kurikulum berbasis keagamaan dengan tetap berpegang pada pendidikan karakter siswa,” papar dia. Selain juga menggunakan pendekatan agama dan budaya pada proses pembelajaran. Sehingga siswa yang dihasilkan tak hanya paham agama tetapi mampu melestarikan adat dan budaya Bali. *k23
Tahapan sekolah baru ini diawali dengan pelaksanaan upacara Upanayana pada Wraspati Umanis Pahang, Kamis (14/7). Saat ini manajemen dan proses pembelajaran memanfaatkan gedung eks SMP Dharma Sastra di Desa Umejero, Kecamatan Busungbiu.
Ketua Yayasan Mertajati Widya Mandala, I Made Bagus Andi Purnomo, mengatakan secara koordinatif SMP Hindu MWP ini berada di bawah naungan Kementerian Agama RI. Namun demikian, tetap berkoordinasi dan berkonsultasi dengan Kemendikbud Ristek melalui Dinas Pendidikan (Disdik) di daerah.
Yayasan ke depan berinisiatif membangun sarana dan prasarana yang lebih representatif dengan dukungan dari para pihak untuk mengembangkan pusat pendidikan keagamaan yang lebih luas dan terintegrasi. “Kami berkeinginan ke depannya mengembangkan pusat pendidikan yang lebih luas. Dalam hal ini saya mengundang tokoh/masyarakat yang ingin berkontribusi dalam cita-cita yang luhur dan mulia ini,” kata Bagus Purnomo yang juga Dosen STAHN Mpu Kuturan Singaraja ini.
Bagus mengatakan pendirian SMP Hindu ini juga salah satu upaya memecah kepadatan siswa yang zonasinya ada di sekitar SMPN 1 Busungbiu. “Sekolah ini adalah milik umat. Kami berharap dukungan dan pendampingan dari umat. Mari miliki dan jaga bersama-sama,” imbuh dia.
Sementara itu SMP Hindu pertama dan satu-satunya di Buleleng ini telah melaksanakan upacara/ritual upanayana sebagai wujud atau simbol peningkatan status seorang siswa ke tingkat yang lebih tinggi dalam proses pendidikan.
Upanayana juga dimaknai sebagai upacara penyucian sebelum siswa mempelajari susastra keagamaan dan keilmuan secara umum. Kepala Sekolah (Kasek) SMP Hindu MWP Jnana Dharma Sastra, Wayan Sudiana Putra, menyebutkan tahun ini sekolah hanya mampu menampung sebanyak 1 rombongan belajar (rombel) saja, yakni sejumlah 32 orang siswa. Padahal, minat masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya di sekolah Hindu ini cukup besar.
Sudiana menilai, sekolah berbasis keagamaan memiliki keunggulan pada bidang pendekatan pendidikan secara holistik. Pembelajaran bukan hanya menuntut siswa agar cerdas secara intelektual, tetapi juga pada aspek sikap dan spiritual serta moral dan budi pekerti. Sudiana menilai bahwa sejatinya pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
“Semua tujuan tersebut kami implementasikan melalui pendekatan kurikulum berbasis keagamaan dengan tetap berpegang pada pendidikan karakter siswa,” papar dia. Selain juga menggunakan pendekatan agama dan budaya pada proses pembelajaran. Sehingga siswa yang dihasilkan tak hanya paham agama tetapi mampu melestarikan adat dan budaya Bali. *k23
1
Komentar